Liputan6.com, Palembang - Alquran raksasa di Sumatera Selatan (Sumsel) tidak hanya ada di Palembang saja. Di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumsel juga terdapat kitab suci Alquran yang berukuran besar.
Ada keunikan di Alquran raksasa ini. Bahannya tidak seperti Alquran biasanya yang menggunakan kertas. Ayat-ayat suci Alquran ini ditulis di atas daun lontar yang dikeringkan dan dirangkai menjadi kitab suci Alquran.
Alquran ini juga memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan Alquran pada umumnya, yaitu sebesar 75 sentimeter x 50 sentimeter.
Advertisement
Mawardi Ujang, pemilik Alquran raksasa ini mengatakan, dia adalah generasi ke-3 yang dimandatkan menyimpan peninggalan berusia ratusan tahun ini.
Baca Juga
Alquran ini disimpannya secara rapi di kediaman pendiri komunitas 7 Pilar ini. Tepatnya di Jalan Merdeka Kelurahan Handayani Mulia, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten PALI Sumsel.
"Ada kotak khusus untuk penyimpanannya. Alquran ini memang berbahan daun lontar dan berusia lebih dari satu abad," ujarnya, Selasa (21/5/2019).
Selama menjaga Alquran raksasa ini, tidak ada ritual khusus untuk perawatannya. Namun saat kondisi Alquran ini agak lembab, Mawardi langsung menjemurnya agar tidak dipenuhi jamur.
Dia juga kerap membersihkan debu secara rutin, agar warna dan tulisannya tidak pudar akibat tumpukan debu.
Kediaman Mawardi Ujang kerap kali disambangi banyak tamu, yang penasaran dengan Alquran raksasa berbahan daun lontar ini. Lokasi rumahnya juga berada di pinggir jalan lintas di Kabupaten PALI.
Banyak para pendatang yang merasa kenyamanan saat bertandang ke kediaman Mawardi Ujang. Karena suasana yang natural serta jauh dari hiruk pikuk kendaraan.
Mawardi sempat bercerita awal sejarah awal Alquran ini bisa diamanahkan ke dirinya. Saat dia mengikuti majelis pengajian di Jakarta, salah satu guru mengajinya memberikan Alquran raksasa ini ke dia.
Sejarah Alquran Raksasa
"Guru saya tidak menceritakan dengan detail, darimana asal Alquran ini. Tapi beliau kalau dapat kitab suci ini secara tiba-tiba," ungkapnya.
Dari ratusan murid yang mengikuti pengajian di majelis tersebut, hanya Mawardi Ujang yang dipercaya gurunya untuk menyimpan dan merawat Alquran ini.
Dia merupakan generasi ke-3 yang dipercaya merawat Alquran raksasa ini. Alquran berbahan daun lontar ini awalnya dibuat oleh generasi pertama.
"Generasi pertama bertugas menulisnya di atas daun lontar. Generai kedua merangkai dan menjahit daun lontar tersebut menjadi buku. Zaman dulu belum ada kertas, jadi pakai daun lontar," katanya.
Menurutnya, Alquran ini sama halnya dengan kitab suci umat Islam lainnya. Namun yang menjadi daya tarik yaitu, pesan moral yang dibawa bersama dengan nilai sejarahnya.
"Jaman dulu orang belajar Alquran harus menulis dan menyalin sendiri satu demi satu. Seperti di daun lontar dengan segala keterbatasan. Tapi tekat untuk belajar dan mendekatkan diri kepada Allah SWT begitu kuat," ungkapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement