Sukses

Masalah Baru Usai Banjir Konawe

Setelah banjir Konawe merendam 25 kecamatan selama 2 pekan lebih, dua desa diselimuti lumpur.

Liputan6.com, Konawe - Setelah banjir Konawe merendam ribuan rumah warga sejak 2 pekan lebih, air mulai surut pada Rabu (19/6/2019). Endapan lumpur, jadi masalah baru yang harus dihadapi warga Konawe.

Kondisi Desa Puuroda Jaya dan Anggopiu, Kecamatan Uepai paling memprihatinkan. Sekitar 500 kepala keluarga pada dua wilayah ini rumahnya diselimuti lumpur.

Bukan itu saja, halaman rumah dan jalan poros desa juga tertutup lumpur. Kendaraan roda dua dan empat belum leluasa melintas di wilayah ini.

Kepala Desa Puuroda Jaya, Marjum mengatakan, puluhan rumah di desanya terendam banjir Konawe. Sekitar 40 lebih rumah warga yang selamat dari banjir.

"Di desa kami, ada sekitar 120 lebih kepala keluarga. Kalau jalanan desa dan wilayah perkebunan petani hampir semua ditutup lumpur," ujar Marjum.

Sumari, salah seorang warga di wilayah itu mengatakan, lokasi desa yang hanya berjarak 500 meter dari aliran sungai Konaweha menjadi penyebab utama.

"Jadi waktu banjir memang lumpur naik saat sungai meluap dan merendam wilayah ini," ujar Sumari.

Mirip dengan Desa Puuroda, Anggopiu juga mengalami hal yang sama. Di wilayah ini, ada sekitar 100 kepala keluarga yang rumahnya terendam lumpur.

Kondisi Desa Puuroda Jaya, jadi perhatian sejumlah relawan karena kondisi pasca banjir yang memprihatinkan. Malah, tim evakuasi dari Kantor Manggala Agni Sulawesi Tenggara, langsung mendatangi lokasi.

Pantauan Manggala Agni, jalan dan fasilitas desa juga diselimuti lumpur usai banjir Konawe. Parahnya, jalur jalan raya cukup licin untuk dilintasi kendaraan roda dua sehingga bisa membahayakan keselamatan pengendara.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 3 halaman

Sedot Sumur

Kondisi desa yang penuh lumpur, menarik simpati personel Manggala Agni Sulawesi Tenggara. Tim Manggala Agni atau yang dikenal pemadam kebakaran hutan, membantu dengan peralatan penyedot lumpur.

Belasan rumah warga, sekolah, dan tempat umum dibersihkan personel yang sehari-hari bertugas memadamkan api di wilayah Taman Nasional Rawa Aopa. Setelah disiram dengan mesin pompa pemadam kebakaran hutan, kondisi beberapa rumah mulai bersih.

"Lumpur bisa setinggi 30 sentimeter di wilayah ini. Kami harus bantu, sebab bisa jadi sumber penyakit," ujar Kepala Kantor Manggala Agni Fanca Yanuar Kusuma, Rabu (19/6/2019).

Fanca Yanuar melanjutkan, timnya sudah bekerja sejak Selasa (18/6/2019). Hingga kondisi pulih, pihaknya akan tetap berada wilayah itu.

"Kami fokus di Desa Puuroda Jaya, karena paling memprihatinkan. Selain itu, alat kami terbatas," ujarnya.

Pihaknya juga menguras sumur sebagai sumber air utama warga. Dua hari bekerja, pihaknya sudah menguras lima unit sumur.

"Lumpurnya tebal, kasihan kan. Sumur jadi sumber air bersih warga di sana," dia menambahkan.

Selain menguras sumur dan menyedot lumpur di rumah warga, tim Manggala Agni juga memberikan sejumlah bantuan makanan, pakaian dewasa, dan popok bayi.

"Kita dibantu Dinas Kehutanan propinsi dan alumni sekolah kehutanan. Tetapi kami melihat warga masih butuh lebih banyak lagi bantuan.

3 dari 3 halaman

Kondisi Kebun Kakao

Ratusan hektare kebun kakao milik warga di wilayah Desa Puuroda dan Anggopiu terancam rusak karena lumpur. Setelah banjir surut, permukaan tanah kebun kakao milik warga dipenuhi lumpur.

Kepala Desa Puuroda Jaya, Marjum mengatakan, ada sekitar 150 hektare kakao milik warga yang terendam lumpur. Setelah banjir merendam hingga dua pekan lebih, meninggalkan lumpur tebal dalam kebun.

"Kami masih kesulitan mau membersihkan. Tapi, beberapa warga sudah mulai membersihkan secara manual," kata Marjum.

Dia melanjutkan, kakao menjadi salah satu mata pencaharian utama warganya. Lokasi desa yang berdekatan dengan sungai, membuat wilayah ini cocok untuk kakao.

"Kakao setiap tahun bisa panen. Kami khawatir lumpur berpengaruh dengan jumlah panen," ujarnya.

Dia mengakui, bantuan yang diberikan pihak pemadam kebakaran hutan sangat membantu. Meskipun, masih banyak rumah warga yang belum tersentuh karena keterbatasan alat.