Liputan6.com, Cirebon - Gelisah dan cemas menyelimuti keluarga TKI Carmi, warga Blok Kalibangka Desa Rawaurip Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon.
Diketahui, Carmi berangkat menjadi TKI di Arab Saudi pada tahun 1988. Hingga saat ini, keluarga masih setia menanti kabar dan kepulangan Carmi ke kampung halamannya.
Advertisement
Baca Juga
Seperti disampaikan ayah Carmi, Ilyas, sang anak berangkat ke Arab Saudi melalui jasa penyalur PT Umah Sejati Alwidah Jaya Sentosa.
"Sekarang sponsornya sudah tidak adalagi bangkrut dan mereka tidak bertanggungjawab," kata dia sembari meneteskan air mata, Selasa (30/7/2019).
Carmi merupakan anak pertama Ilyas dan Warniah (75 tahun) dari 10 bersaudara. Carmi berangkat ke Arab Saudi setelah lulus dari bangku sekolah dasar (SD) pada 1987.
Bermodal nekat, Carmi pun berangkat hanya dengan bekal surat keterangan yang diurus oleh pihak sponsor. Ilyas mengaku hanya beberapa kali mendapatkan kabar dari sang anak melalui surat. Namun, intensitas keluarga berkomunikasi dengan Carmi hanya bertahan selama tujuh tahun.
 "Saya masih ingat betul, anak saya berangkat itu setelah lulus SD. Ya belum punya KTP, pakainya surat keterangan yang ngurusnya ya sponsor, tapi sponsornya sudah meninggal," kata Ilyas.
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
Diketahui, Carmi bekerja di Kota Riyad Arab Saudi di rumah majikannya bernama Suud bin Hudaiban dan Habibah.
Ilyas dan keluarga mengaku sudah berusaha meminta bantuan ke berbagai pihak hingga KBRI. Namun upaya yang dilakukan keluarga tidak membuahkan hasil meski harta yang dikeluarkan sudah sangat banyak. Dia mengaku pernah tertipu oknum yang berjanji bisa memulangkan anaknya itu.
"Uang sudah diberikan sesuai permintaan, Carmi belum juga pulang. Saya sudah habis harta benda minta tolong pengacara kiai hingga orang pintar tapi tidak ada hasil," ujar dia.
Tangisan kerinduan pun dirasakan oleh ibu Carmi, Warniah. Ia berharap sang anak bisa ditemukan dan kembali pelukannya.
"Saya hanya bisa berdoa setiap hari agar anak saya bisa segera pulang. Sudah 31 tahun, saya sekeluarga selalu menanti kepulangan Carmi," ujar Warniah.
Sementara itu, sembilan adik Carmi rata-rata sudah berkeliarga dan dikaruniai anak. Bahkan ada juga yang sudah punya cucu.
"Mungkin Carmi juga di sana sudah punya suami dan anak juga. Karena sebagai seorang ibu, batin saya masih yakin anak saya masih ada di sana, hanya saja tidak bisa pulang maupun ngasih kabar," sambung Warniah.
Â
Advertisement