Sukses

Jalan Pagi Menyusuri Sisa Kejayaan Jalur Kereta Api Legendaris Garut

Sejak berhenti 1983 silam, pemerintah bakal kembali mengaktifkan jalur kereta api Cibatu-Garut mulai akhir tahun ini.

Liputan6.com, Garut - Suasana dingin yang menusuk tubuh tak menghalangi belasan seniman Himpunan Sastrawan Dramawan Garut (Hisdraga), untuk tetap melanjutkan perjalanan.

Mereka sengaja menggelar acara ‘mieling’ menelusuri jalur reaktivasi kereta api legendaris Cibatu-Garut, Jawa Barat yang akan kembali aktif mulai akhir tahun ini.

Tidak ada persiapan khusus yang mereka lakukan, belasan aggota komunitas seni kota Intan itu terlihat riang dan bersemangat melakukan perjalanan darat sejauh 19,8 kilometer, mengenang kejayaan kereta si  ‘kuik’ dan si ‘gomar’ yang dulu beroperasi di sana.

Menggunakan pelataran Stasiun Garut Kota sebagai titik pemberangkatan, mereka kemudian menusuri perjalanan menuju ke arah timur Stasiun mulai Babakan Abid, Pasir Jengkol, Wanaraja, Sawah Gede hingga Stasiun Cibatu, yang digunakan sebagai lokasi terakhir perjalanan mereka.

“Kami jalan saja di jalur itu, sesekali menemui warga, sambil mengingatkan jika sebentar lagi jalur kereta akan kembali aktif,” ujar Fachroe S. Jaladri, pengurus Hisdraga, sekaligus penggagas acara kegiatan itu , kepada Liputan6.com, Sabtu (13/7/2019).

Menurutnya, kegiatan ‘Mapay Pijalaneun Kareta Api ‘ (Menelusuri Bakal Jalan Kereta Api) itu, merupakan bentuk dukungan moral warga, menyambut kehadiran kereta api di Kabupaten Garut.

“Kami memang membutuhkan kereta, apalagi kondisi lalu lintas jalan raya yang semakin padat,” kata dia.

Sejak pertama kali informasi reaktivasi kereta api mencuat akhir tahun lalu, lembaganya langsung menaruh dukungan bagi pemerintah, terhadap rencana itu.

“Karena memang masyarakat secara langsung mengakui membutuhkan sarana transportasi kereta,” ujar dia kembali menegaskan.

Bahkan saat pertama kali pembongkaran gedung dan bangunan di sekitar Stasiun Garut Kota Mei lalu dilakukan, lembaganya sengaja menggegalar pentas seni dan budaya, sebagai bentuk dukungan.

“Hari ini (jalan kaki) pun kalau memungkinkan, berhenti sebentar kita bisa menggelar acara serupa,” kata dia.

Fachroe mengakui, kegiatan tersebut dilakukan sukarela tanpa dukungan dari pihak manapun. Hal itu sengaja digelar, untuk mengenang kejayaan kereta warisan Belanda tempo dulu. “Kita bangga saja, jika kereta akan kembali beroperasi di Garut,” ujarnya.

Bahkan peninggalanan bangunan dan sarana pendukung kereta yang masih tersisa, menjadi kebanggaan tersendiri bagi komunitas, selama perjalanan berlangsung. “Istilahnya mengingatkan jika dulu kereta api berikut sarana pendukungnya seperti itu,” kata dia.

Namun meskipun demikian, sebagai warga Garut yang akan menikmati fasilitas kereta, ia pun mengakui jika perjalanan itu sekaligus digunakan sebagai evaluasi dari warga, sejauh mana progres pengerjaan reaktivasi kereta api.

“Targetnya kan akhir tahun selesai, jadi kami ingin tahu itu (reaktivasi),” kata dia.

 

 

2 dari 3 halaman

Jalur Kenangan

Fachroe mengatakan, bagi masyarakat Garut, jalur kereta api lawas Cibatu-Garut Kota-Cikajang sejauh hampir 47 kilometer (km), merupakan jalur kenangan. Banyak peristiwa dan kejadian yang dilalui warga, selama kereta beroperasi pada 1930-an silam.

“Dulu bisa naik kereta kebanggaan, seperti piknik ke kota lah,” ujarnya.

Oki Lasminingrat (57) salah satu saksi hidup beroperasinya jalur kereta Cibatu-Cikajang tersebut menambahkan, ada dua kereta yang selalu menjadi buruan warga. “Satu si kuik satu lagi paling gede di Gomar,” kata dia.

Saat itu, kehadiran jalur kereta saat itu cukup membantu warga terlebih di tengah masih minimnya sarana transportasi warga.

“Kendaraan pribadi itu masih terhitung jari, itu pun hanya orang tertentu yang kaya yang punya mobil,” ujar Oki mengenang.

Dalam benak ingatannya, angkutan kendaraan umum yang beroperasi, hanya elf ‘4848’ yang selalu wara-wiri ke sekitar stasiun mengangkut warga.

“Meskipun hanya satu perjalanan sehari, ongkos tiket kereta itu sangat murah, dibanding mobil sekalipun,” ujarnya.

Tak mengherankan, selama melayani masyarakat hampir lima dekade (1930-1983), kehadiran kereta api yang mengekor di jalur Cibatu-Cikajang cukup digemari warga. “Banyak warga yang sengaja mengagendakan berwisata menggunakan kereta itu,” kata dia.

Bukan hanya itu, ongkos kereta yang terbilang murah, menjadi primadona pengiriman barang perniagaan milik warga Garut saat itu. “Dulu mengangkut sayuran, hasil bumi lainnya pakai kereta, jadi lebih aman,” kata dia.

Kini seiring proses reaktivasi yang tengah dikebut pemerintah, memorinya seakan bangun kembali akan kejayaan kereta api di Priangan Timur tersebut.

“Orang Garut yang tengah sukses di ibu kota saat ini, tentu mengetahui sekaligus bakal kembali mengenang akan kereta ini,” ujar dia bangga.

Untuk mendukung kemudahan warga, ia berharap PT KAI bisa lebih menata sarana dan prasarana kereta, sehingga proses reaktivasi kereta api memberikan kemudahan bagi warga. “Misal jangan sampai ada pedagang di dalam kereta, termasuk penataan kios pedagang di area stasiun agar lebih tertib,” kata dia.

3 dari 3 halaman

Banyak Keuntungan

Fachroe menyatakan, sesuai dengan target yang direncakan pemerintah, komunitas menilai kehadiran kereta di kabupaten Garut, bakal memberikan banyak keuntungan, mulai perubahan sikap warga, peningkatan ekonomi, hingga peningkatan wajah pembangunan kabupaten Garut.

“Jadi nanti Garut tidak hanya menjadi rute persimpangan, tapi menjadi salah satu rute utama,” kata dia.

Selama ini beberapa stasiun pendukung di Garut, hanya merupakan stasiun transit untuk melayani perjalanan jarak jauh dari ibu kota dan kota besar lainnya.

Akibatnya, tranportasi kereta api kurang begitu dinikmati oleh masyarakat, terutama pelaku ekonomi. “Namanya transit ya berhentinya sebentar, berbeda dengan stasiun utama,” kata dia.

Namun dengan rencana reaktivasi kereta api tersebut, pemerintah berupaya menarik sebanyak mungkin pengunjung yang datang ke Garut, serta mampu mengangkut penumpang dari kota Intan, ke wilayah lain di pulau Jawa. “Pilihan transportasi yang sangat membantu,” kata dia.

Menurut Fachroe, sejak berhenti sekitar 1983 silam, mayoritas penduduk Garut hanya menggunakan moda transportasi umum bis, termasuk kendaraan pribadi untuk menuju Bandung, Jakarta dan sekitarnya. “Infonya nanti kereta dari Garut bisa langsung langsung menuju Jakarta,” kata dia.

Bahkan dengan kehadiran kereta, komunitas menilai bakal banyak keuntungan yang bisa diraih masyarakat secara luas. “Yang jelas sisi pariwisata akan bangkit, kemudian sosial ekonomi masyarakat pun bakal berubah,” ujarnya.

Fachroe menyatakan, potensi wisata alam kabupaten Garut yang cukup mempesona, bakal menjadi pematik naiknya jumlah kunjungan wisata dari luar, menuju kota Dodol tersebut.

“Dulu saja Charlie Chaplin dan pemimpin dunia datang, apalagi sekarang semakin banyak area wisata di Garut,” kata dia.

Untuk memudahkan akses transportasi warga, komunitas berharap PT KAI selaku operator, lebih memperhatikan penataan sarana pendukung kereta. “Saya optimis banyak warga yang akan beralih menggunakan kereta,” harap dia.