Sukses

Awas Ada Es Tape Bok Begal di Kulon Progo

Saat melintas di jalan jalur selatan Kulon Progo hati-hati ada begal. Bukan begal perampas sepeda motor, melainkan Es Tape Bok Begal. Seperti apa bentuknya?

Liputan6.com, Yogyakarta - Saat melintas di jalan jalur selatan Kulon Progo hati-hati ada begal. Bukan begal perampas sepeda motor, melainkan Es Tape Bok Begal yang tersohor di Panjatan, Kulon Progo. Bok atau Brog, dalam bahasa Jawa, merupakan sebutan untuk jembatan. Bok atau Brog ini diketahui berasal dari bahasa Belanda yaitu Brug.

"Bok Begal itu dulu zaman Jepang banyak begalnya. Sekarang ya tidak ada. Aman," kata Rubingin penjual Es Tape Bok Begal, Senin (29/7/2019).

Rubingin mengaku mengetahui kondisi jembatan yang banyak begalnya itu lantaran ia sudah berjualan es tape ini sejak tahun 1975. Es tape yang dijualnya juga sudah diketahui semua warga sekitar, sehingga ia menamainya Es Tape Bok Begal.

"Sekarang dibuat jembatan kata orang sini namanya bok, atau kalau orang sebut keretek itu. Saya dari dulu jualannya di sini," katanya.

Hampir setiap hari ia membawa Es Tape Bok Begal dari rumahnya di Sungapan Dusun 13, Tirto Rahayu, Galur, Kulon progo. Karena hampir setiap hari jualan sehingga ia mengetahui seluk beluk bok begal.

"Jualannya di sini terus dari dulu, kalau liburnya tidak tentu, kalau pas tidak ada tape ya saya libur. Kadang diundang untuk acara kawinan ya libur," katanya.

Banyak yang datang ke tempatnya untuk menikmati Es Tape Bok Begalnya setiap hari. Sebab, selain melegakan tenggorokan di tengah cuaca panas, juga karena harganya yang murah.

"Harga Rp2.500, dulu Rp15 tahun 1975 naik sedikit sedikit kan jualan di desa jadi tidak dijual mahal. Karena yang beli orang kampung, sawah ada yang tanam, mencari rumput kan orang kecil itu. Kalau dijual mahal ya kasihan," katanya.

Alasan inilah yang membuat Rubingin tidak menaikkan harga Es Tape Bok Begalnya. Walaupun sebagai penjual mencari keuntungan, tetapi dia tidak lantas menaikkan harga yang terlampau tinggi.

"Jadi Es Tape Bok Begal kalau harga Rp2.500 itu (sudah) untung. Kalau buat banyak ya untung banyak. Laba sedikit tapi jualannya banyak nanti pendapatan banyak," katanya.

2 dari 3 halaman

Sehari 400 Gelas

Rubingin mengaku pendapatan menjual Es Tape Bok Begal tidak tentu. Namun, jika dirata-rata sehari, es tapenya bisa habis sebanyak ratusan gelas es. "400 gelas sehari kadang," katanya.

Setiap hari ia menyiapkan bahan-bahan untuk membuat es tape, mulai dari membeli tape, gula, hingga es batu yang kemudian diserut. "Diserut pakai asah kayu itu," ujarnya.

Setelah semua proses pembuatan selesai, ia pun siap menjual Es Tape Bok Begal mulai dari pukul 09.00 WIB hingga habis. Namun, tidak sampai sore hari, es tapenya selalu ludes. "Jam 12.00 WIB habis. Tidak tentu kalau mundur ya sampai jam 1 siang tapi paling lambat jam 2 siang habis," katanya.

Sebanyak 400 gelas yang habis di tangan pembeli itu kebanyakan dipesan untuk dibawa pulang. Namun, banyak juga yang menikmati Es Tape Bok Begal di tempat.

"Kebanyakan di plastik dari kantor-kantor Wates, Polres, sekolahan banyak yang beli ada 50 gelas. Guru-guru SD kalau istirahat beli es tape ini," katanya.

Ia bersyukur karena dengan berjualan es tape mampu mengangkat perekonomian keluarganya. Walaupun dengan harga yang murah, tetapi bisa menyekolahkan ketiga anaknya hingga selesai.

"Cucu sudah 7. Buatkan rumah untuk tiga anak, semua dari es tape. Saya itu tidak pinjam dari bank, enggak mau saya. Saya kumpulkan uangnya menyisihkan uang kalau sudah ada baru beli apa gitu," katanya.

3 dari 3 halaman

Bok Begal yang Aman

Kapolsek Panjatan, Kulon progo AKP Gunardi Tejamurti, mengaku tidak mengetahui pasti soal nama Bok Begal tersebut. Termasuk desa di wilayahnya yang bernama desa Garongan.

"Saya tidak mengetahui pasti sejarahnya bagaimana kok bisa diberi nama itu. Seperti halnya salah satu desa di wilayah Panjatan ada yang namanya desa Garongan. Tapi, tidak ada garong (perrampok)," katanya.

Tejamurti menjelaskan selama menjabat sebagai Kapolsek di Panjatan belum pernah ada kasus begal di Bok Begal. Menurutnya, baik di Desa Garongan maupun di Bok Begal situasi keamanan sangat kondusif.

"Selama saya menjabat menjadi Kapolsek Panjatan, belum pernah ada kejadian begal dan sejenisnya di tempat itu. Selama saya menjabat, sudah 1,5 tahun, tidak ada kasus begal," katanya.

Ia yang merupakan putra asli Panjatan mengaku jika daerah tersebut dalam kategori aman. Walaupun pernah ada kasus kecelakaan lalu lintas di iwlayah tersebut. "Tapi kalau begal dan sejenisnya selama ini aman kondusif," katanya.

Teja bahkan menegaskan jika di wilayah Panjatan menjadi daerah dengan angka kriminalitas terendah di Kulon Progo.

"Artinya wilayah paling aman," katanya.

Sepertinya, bagi pengendara motor maupun mobil pada siang hari yang melintas Jalan Panjatan hanya akan ter"begal" oleh segarnya Es Tape Bok Begal.

Â