Liputan6.com, Samarinda - Masyarakat Kota Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim) terjebak banjir selama dua pekan ini. Genangan air tidak kunjung surut ini pun berdampak negatif bagi perekonomian warga.
Warga Samarinda, Via Geraldin (22) mengatakan, banjir berpengaruh fatal terhadap aktivitas bisnis usahanya. Perempuan manis ini memang punya usaha jual beli busana online. Sementara, genangan air menutup akses perkotaan Samarinda yang menjadi pangsa pasar bisnisnya.
"Terpaksa jualan jadi terganggu dan hanya sibuk di rumah untuk menyelamatkan barang-barang dari banjir," keluhnya, Minggu, 23 Juni 2019.
Advertisement
Baca Juga
Kondisi permasalahan pun dialami Erawati (40), pemilik toko sembako di Perum Griya Mukti Samarinda. Ia mengalami penurunan omzet drastis penjualan sembako menjadi Rp150 ribu sepekan.
Padahal, pada hari biasa, Erawati mengaku punya omzet penjualan sebesar Rp500 ribu per hari. Semua karena genangan air sedalam 1 meter yang membanjiri pelataran warungnya.
"Banjir saat ini parah dibanding sebelummnya pada tahun 2018 lalu," ungkapnya. "Tetangga sudah banyak yang mengungsi," imbuhnya.
Pemilik toko Sumber Mitra, Mulyadi Wijoyo (41) mengeluhkan, kerugian material kerusakan barang dagangannya senilai Rp75 juta. Ia menyesalkan, kenapa tidak ada pemberitahuan luapan air yang menerjang permukiman warga.
Alhasil, barang dagangannya sempat terendam dan rusak. "Kalau dihitung kerugian yang saya alami mencapai 75 juta per hari," ujar Yadi.
Dirinya menyakini, mestinya Pemkot Samarinda bisa menyelesaikan persoalan banjir yang memiliki siklus 10 tahunan itu. Misalnya saja dengan cara memindahkan air dengan pompa air di titik luapan air bendungan Benanga yang berlimpah menuju Daerah aliran sungai (DAS) Sungai Karang Mumus (SKM).
Â
Kerugian Diperkirakan Capai Rp40 Miliar
Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman, Bernaulus Saragih memperkirakan, banjir menimbulkan kerugian sebesar Rp3 miliar per hari bagi Kota Samarinda. Artinya selama dua pekan ini, ibu kota Provinsi Kaltim ini menanggung total kerugian Rp40 miliar.
"Dihitung dari biaya pemulihan dan hilangnya peluang ekonomi warga," ungkapnya.
Bernaulus mengatakan, banjir memengaruhi ekonomi warga Samarinda. Kesempatan masyarakat untuk melakukan produksi maupun melakukan aktivitas ekonomi rutin menjadi terganggu.
"Butuh biaya, waktu dan tenaga untuk biaya pemulihan ini," ucap Bernaulus.
Semua akibat pengupasan lahan dan minimnya ruang terbuka hijau sehingga tidak sanggup menyerap curah hujan tinggi.
Sehubungan itu, Bernaulus menyarankan, pemetaan masalah penyebab banjir di wilayah Samarinda. Menurutnya, penanganan banjir harus menjadi prioritas utama pemerintah daerah.
"Sehingga Samarinda dapat menarik investasi dan pusat jasa," ujarnya.
Pemkot Samarinda belum memberikan tanggapan tentang masalah kotanya. Sekretaris Kota, Sugeng Chairuddin belum menanggapi pertanyaan media massa.
Sebelumnya, mereka sudah merilis data 11 kelurahan serta 36 ribu jiwa menjadi korban banjir kali ini. Kelurahan yang masih tergenang air yakni Sempaja Timur, Sempaja Selatan, Sidodadi, Lok Bahu, Gunung Lingai, Sempaja Utara, Pelita, Termindung Permai, Bukit Pinang, Sungai Pinang Dalam, Lempake.
Para dermawan memberikan bantuan makanan dan perlengkapan lain pada satuan tugas (satgas) tanggap bencana. Posko-posko dibangun baik dari swadaya masyarakat dan relawan yang terkoordinasi di posko induk Jalan DI Panjaitan Samarinda. Tak hanya makan, obat-obatan untuk warga yang terserang penyakit diare, gatal-gatal pada kulit, dan demam turut diberikan.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement