Liputan6.com, Banjarnegara - Embun es sebenarnya telah menjadi fenomena tahunan di Dataran Tinggi Dieng pada musim kemarau. Kemunculannya yang langka selalu disambut gegap gempita oleh warga, terutama di luar kawasan kaldera raksasa purba ini.
Pun dengan kemunculannya kali ini. Terlebih, sepanjang pekan hingga awal pekan ini, embun es muncul tiap hari. Sejak Senin (17/6/2019) awal pekan ini, embun beku telah muncul sembilan kali.
Kemunculannya selalu disusul dengan peningkatan kunjungan ke objek wisata Dieng. Penginapan penuh. Pengelola wisata dan warga yang berkecimpung di sektor pariwisata meraup berkah embun es Dieng.
Advertisement
Baca Juga
Namun, di sisi lain, embun es Dieng juga membawa dampak negatif. Utamanya, terhadap tanaman kentang dan hortikultura lainnya. Data Asosiasi Petani Kentang Dieng memperlihatkan puluhan hektare lahan kentang terdampak.
Tentu saja, dampak ke tiap tanaman berbeda. Embun es berdampak hebat untuk tanaman kentang berusia muda. Adapun tanaman kentang berusia tua relatif resisten.
Padahal, sebagian besar tanaman kentang di Dieng baru berusia antara 30-60 hari. Pengalaman bertahun-tahun mengajarkan petani kentang mancari cara antisipasi ketika memasuki musim panen pada Juli dan Agustus, saat potensi kemunculan embun es Dieng begitu tinggi.
Tahun ini memang berbeda. Embun es Dieng muncul pada Mei dan semakin intensif pada Juni. Besar kemungkinan, embun es bakal muncul lebih hebat pada Juli, Agustus, dan awal September 2019.
Â
Sikap Pemkab Banjarnegara Soal Munculnya Embun Es
"Masih sangat mungkin. Mudah-mudahan tidak begitu tebal sehingga dampaknya tidak parah," kata Ketua Asosiasi Petani Kentang Dieng, Ahmad Mudasir, Selasa, 25 Juni 2019.
Kemunculan embun es ini tak luput dari pantauan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Namun, sayangnya, pemerintah daerah tak memiliki anggaran bantuan untuk petani kentang yang terdampak embun es.
Kepala Bidang Tanaman Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Ketahanan Pangan Banjarnegara, Pawit Setianto mengatakan, sementara ini, lahan kentang yang terdampak memang baru di Desa Dieng Kulon dan Karangtengah, Kecamatan Batur. Luasan kentang yang terdampak sekitar 15 hektare.
"Kelihatannya, ini dari informasi di lapangan, yang terkena itu kan hanya Desa Dieng Kulon dan Karangtengah. Dampaknya juga tidak separah 2018," kata Pawit.
Namun, mengingat Juni merupakan awal musim kemarau, ada kemungkinan embun es akan berdampak lebih luas pada Juli hingga Agustus. Pasalnya, biasanya puncak kemunculan embun es terjadi pada bulan-bulan tersebut.
Dia mengakui, Pemkab Banjarnegara tak memiliki anggaran untuk bantuan petani terdampak embun es. Karenanya, jika dampak embun es bertambah parah dan dalam skala lebih luas, Pemkab bakal mengajukan anggaran bantuan penanggulangan bencana ke pemerintah pusat.
Â
Advertisement
Antisipasi Dampak Embun Es
Saat ini, petugas lapangan masih mendata kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman kentang. Pasalnya, dampak embun es berbeda antara tanaman kentang berusia muda dengan tua. Tanaman kentang muda lebih rentan terdampak lebih parah.
"Apabila itu dinyatakan sebagai bencana itu kan, bisa katakan lah, mengalokasikan atau mengusulkan," ujarnya.
Ia mengimbau agar petani menahan diri untuk tak menanam kentang terlebih dahulu. Lebih baik, petani menanam komoditas lain yang relatif resisten, seperti wortel dan kubis.
Petani sebenarnya paham lokasi-lokasi yang menjadi langganan munculnya embun es. Di antaranya, tanah bidang datar. Adapun tanah dengan kemiringan lebih dari lima derajat relatif aman dari embun es.
"Biasanya di tanah yang miring tidak muncul embun es," dia mengungkapkan.
Meski begitu, untuk menjaga agar embun es tak berdampak semakin parah, petani disarankan untuk menanam tanaman pelindung atau tanaman sela. Komoditas yang direkomendasikan adalah kopi dan Carica.
"Kalau ada naungan harapannya tidak terdampak langsung. Dan Carica adalah ikon Dieng," dia menandaskan.
Saksikan video pilihan berikut ini: