Liputan6.com, Aceh - Dalam film Leaving Las Vegas terdapat sebuah adegan masyhur. Ben, seorang alkoholik yang hidupnya patah arang mendapat hadiah yang tak terduga: sebuah hip flask.
Hip flask adalah benda berharga bagi seseorang yang bercita-cita mati sebagai pecandu alkohol seperti Ben. Hadiah yang diberikan Sera itu menjadi tanda bahwa ia menerima Ben dan bertekad menemaninya sampai tujuan Ben mengakhiri hidupnya tercapai.
"Yah, sepertinya aku dengan gadis yang tepat," ucap Ben. Sera tahu, memberikan botol minuman stainless tersebut sama saja mempersingkat masa hidup Ben, namun itu juga berarti penerimaan, dan Ben menyukai hadiah Sera.
Advertisement
Adegan ini mengantarkan Nicolas Cage sebagai aktor terbaik Oscar. Film yang dirilis pada 1995 ini bercerita tentang alkoholik bernama Ben yang bertemu dan menjalin hubungan dengan Sera, seorang pelacur yang merindukan kasih sayang dari seorang manusia, bukan pelanggan.
Sejak itu hip flask menjadi simbol alkoholik pada masyarakat urban. Kemunculannya pada abad 18 telah membuatnya identik dengan penggemar wiski.
Bentuk hip flask yang gepeng dan melengkung bukan tanpa sebab. Bentuk itu disesuaikan dengan lekukan pinggul atau paha dan mudah dibawa kemana pun.
Namun di tangan pria Aceh, Dedi Ikhwani (33), hip flask disulap menjadi kemasan 'cold brew wine coffee'. Menenteng hip flask sambil menikmati kopi Aceh bercita rasa winey beraroma buah memberi pengalaman minum kopi yang tak biasa, terkesan eksklusif, elegan dan vintage.
"Wine yang dimaksud ini, tentu bukan alkohol. Murni sari buah-buahan. Namun, memang anggur (wine) dibuat dari buah anggur. Tapi ini, memang kopinya yang difermentasi tidak ada campuran lain," kata Dedi kepada Liputan6.com, Senin malam (1/7/2019).
Sebotol kopi Aceh 'kelas eksklusif' racikannya dibanderol Rp100 ribu. Terdapat harga yang lebih murah tergantung kemasan.
"Harganya memang sedikit lebih tinggi. Tapi, kita juga ada yang dari botol kaca, dan plastik," jelas pria yang terkadang mengajar di Fakultas Pertanian Universitas Syah Kuala itu.
Â
Kopi Aceh di Pasar Global
Menurut Dedi, kopi asal Aceh (gayo) telah lama dikenal di mancanegara. Hanya saja, negeri luar selama ini mengira bahwa kopi Aceh tersebut berasal dari Mandailing, Provinsi Sumatera Utara.
"Dengan adanya pengusaha kecil muda seperti kita ini, kita ingin menegaskan ke luar, bahwa kopi ini adalah kopi gayo Aceh. Kita ingin meningkatkan pamornya bahwa kopi ini berasal dari Aceh," ungkap Dedi.
Pria kelahiran 13 Oktober 1984 itu awalnya berkecimpung dalam usaha penjualan bubuk kopi di Kabupaten Bener Meriah pada 2013. Belakangan, ia juga membuka kafe di lokasi yang sama.
Usaha penjualan bubuk kopi dan kafe miliknya berada di Jalan Blang Jorong, Kecamatan Bandar. Selain itu, Dedi membuka jasa pelayanan roasting bagi pelanggan yang membawa bahan sendiri.Â
"Produk kita yang roasted bean ada wild luwak, winey natural, red honey, long berry, pea berry, specialty, premium, fine canephora. Kita juga menyediakan produk robusta, tapi yang orisinal, tanpa campuran," sebut Dedi.
Bubuk kopi miliknya sudah pernah diekspor ke luar negeri. Tahun lalu diekspor ke Cina, dan rencananya akan diekspor ke Jepang tahun ini.
Â
Â
Advertisement