Sukses

Daftar 6 Bakso Legendaris di Garut, Sudah Mencoba?

Sebagai salah satu pusat kuliner enak di Jawa Barat, bakso di Garut perlu menjadi salah satu tujuan wisata kuliner Anda saat libur lebaran.

Liputan6.com, Garut - Musim surudan alias musim makan saat libur lebaran idul fitri telah tiba. Deretan gerai makanan mulai menengguk laba besar, tak terkeculi pedagang mi bakso di Garut, Jawa Barat.

Mereka tengah ‘panen’ untung besar dengan membanjirnya konsumen yang datang. Pembeli rela berdesakan hingga ngantri, layaknya deretan kendaraan di depan mulut pintu masuk jalan tol, saat arus balik tiba saat ini.

Berikut daftar 6 bakso legendaris kota Intan Garut, yang selalu menjadi buruan pengunjung saat momen besar seperti Idul Fitri, Idul Adha hingga pergantian tahun tiba. 

1. Baso Aci Ceu Imas

Awalnya rumah ceu Imas di sebuah gang sempit jalan Karacak, Garut, lebih dulu dikenal sebagai tukang baso Aci, tapi tanpa disangka, hampir satu dekade lamanya, Baso Aci Ceu Imas berevolusi menjadi warung mi bakso enak di Garut.

"Pokonya puas banget," ujar Herwin Saputra, (41), salah satu pengunjung ‘baso Aci ceu Imas’ saat berbincang dengan Liputan6.com, Minggu (9/6/2019).

Tamu asal Jakarta Pusat ini rela ngantri hingga satu jam lamanya, hanya untuk mendapatkan pelayanan super lezat mie baso aci ceu Imas tersebut.

"Terbayar lunas lah, gak masalah agak lama, lagian bagaimana lagi," kata dia, sambil menyeka keringat di keningnya selepas melahap satu porsi komplit bakso Ceu Imas.

Selama masa surudan berlangsung ujar dia, mie bakso ceu Imas yang dicampur dengan bakso aci tersebut, memang salah satu tujuan ngebaso warga Garut dan para tamu lainnya. “Saya kebetulan tiap tahun ke sini, kebetulan istri saya berasal dari Garut,” kata dia menegaskan. 

Rasa gurih kuahnya yang khas, dengan racikan baso daging sapi yang aduhai, membuat lidah anda meler jika melihat satu porsi mie bakso ceu Imas itu.

"Jika ingin lebih enak tambahin makanan lainnya seperti sukro, ranginang, pangsit dan tentu bakso acinya yang sudah terkenal," kata dia.

Tak aneh meskipun harga sudah menembus Rp 20 ribu per porsi, ia nampak lahap menyantapnya. "Soal harga sesuai rasa, buat saya tidak masalah yang penting enak," kata dia.

Tak cukup di sana, ia yang memboyong beberapa anggota keluarganya, masih berharsrat untuk nambah porsi, sayang antrian cukup panjang menjegalnya.

"Ya sudah saya nunggu pesanan (dibungkus) saja, nanti buat di Jakarta, saat sampai di rumah tinggal diseduh kuahnya,"kata dia.

 

 

 

 

 

2 dari 6 halaman

2. Mi Bakso M. Imu

Berada di bilangan jalan Ciledug, Garut, sejak tahun 1970-an, bakso M. Imu sudah lama dikenal sebagai salah satu gerai bakso enak di kota Intan.

Kuah kental dengan campuran bakso daging sapi dan bakso urat, menjadi menu utamanya. Bahkan tambahan bakso tahu, menambah lengkap menu untuk memanjakan lidah pengunjung yang datang.

Yuli, (42), salah satu pengunjung asal Garut Kota, mengaku tidak bosan menjadi pelanggan setia mi bakso M. Inu. "Saya sejak SMP sudah jajan di sini," ujar dia yang memboyong enam anggota keluarganya ke sana.

Bakso Imu, biasa warga Garut menyebut memang terbilang istimewa, setiap hari sekitar 6 gerai utamanya yang berada di Garut, selalu penuh di sesaki pengunjung. "Memang dari dulu menu dan rasanya tidak berubah," kata dia.

Bahkan bagi Risma, (23), pengunjung asal Banjarmsin, melahap satu porsi mie bakso Imu seakan membayar lunas kudapan mie Bakso enak, yang jarang didapatkan di Kalimantan. "Gak tahu enak saja, di sana masih jarang baso enak seperti ini,”"ujar dia bangga.

Saat ini satu porsi bakso Imu dijual sekitar Rp 20 ribu per porsi. Satu bakso besar, bakso tahu dan beberapa bakso kecil menjadi pelengkap dari setiap porsinya.

"Jika kurang puas di sini ya terpaksa bungkus juga," ujar dia tanpa sungkan sambil tersenyum ramah.

3 dari 6 halaman

3. Mi Bakso Parahyangan

Satu di antara tiga gerai bakso lawas di Garut, terselip nama Parahyangan. Gerai mi bakso yang berada di jalan Ciledug No 35 tersebut, sejak lama menjadi buruan warga Garut, untuk memanjakan lidahnya.

"Yang dikenal sejak lama di Parahyangan itu mi yaminnya, plus taburan daging ayam yang lembut," ujar Nia Kurniawati, (46), pengunjung asal kota Bandung.

Ia yang tengah melaksanakan silaturahmi dengan keluarganya di Garut, rela menunggu hingga setengah jam lamaya, menunggu menu pesanannya. "Saya pertama kali jajan di sini sekitar tahun 1990 saat masih SMA di sini," ujar dia.

Namun meskipun jarak memisahkan dengan kota Garut, namun kesenangannya melahap mie bakso, tidak menghentikannya untuk kembali menyantap mi Bakso Parahyangan.

"Saya hampir setiap tahun selalu pesan buah dibungkus ke rumah," ujar dia.

Sandi, (38), pemilik gerai mi bakso Parahyangan mengakui jika sebagian besar pelanggannya, merupakan warisan dari mediang Hasan, sang ayah yang merintis usaha itu.

Dibuka pertama kali pada medio 1970 silam, hingga kini pelanggan setia mia bakso Parahyangan selalu diburu warga. "Mungkin sudah cocok dengan lidah urang Garut," ujar dia sambil tersenyum ramah.

Sesuai dengan filosopi perusahaan, sejak awal berdiri, Parahyangan selalu memilih daging sapi pilihan, dengan sajian kuah ayam kampung, yang tidak pernah diganti. "Kami gak berani ganti menu, khawatir mengecewakan pelanggan," kata dia.

Tak ayal meskipun harga yang dipatok terbilang mahal di angka Rp 32 ribu per porsi, namun jangan heran pembelinya cukup banyak. "Kalau lebaran seperti ini bisa sekitar 1000 porsi kami jual," ujar dia.

Sementara porsi rata-rata per hari yang berhasil dijual berkisar di angka 300 porsi. "Memang kalau lebaran kan ada penambahan jumlah pengunjung dari mereka yang lagi mudik," kata dia.

4 dari 6 halaman

4. Mi Bakso Hampor

Berada di kawasan Hampor, Tarogong Kaler, Garut. Salah satu gerai mie bakso Haji Mamad ini, memang sejak lama  sudah menjadi langganan warga penikmat kudapan gurih, pedas dan hangat tersebut.

Mamad, (70) pemilik sekaligus perintis Mi Bakso Hampor mengatakan, usaha yang diintisnya sejak 1974 itu, merupakan buah kerja keras dalam menyajikan mie bakso enak bagi pelanggan. “Saya dulu awalnya jualan dipikul menggunakan gerobak,” kata dia mengenang.

Salah satu keunggulan bakso Hampor ujar dia, terletak pada bakso daging sapinya yang bertekstur lembut, yang membuat bakso hampor buah tangan Haji Mamad selalu ketagihan.

"Pelanggan saya kebanyakan yang dulu dari anak-anak, kini sudah berkeluarga bahkan bercucu," kata dia.

Baginya menyajikan baso yang berkualitas merupakan salah satu strategi mempertahankan kualitas, agar pelanggan tidak lari ke lain hati.

"Saya lebih baik tidak berjualan jika baso yang saya buat tidak enak, kasian pelanggan," ujarnya mengenang.

Tak heran, selama liburan lebaran, gerainya yang berada di bilangan jalan Samarang blok Hampor, selalu dikunjungi pelanggan setianya setiap tahun. "Alhamdulillah kalau lebaran, porsi yang berhasil dijual bisa di atas 1.000 porsi per hari," katanya.

Beberapa pejabat negara dan orang penting pun, konon pernah mencicipi nikmatnya mi bakso Hampor ini. "Infonya ibu Megawati (Ketua Umum PDIP) juga pernah mencicipi, kebetulan besannya kan orang Garut," kata dia.

Dengan harganya yang berkisar di angka Rp 20 ribu per porsi, mie bakso hampor pun laris manis saat libur lebaran tiba. "Bisa juga setengah porsi Rp 10 ribu, buat kami pelanggan adalah raja," ujar Mamad, dengan ramah.

Risma, (35), salah satu pelanggan setia mi bakso Hampor, mengaku pertama kali mencicipi basko Hampor medio 1990-an saat masih anak-anak. "Sampai sekarang rasanya itu tidak berubah, enak saja tidak bosan," kata dia.

Untuk mengobati rasa kangen akan kudapan mie bakso yang enak, ia pun sengaja membawa kedua anak dan suaminya, kembali melahan porsi lengkap mi bakso Hampor. "Mereka pun pada suka karena memang rasanya enak," ujar dia.

5 dari 6 halaman

5. Mi Bakso Mulang Sari

Selain Hampor dan Parahyangan yang termasuk dalam daftar gerai bakso lawas di Garut, ada pula Mi Bakso Mulang Sari, yang termasuk di dalam deretan gerai lawas berikutnya. Saat ini gerainya sudah mencapai 6 buah yang tersebar di beberapa tempat.

Pipin Aryamahendra,(31), salah satu pengelola Mie Bakso Mulang Sari mengatakan, musim surudan memberikan banyak berkah bagi enam gerai miliknya saat ini.

"Rata-rata per hari bisa sampai 1.000 porsi, naik beberapa kali lipat dibanding hari biasa," ujar dia.

Dirintis sejak tahun 1972 silam oleh Lili Naswari, sang ayah. Mi Bakso Mulang Sari sempat vakum hingga lima tahun saat musibah bencana meletus gunung Galunggung pada  1982 menutupi wilayah Jawa Barat.

"Saat itu ayah sempat merantau ke kota besar sebab kondisi di Garut tidak menentu," kata dia.

Namun perlahan pasti mulai 1985, gerai mie bakso Mulang Sari kembali aktif melayani pembeli. "Ciri khas kami sejak lama terletak pada mie dan baso tahunya," ujar dia.

Pipin mengaku, seluruh proses pembuatan mie dan bumbu kuah yang dihidangkan, langsung dibuat sendiri tanpa membeli dari pasar. "Kita ingin mempertahankan resep itu untuk memanjakan pelanggan," kata dia.

Tak mengherankan meskipun harga satu porsi di angka Rp 30 ribu, namun pembelinya selalu ngantre. "Pokonya buat saya Mulang Sari adalah jaminan mutu," ujar Ita, (36), salah satu pelanggan asal Garut Kota.

Ia selalu mencicipi baso Mulang Sari sejak remaja, mengaku sulit berpindah ke lain hati, karena rasanya yang sudah mengena di lidah. "Banyak tukang bakso di Garut, namun bagi saya Mulang Sari, sangat terasa minya, beda saja," kata dia.

Bahkan tidak hanya saat surudan semata, Ita sengaja kerap meluangkan waktunya hanya untuk menikmati mi bakso yang satu ini. "Kadang sebulan sekali, kadang bahkan bisa lebih sering tergantung ada yang ngajak," ujarnya sambil tertawa.

6 dari 6 halaman

6. Mi Bakso Ronyok

Berasal dari kata Ronyok atau menyemut, tukang m bakso yang berada di kawasan perkantoran Pemda Garut ini, memang sudah lama dikenal sebagai mi bakso enak dan lezat.

Antrean pengunjung pun selalu menjadi pemandangan sehari-hari bagi tukang bakso yang satu ini.

"Penamaan ronyok itu bukan dari kami, tapi dari pembeli" ujar Tia, (33), salah satu penjual bakso Ronyok.

Berbeda dengan lima gerai lainnya yang telah memiliki gerai dan toko, Mi Bakso Ronyok lebih anteng menggunakan bahu jalan untuk area jualannya. "Memang sejak 1997 lalu kami di sini, sudah jodohnya mungkin di sini," ujar dia bangga.

Menggunakan bahan daging segar sapi lokal, mie bakso Ronyok memang selalu menjadi incaran pengunjung. "Saya rela menunggu setengah jam di sini," ujar Adin, (40), salah satu pembeli yang rela ‘ngemper’ atau makan baso di pinggir jalan untuk menikmati bakso yang satu ini.

Menurutnya, satu porsi mi bakso ronyok terbilang lengkap dengan satu buah baso besar plus beberapa bakso kecil sebagai pelengkapnya. "Sejak dulu memang menunya seperti itu, cuma harganya saja yang naik," ujar dia sambil terseyum, menanggapi harga bakso ronyol yang mulai naik.

Tia mengaku, urusan kualitas bakso memang menjadi perhatian sejak pertama kali jualan. Baginya, lebih baik menaikan harga daripada harus mengurangi takaran rasa dan kualitas. "Biarkan saja, kan mereka sendiri yang menilai," ujar dia memberikan pilihan bagi pembeli.

Dengan upaya itu, meskipun setiap tahun harga per porsinya selalu naik, namun tidak mengurangi animo pembeli. "Kalau lebaran seperti ini malah saya bisa menjual hingga 2.500 persi," ujar dia.

Bakso Ronyok ujar dia, memang memiliki pembeli setia, tak jarang meskipun harganya kini sudah mencapai Rp 20 ribu per porsi, namun mereka tetap setia mengantre. "Saya pertama kali jualan harganya Rp 500 per porsi," ujar dia mengenang.

 

Simak juga video pilihan berikut ini: