Liputan6.com, Cilacap - Kemarau panjang di Cilacap, Jawa Tengah, pada Agustus 2019 ini belum mencapai puncaknya. Diperkirakan puncak kemarau bakal terjadi pada September.
Secara tradisional, masyarakat Jawa menyebut September sebagai masa ketiga. Ketiga adalah musim yang identik dengan sumur kering kerontang, aliran sungai putus, jalanan berdebu, hutan gersang dan tanah sawah retak sampai kedalaman semeter lebih.
Namun, pada Agustus ini, dampak kemarau panjang meluas. Di Cilacap, sebanyak 32 desa yang tersebar di 14 kecamatan sudah mengalami krisis air bersih.
Advertisement
Baca Juga
Secara total, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap telah mengirimkan sebanyak 136 tangki air bersih. Itu berarti, jumlah bantuan air bersih yang dikirimkan telah melampaui jumlah bantuan air bersih yang dianggarkan dalam APBD 2019 Definitif.
Pada APBD 2019, alokasi anggaran pengadaan air bersih hanya Rp60 juta, atau setara 110 tangki air bersih. 26 tangki air bersih yang telah terkirim itu berasal dari dana CSR dunia usaha.
"Ya, sudah habis. Untuk anggaran yang tersedia definitif APBD 2019 sudah terkirim semua," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy, Jumat, 2 Juli 2019.
Komara menerangkan, BPBD juga telah mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp25 juta untuk pengadaan air bersih untuk mengantisipasi dampak kemarau panjang dari APBD 2019 Perubahan. Akan tetapi, anggaran itu baru bisa dicairkan sekitar bulan September.
Bantuan Air Bersih dari Dunia Usaha
Di waktu yang sama, kebutuhan bantuan air bersih di wilayah terdampak krisis air bersih terus terdampak. Karenanya, BPBD mengajak dunia usaha, mulai dari swasta, BUMN, BUMD dan lembaga lainnya untuk turut membantu pengadaan air bersih.
"Kita sekarang memaksimalkan bantuan air bersih dari dunia usaha," dia mengungkapkan.
Ajakan itu direspon oleh berbagai perusahaan. Hingga saat ini, BPBD sudah mengumpulkan sekitar 200 tangki bantuan dari lembaga lain dan bisa dikirimkan ke masyarakat yang membutuhkan.
Terkini BPBD telah mengirimkan bantuan air bersih untuk 13.460 kepala keluarga (KK) yang terdiri atas 40.301 jiwa. Mereka berada di 32 desa yang tersebar di 14 kecamatan.
Sebanyak 65 desa di Cilacap diperkirakan akan mengalami krisis air bersih pada 2019 ini. Karenanya, dibutuhkan bantuan seluruh pihak untuk ikut membantu memenuhi permintaan bantuan air bersih.
"Tahun 2018 kemarin kita mengirimkan 512 tangki air bersih. Mungkin sekarang sekitar itu atau lebih banyak," ucapnya.
Pertanyaan yang kemudian muncul, kenapa Cilacap yang merupakan wilayah paling rawan bencana di Jawa Tengah, termasuk dampak kemarau, menganggarkan bantuan air yang minim dibanding kabupaten-kabupaten tetangganya?
Soal ini, Komara berkilah bahwa penganggaran minim itu dilakukan sebagai pemantik agar seluruh pihak turut berkontribusi dalam penanganan bencana kekeringan. Pemerintah hendak memacu agar dunia usaha pun turut peduli dengan masyarakat Cilacap yang terdampak kekeringan.
"Tahun 2018 kemarin kita mengirimkan 512 tangki air bersih. Sebagian juga dari dunia usaha," Komara menerangkan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement