Sukses

Ketua PP Muhammadiyah Minta Hentikan Wacana Referendum Aceh

Haedar juga meminta semua elemen masyarakat dan pemerintah untuk introspeksi diri

Liputan6.com, Yogyakarta Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan tanggapan seputar isu referendum Aceh yang mulai muncul pasca kerusuhan 22 Mei 2019. Ia berpendapat potensi itu tidak boleh terus digelorakan.

"Semua tergantung pola pikir kita, kalau negatif bisa terjadi hal negatif, kita harus cegah jangan sampai merembet ke tempat lain," ujarnya dalam silaturahmi dengan awak media di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (30/5/2019).

Ia menilai wacana referendum Aceh harus dilihat akar persoalannya.

"Jangan sampai karena pilihan politik," ucapnya.

Oleh karena itu, Haedar juga meminta semua elemen masyarakat dan pemerintah untuk introspeksi diri. Ia juga tidak menampik isu yang muncul ini menimbulkan kecemasan.

"Tidak perlu terus dipanas-panasi oleh hal-hal yang susah kita kembalikan," tuturnya.

Haedar juga menyerukan ideologi atau 10 sifat moderat Muhammadiyah harus digaungkan di media sosial. Sifat moderat yang dimaksud meliputi, beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan, memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah, lapang dada, luas pandangan, dan memegang teguh pandangan Islam, bersifat keagamaan dan kemasyarakatan, mengindahkan segala hukum, peraturan, UU, dan falsafah negara yang sah.

Amar ma'ruf nahi mungkar dan menjadi teladan yang baik, aktif dalam perkembangan masyarakat dan pembangunan, kerjasama dengan golongan Islam manapun untuk kepentingan bersama, membantu pemerintah dan bekerja sama dengan golongan lain untuk mencapai masyarakat yang adil dan utama, serta bersifat adil dan korektif.

 

2 dari 2 halaman

Pentingnya Silaturahmi

Haedar menuturkan silaturahmi penting dilakukan di bulan Ramadan. Silaturahmi bukan mempertautkan hubungan yang biasa, tetapi yang lebih mendalam adalah menghubungkan persaudaraan yang terputus seperti kata nabi

"Terputus karena rebutan waris, terputus karena perbedaan politik dalam berbangsa dan bernegara, terputus karena agama atau keberagaman," ucapnya.

Ia mengungkapkan politik memang keras, sehingga kesamaan moral dan nurani menjadi penting. Sebab, asal persoalan itu adalah hawa nafsu.

Orang terbiasa berlebihan dan menuhankan hawa nafsu. Akibatnya, apabila tidak suka, maka tidak suka berlebihan, demikian pula sebaliknya.

Ia menuturkan media massa mempunyai peran penting untuk merekatkan persaudaraan bangsa, sebab globalisasi membawa bermacam limbah bermacam yang masyarakat menjadi hidup dalam banyak tekanan ditambah dengan persoalan hidup sehari-hari.

"Retak dalam arti ada dinamika konflik itu biasa dan di situlah pentingnya silaturahmi," kata Haedar.Â