Sukses

Penjelasan BBKSDA Riau soal Harimau Terkam Penebang Akasia Hingga Tewas

Masyarakat diharap tidak melakukan tindakan yang bisa melukai atau membunuh harimau.

Liputan6.com, Pekanbaru - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menurunkan tim ke Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, terkait kasus serangan Harimau Sumatra terhadap pekerja perusahaan hutan tanaman industri (HTI). Korban bernama Amri dalam kejadian Kamis pagi, 24 Mei 2019 itu, ditemukan meninggal.

Pria 32 asal Sambas, Kalimantan Barat tersebut mengalami luka di bagian pundak, leher, dan mata kanan. Kuat dugaan harimau menyergapnya ketika menebang pohon akasia milik PT RIA.

Kepala BBKSDA Riau Suharyono mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polsek untuk tindakan lebih lanjut. Sosialisasi lebih di kedepankan mengingat harimau merupakan salah satu satwa dilindungi.

Masyarakat diharap tidak melakukan tindakan yang bisa melukai atau membunuh harimau. Untuk sementara, pekerja perusahaan dan warga sekitar diminta mengurangi aktivitas di kawasan HTI.

"Harimau salah satu satwa langka dilindungi negara, perlu tindakan tanpa membahayakan masyarakat dan satwa itu sendiri. Kalau ada melihat harimau, lebih baik menghindar dan laporkan ke petugas," sebut Suharyono.

Atas kejadian ini, Suharyono mengucapkan turut berdukacita karena adanya korban meninggal. Dia juga berterimakasih kepada pekerja lainnya karena cepat mengevakuasi korban tanpa menyakiti harimau.

"Mudah-mudahan tidak ada korban lagi, sejumlah peringatan atau tanda adanya harimau juga sudah dipasang sebagai antisipasi," jelas Suharyono.

2 dari 2 halaman

Habitat Harimau

Selama ini, Kabupaten Indragiri Hilir memang sering terjadi konflik manusia dengan harimau. Sejumlah satwa belang itu sudah ada yang dievakuasi dari lokasi konflik, sebut saja misalnya Bonita dan Atan Bintang.

Terkait keberadaan harimau di desa tersebut, masyarakat ternyata sudah pernah melihatnya satu setengah bulan belakangan. Ada juga beberapa kali perjumpaan di mana harimau sering menjauh ketika melihat manusia.

"Kami juga menerima video kemunculan, sejak itu juga sudah dilakukan sosialisasi agar ada pengurangan aktivitas di hutan itu," sebut Suharyono.

Sasaran sosialisasi utama adalah pekerja, khususnya penebang akasia yang sering keluar masuk HTI. Langkah ini dilakukan karena tidak mungkin harimau dievakuasi dari habitatnya.

Hasil pemeriksaan daftar hadir ketika sosialisasi berlangsung, ternyata korban tidak terdata. Berbeda dengan tujuh rekannya yang hadir saat sosialisasi menghadapi harimau berlangsung.

"Saat sosialisasi, kami himbau karyawan tidak bekerja sendirian, dan faktanya almarhum diterkam saat sendirian," jelas Suharyono.

Menurut Suharyono, tempat kejadian merupakan landscape atau wilayah jelajah harimau. Kawasan ini merupakan habitat satwa dipanggil Datuk Belang itu yang membentang dari Suaka Margasatwa Kerumutan.

"Makanya perlu kajian tindakan dilakukan kedepannya, di situ habitatnya," tegas Suharyono.

Saksikan video pilihan berikut ini: