Sukses

Belajar Pantang Menyerah dari Pengusaha Muda Tommy Atlantis

Tommy Atlantis pengusaha muda yang sukses di Lombok. Kesuksesannya tidak diraih dengan mudah.

Liputan6.com, Mataram - Tommy Atlantis, pengusaha muda dari Lombok, Nusa Tengara Barat. Usianya masih 27 tahun, namun jangan tanya aset yang dikelolanya. Catatan asetnya di atas rata-rata pemuda seusianya.

Selain uang modal yang siap digulirkan, aset Tommy di antaranya dua rumah toko, dua bidang tanah, sepeda motor dan moge, tiga mobil. “Semua aset beli cash tanpa kredit bank,” tuturnya dalam perbincangan dengan Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Tommy memang seorang pengusaha muda yang bersinar. Toko handphone dan aksesoris miliknya merupakan yang terbesar di Lombok. Omzetnya per bulan mencapai Rp 4 miliar. Dia mempekerjakan karyawan 35 orang.

Apa kiat suksesnya?

"Pikirkan impian Anda, Rasakan impian Anda, dan bertindaklah menuju arah impian Anda," katanya.

Selain itu, berbuat baik ke sesama juga menjadi kunci sukses.

"Jadilah orang yang berbeda dan terbaik, dimulai dari sekelilingmu," ucapnya.

Tommy mengingatkan jika seseorang terjun berusaha, fokus saja dan menikmati proses. Nantinya hasil akan mengikuti prosesnya.

Bagaimana mencari proses yang benar, menurut dia, sudah banyak contoh di sekitar kita.

"Mau pintar ya tiru orang pintar, mau sukses ya contek orang sukses,” katanya.

Bagi Tommy, proses dan capaiannya sejauh ini menjadi pembuktian bahwa pemuda dari daerah Lombok dengan umur yang masih muda bisa memiliki daya saing untuk menjadi sukses.

"Dan membuktikan bahwa siapapun kita, darimana pun kita berasal bisa sukses, kaya raya, dan bisa memberi inspirasi buat teman-teman lainnya,” ujar dia.

Jika menilik sejarah Tommy merintis usaha sejak di Malang sampai Lombok, ternyata kesuksesannya saat ini bukan hasil dari proses yang mudah. Perjalanan bisnisnya berliku dan penuh tantangan. Namun Tommy pantang menyerah.

 

2 dari 2 halaman

Jualan Tahu, Akik, Hingga HP

Sejak kuliah di Universitas Brawijaya Malang, Tommy sudah mencoba berbisnis. Ada alasan kuat dengan pilihannya itu.

"Ketika berbisnis, kita bisa lebih memberi manfaat untuk orang lain dan bisa menentukan sendiri berapa besar penghasilan kita sesuai perjuangan yang kita lakukan,” ucapnya.

Dia mengawali usahanya dengan modal awal uang SPP kuliah, berjualan tahu. Usaha menjual tahu tidak menguntungkan alias terus merugi. Namun dia bertahan untuk berjualan tahu hingga enam bulan lamanya, sebelum memutuskan berhenti.

Tommy kemudian coba berbisnis telepon seluler alias handphone. Di bisnis ini dia bertahan selama enam bulan. Selama itu usahanya juga tidak menggembirakan. Tommy sering tertipu pemasok dan harus membayar ganti rugi ke pembeli yang mendapatkan handphone rusak.

"Saya terus menerus rugi dan mungkin itu apes bagi saya," kata dia.

 Setelah berhenti bisnis HP, dia coba menggeluti usaha multi level marketing. Terjun di sini selama 1,5 tahun, dia berhasil menjadi profesional leader di Jawa Timur dengan penghasilan Rp 7 juta juta per bulan. Namun Tommy dikeluarkan dari perusahaan MLM bersangkutan karena menjual barang yang tidak boleh dijual di bawah harga pasar.

Dengan sisa dana dari hasil bisnis MLM, Tommy jualan jagung menggunakan grobak tahu. Lumayan sukses di Malang, dia membuka cabang hingga di Lombok. Penghasilannya dari bsinis jagung ini mencapai Rp 8 juta per bulan.

Rupanya dia masih penasaran dengan bisnis HP. Meski masih trauma pada pengalaman sebelumnya, dia nekat terjun lagi jualan HP. Namun lagi-lagi dia tertipu dan rugi hingga Rp 160 juta.

Dari HP Tommy beralih ke bisnis batu akik. Sisa uangnya sebanyak Rp 12 juta digunakan untuk membuka gerai batu akik.

Saat itu batu akik memang sedang booming. Sayang nasib sial kembali menghampirinya. Tokonya dibobol maling. Semua batu permata hilang, hanya menyisakan gagang.

Di titik ini Tommy sempat menyerah. Dia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya kembali di Universitas Brawijaya jurusan Teknik Pengairan.

"Selama setahun saya fokus kuliah, tanpa memikirkan bisnis lagi karena sedikit trauma," katanya.

Kemudian setelah wisuda pada awal 2017, dia kembali berbisnis. Dia mengawalinya dengan membuka toko asesoris HP dengan modal awal 30 juta hasil simpanan saat kuliah dan hasil usaha jual beli online.

Usahanya tidak langsung lancar. Selama enam bulan usahanya masih sepi dan tokonya juga kerap dibobol maling.

Namun kali ini ia tetap bertahan, karena bingung mau usaha apalagi. Dengan tekun dan gigih dia terus berinovasi. Akhirnya kesuksesan pun menghampiri, hingga kini.

Bagi Tommy, kerugian dan cobaan dalam berbisnis tidak melemahkan semangatnya, namun justru jadi cambuk untuk tetap gigih berusaha.