Sukses

Kisah Pemulung Kaya karena Batu Akik, Tampung Lansia Hingga Ratusan Orang

Rama Philips, pemulung yang berubah jadi kaya dari Ponorogo menjadikan rumahnya sebagai tempat penampungan lansia, ODGJ, dan orang terlantar.

Liputan6.com, Ponorogo - Sekilas tak ada yang istimewa dengan sebuah rumah di Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Hanya bangunan petak yang memanjang ke belakang.

Namun siapa yang sangka, rumah itu menjadi tempat penampungan lansia dengan berbagai permasalahannya. 

"Ya memang seperti ini keadaannya. Serba seadanya karena ini panti swasta bukan milik pemerintah," kata Rama Philips kepada Liputan6.com, Kamis (18/7/2019).

Rama mengaku, menampung lansia hingga Orang dengan Gangguan Jiwa (OdGJ) tidak seperti membalikkan telapak tangan. Banyak masalah yang harus dihadapi. Namun demikian ia tetap melakukannya dengan senang hati.

Kepedulian Rama terhadap lansia dan OdGJ bukan tanpa sebab, sekitar 9 tahun lalu dirinya sempat merasakan menjadi orang yang terbuang lantaran berprofesi sebagai pemulung. 

"Saya pernah merasakan tinggal di kontrakan 4 kali 6. Bahkan saya juga harus kehilangan istri pertama saya tahun 2011," katanya.

Dari situ, dirinya bangkit, karena masih mempunyai satu tanggungan anak. Ia pun mencoba menekuni usaha memperbaiki lampu.

Namun, kehidupannya berubah 100 persen, ketika ada konsumennya memperkenalkan usaha batu akik. Dengan modal Rp80 ribu pada 2015, Rama berangkat ke Sawoo mencari batu yang bisa diubah menjadi akik. Saat itu jenis batunya kaseldon.

"Saya membeli bongkahannya. Lalu saya potong-potong ecil-kecil saya jual. Dari 80 ribu menjadi 4 juta," katanya.

Tidak sampai di situ, dia terus mengembangkan usaha batu akiknya. Hingga terakhir bisa berkembang menjadi Rp 486 juta. "Langsung saya investasikan tanah, rumah dan lain-lain," katanya.

 

2 dari 3 halaman

Hidayah Lewat Si Mbah

Saat di tengah-tengah menjalankan jual beli akik, lanjut ia, bertemu dengan mbah-mbah yang sudah tua tapi masih menjadi kuli panggul. Ia pun mengikuti si mbah tersebut.

"Saya tanya, ternyata eks transmigran, istrinya meninggal dan tidak punya anak. Mbah itu kembali ke Ponorogo ke keponakannya. Rupanya dia juga diusir dari rumah dan harus kerja keras dan tinggal di sebuah gubug seadanya," bebernya.

Rama mengaku, akhirnya memutuskan menampung si mbah itu. "Ya saya teringat nasib saya waktu jadi pemulung. Keluarga juga setuju menampung," terangnya.

Dari situ, Rama kemudian menemukan lansia-lansia lain, hingga sekarang menjadi 100-an orang yang ada di rumahnya.

"Jadi bisnis akiknya melesat kemudian redup, tapi ini amanah dari Tuhan. Ya saya tampung juga. Ya alasannya saya pernah seperti mereka," jelasnya.

Saat ini, Akik sudah tidak hits seperti dulu. Rama pun banting stir bisnis berbagai macam plastik. Pernah juga, satu hari tidak ada uang untuk memberikan makan tuna wisma yang dirinya tampung.

"Tapi Tuhan Maha Baik. Pasti ada pertolongan. Ada orang datang memberikan sumbangan atau lainnya," tegasnya.

 

3 dari 3 halaman

Kisah Lainnya

Banyak kisah cukup mengharukan yang dijalani Rama dalam menampung Lansia. Terkadang ada anak yang sengaja datang ke rumahnya untuk menitipkan bapak atau ibu nya. Sepekan kemudian kembali, si anak bukan mengambil justru membawa surat izin telah menjual rumahnya.

"Ya akhirnya saya tampung. Saya anggap orang tua sendiri. Banyak kejadian serupa karena warisan lalu dipasrahkan ke saya," bebernya.

Ada pula, OdGJ yang sudah tua, dibawa ke rumah lansia dengan harapan hidup tinggal 40 persen. Sepekan kemudian meninggal dunia.

"Banyak yang seperti itu. Sempat 2 pekan itu yang meninggal 10 orang. Kami bukan rumah sakit, jadi tidak bisa berbuat banyak," terangnya.

Kini, lanjut ia, sudah melakukan MOU dengan 4 Dinas Sosial (Dinsos), yaitu Dinsos Kabupaten Ponorogo, Magetan, Madiun, dan Trenggalek. Selama ada lansia ada tuna wisma yang digaruk kemudian dikirim ke rumah singgah.

Namun sayang, hingga kini MOU nya hanya sekedar jika ada tuna wisma dikirimkan, tidak untuk membantu. "Malah yang bantu bangunan kemenkumham kemarin itu," terangnya.

Tetapi Rama tidak pernah meminta, karena banyak donator berdatangan. Bahkan sekarang sudah ada 4 rumah lansia yang ada di bawah naungannya. Empat rumah itu di dua di Kabupaten Ponorogo, satu di Kabupaten Tulungagung, dan satu lainnya di Kabupaten Blitar.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Â