Liputan6.com, Cirebon - Alunan musik gamelan terdengar di kawasan Tiga Berlian Kota Cirebon. Kawasan tersebut menjadi salah satu posko mudik Lebaran 2019.
Gamelan tersebut tengah ditabuh oleh para relawan yang tergabung dalam Laskar Agung Macan Ali. Selain menyediakan fasilitas lengkap, posko ini membantu mengenalkan kearifan lokal peninggalan keraton Cirebon.
Advertisement
Baca Juga
"Ini namanya gamelan laras pelog yang ada di Keraton Kasepuhan Cirebon. Alhamdulillah kami dipercaya Sultan Sepuh untuk membawa gamelan ini ke posko mudik agar lebih dikenal," kata Panglima Laskar Agung Macan Ali Prabu Diaz, Senin (3/6/2019).
Diaz menyebutkan, bahwa posko yang didirikannya adalah posko swadaya anggota komunitas. Ide menabuh gamelan di posko mudik tersebut sebagai bagian dari dukungan masyarakat terhadap pelestarian budaya Cirebon.
Selain itu, Cirebon juga menjadi salah satu destinasi wisata. Tentu ada fasilitas lain, pijat refleksi hingga obat-obatan gratis.
"Kami inginnya tak hanya dangdut dan organ tunggal yang mewarnai mudik tahun ini. Pemudik juga boleh ikut belajar main gamelan sambil istirahat ada yang ngajarin juga kok," kata Diaz.
Para penabuh gamelan terlihat lebih bersemangat saat bertugas menabuh gamelan di posko mudik. Mereka saling mengisi satu sama lain gamelan yang ditabuhnya.
Posko ini seakan ingin menghabiskan diri sebagai posko budaya. Selain gamelan, ada juga Tari Topeng Cirebon hingga Sintren. Diharapkan posko Mudik Laskar Agung Macan Ali membuat perjalanan pemudik menjadi berkesan.
"Minimal melihat walaupun tidak mendengar bahwa Indonesia punya budaya yang tinggi nilainya dan filosofinya," kata Diaz.
Mengusir Portugis
Berdasarkan kitab Purwaka Caruban Nagari dan naskah Wangsakerta pada abad 16 akhir, gamelan Cirebon berlaras Pelog ini digunakan sebagai sarana menyebarkan syiar Islam. Saat itu, Sunan Kalijaga yang berperan menyebarkan Islam melalui seni dan budaya.
"Penyebarannya dengan cara menggelar wayang juga tarian," kata Diaz.
Gamelan laras Pelog ini sudah ada sejak tahun 1450-1510. Selama itu, gamelan sebagai sarana syiar dan penyemangat pasukan Cirebon.
Jam terbang gamelan laras pelog ini sangat tinggi, apalagi pernah dibawa pasukan perang Keraton Cirebon untuk mengusir tentara Portugis di Sunda Kelapa. Saat itu, tahun 1527, Sunan Gunung Jati menyerahkan Duaja atau simbol Macan Ali Kesultanan Cirebon kepada Fatahillah.
"Duaja Macan Ali diserahkan kepada Fatahillah untuk mengusir Portugis di Sunda Kelapa," kata Diaz.
Di tengah suasana perang, pasukan Fatahillah diberi musik penyemangat. Alunan Gamelan laras Pelog itu membuat pasukan menjadi semakin guyub dan berani melawan tentara Portugis.
Portugis terusir, Gamelan Pelog kembali ke Kasultanan Cirebon. Saat ini, Gamelan Cirebon menjadi salah satu warisan budaya Cirebon yang terus dilestarikan.
"Kami angkat lagi untuk mengingatkan bahwa budaya kita bernilai tinggi," kata Prabu Diaz.
Saksikan video pilihan berikut ini:Â
Advertisement