Liputan6.com, Banjarnegara - Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah merupakan permukiman tua. Sisa peradaban kunonya tampak pada candi-candinya yang dipercaya sebagai yang tertua di Pulau Jawa.
Legenda dan mitologi melingkupi masyarakat dengan kasta budaya yang tinggi ini. Salah satunya, keberadaan anak-anak berambut gimbal atau bocah gembel.
Bocah gembel menjadi fenomena yang lazim ditemui di Dieng. Ia dipercaya merupakan anak keturunan para tetua Dieng masa silam.
Advertisement
Bocah gembel tak mesti lahir di Dieng atau pegunungan sekitarnya. Terkadang, ia muncul di sebuah tempat, ratusan kilometer dari Dieng. Namun, hampir dipastikan ia memiliki garis keturunan dari Dieng.
Baca Juga
Tahun ini, sembilan bocah gembel rencananya bakal mengikuti ruwat rambut gembel Dieng Culture Festival 2019. Salah satu bocah gembel ini lahir dan tumbuh di Depok, Jawa Barat.
Seperti biasanya, Dieng Culture Festival 2019 yang bakal digelar antara 2-4 Agustus 2019 nanti berpuncak pada pemotongan rambut gimbal. Namun, jumlah bocah gembel yang mengikuti ruwatan itu masih mungkin berubah seiring dekatnya waktu gelaran.
"Update hari ini sudah sembilan," kata Khoerul Anam, Koordinator Lapangan DCF 2019, Kamis malam, 4 Juli 2019, atau sebulan sebelum ruwat rambut gembel Dieng Culture Festival 2019.
Bocah-bocah gembel adalah individu-individu yang spesial. Budaya dan kepercayaan lokal masyarakat Dieng membuatnya diperlakukan lebih istimewa dibanding anak-anak lainnya.
Sosok Kiai Kolodete dan Nyi Roro Ronce
Bocah-bocah gembel atau anak gimbal ini dipercaya merupakan titipan sosok legenda Dieng, Kiai Kaladete atau Kolodete. Kemudian, ada sosok lain yang pula berpangaruh dan hidup dalam mitologi masyarakat Dieng, Nyai Roro Ronce.
Perlakuan berbeda itu membuat anak-anak ini lebih ekspresif, eksploratif, dan tentu saja, lebih manja lantaran terbiasa dengan perlakuan istimewa.
Lazimnya, menjelang ruwat atau pemotongan rambut, bocah gembel selalu memiliki permintaan istimewa. Namun, pada helatan Dieng Culture Festival 2019 ini, panitia belum menanyakan kepada mereka daftar keinginan istimewanya.
Khoerul beralasan, bisa saja permintaan itu bakal berubah mendekati ruwat. Sebab itu, permintaan baru akan ditanyakan saat ritual pemotongan rambut gimbal sudah dekat.
"Permintaanya belum kita tanyakan karena bisa berubah. Biasanya kita datangi ke rumah ke sembilan anak itu kalau memang hanya sembilan," dia mengungkapkan.
Dia menyatakan, ruwat rambut gembel dalam Dieng Culture Festival diprioritaskan untuk kalangan yang betul-betul tidak mampu. Pasalnya, sering kali permintaan anak-anak gimbal ini bernilai tinggi. Atau jika tidak, permintaan tersebut aneh atau unik sehingga sulit dipenuhi orangtuanya.Â
"Maksudnya (orangtuanya) tidak mampu memenuhi permintaan si anak," ujarnya.
Betapa uniknya permintaan-permintaan bocah gembel sebelum ruwat bisa terlihat ketika gelaran serupa tahun lalu. Sebanyak 12 bocah gembel mengikuti upacara ruwat dalam Dieng Culture Festival 2018.
Advertisement
Permintaan Istimewa Bocah Gembel Sebelum Ruwat
Saat itu, sejumlah anak ada yang meminta barang bernilai tinggi, misalnya iPhone. Tetapi, ada juga permintaan yang unik dan aneh, entok dan kambing jantan.
Permintaan yang terasa aneh lainnya dilontarkan Anindita Purbaningrum (6) sebelum diruwat. Bocah perempuan anak Pak Ngahatno asal Tlogowero, Tlogojati ini meminta sate telur puyuh tiga tusuk dan sate ayam dua tusuk.
"Tapi belinya di depan rumah sakit," ucap kepala UPT Dieng, Aryadi Darwanto, 30 Juli 2018.
Laela Handayani (6) misalnya, meminta tablet yang ada gambar apelnya. Setelah ditelusuri, yang dimaksud Laela adalah iPhone.
Sebaliknya, ada pula yang permintaanya sangat mudah dipenuhi, Nadhira Thafana Pramarsetyo (4). Anak Dwi Prasetyo ini juga memiliki permintaan sederhana, yakni ikan goreng.
Permintaan sederhana dan mudah dipenuhi dilontarkan bocah gimbal asal Desa Kenteng, Madukara, Banjarnegara. Anak Kukuh Widardo ini hanya meminta es krim dan cokelat mangga jeruk.
Permintaan yang mudah dipenuhi lainnya adalah permintaan dari Nurlela Herawati (12) yang meminta kue bolu Blackforest. Anak perempuan Herman dan Aan Daryati adalah anak keturunan Dieng yang orangtuanya tinggal di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Di luar itu, ada juga permintaan khas anak perempuan. Aulia Malihatunisa (7) yang meminta ponsel, sepeda, baju muslim, dan boneka Hello Kitty.
Di antara permintaan bernilai tinggi atau mudah itu, ada pula permintaan yang sebenarnya biasa-biasa saja, namun agak aneh. Misalnya, permintaan yang diutarakan Elsa Fitriani (9).
Bocah gimbal anak pasangan Nuryanto dan Tutur asal Desa Sidengok, Pejawaran, Banjarnegara ini meminta kambing jantan besar dan Roti Mari dua bungkus besar.
Saksikan video pilihan berikut ini: