Sukses

Serba-serbi Penetapan 1 Syawal di Serambi Makkah

Berdasarakan hasil pengamatan Pusat Observatorium Hilal Tengku Chik Kuta Karang Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, ijtimak (berakhirnya bulan) terjadi pukul 17.03 WIB di mana posisi hilal masih minus 0 derajat 11 menit di bawah ufuk.

Liputan6.com, Aceh - Hilal menandai masuknya bulan Syawal 1440 Hijriah tidak terlihat di Aceh hingga Magrib ini, Senin, 3 Juni 2019. Umat Muslim di Aceh, khususnya, dan Indonesia, umumnya, masih berpuasa hingga besok.

Berdasarakan hasil pengamatan Pusat Observatorium Hilal Tengku Chik Kuta Karang Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, ijtimak (berakhirnya bulan) terjadi pukul 17.03 WIB di mana posisi hilal masih minus 0 derajat 11 menit di bawah ufuk.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Daud Pakeh mengaku telah menyampaikan hasil pengamatan tersebut kepada Kementerian Agama RI sebagai bahan pertimbangan dalam sidang isbat.

"Melalui sidang isbat, Menteri Agama RI telah menetapkan awal Syawal 1440 Hijriah pada hari Rabu, karena tidak ada referensi hilal yang teramati di seluruh Indonesia, semuanya hilal berada di bawah ufuk," kepada awak media, Senin malam, 3 Juni 2019.

Pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kemenag RI, Cecep Nurwendaya menegaskan bahwa tidak ada referensi empiris visibilitas atau ketampakan hilal awal Syawal 1440 Hijriah bisa teramati di seluruh wilayah Indonesia pada hari.

Hal ini disampaikan Cecep saat memaparkan data posisi hilal menjelang awal bulan Syawal 1440 Hijriah pada sidang isbat awal Syawal 1440 H, di Jakarta hari ini.

"Dengan demikian jumlah Ramadan diistikmalkan atau disempurnakan menjadi 30 hari, besok kita masih melaksanakan ibadah puasa Ramadan," ujar Daud.

 

2 dari 2 halaman

Kelompok Aliran Syattariah

Sementara itu, sebagian besar pengikut Syattariyah di sejumlah kabupaten Provinsi Aceh sudah melaksanakan salat Idul Fitri pada Senin, 3 Juni 2019. Daud berharap, perbedaan tersebut tidak merusak keberagaman dan patut dihormati.

Kelompok beraliran Syattariah di Aceh sebagian besar adalah pengikut Habib Muhammad Yeddin bin Habib Muhammad Yasin alias Habib Muda Seunagan yang tenar dengan nama Abu Peuleukung.

Pengikutnya tersebar hampir di seluruh Aceh, tetapi, sentralnya ada di Kabupaten Nagan Raya, tepatnya di Kecamatan Seunagan Timur, yang merupakan tanah kelahiran sang mursyid.

"Kalaupun ada perbedaan di antara kita, tetap menjaga kebersamaan kita dan mari kembali kepada kaidah nata’awan ‘ala ma ittafaqna wa natasamah fima ikhtalafna. Kita saling tolong menolong pada perkara yang kita sepakati, dan saling toleran pada apa yang kita perselisihkan," ajaknya.

 

Simak video pilihan berikut ini: