Liputan6.com, Garut Penggunaan kawat pada layang-layang rupanya menjadi penyebab utama mati listrik serentak di sejumlah wilayah Jawa Barat, Banten dan sebagian Jawa Tengah, serta Yogyakarta.
Pejabat pelaksana Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan UPT PLN Cirebon Didi Suhardianto menyatakan, kerusakan fasilitas instalasi listrik akibat kawat layang-layang, berada pada urutan pertama dari seluruh faktor penyebab kerusakan listrik di Indonesia.
"Untuk Garut itu tertinggi di Jawa-Bali bahkan di Indonesia," ujarnya dalam sosialisasi kelistrikan di Kecamatan Garut Kota, Selasa (6/8/2019).
Advertisement
Kegiatan hobi menerbangkan layang-layang menggunakan kawat cukup riskan, selain berbahaya dapat menimbulkan kebakaran akibat korsleting listrik, juga menimbulkan kerusakan fasilitas listrik.
"Data terbaru yang masuk ke kami sejak 2017 hingga 2019 mayoritas karena kawat listrik," kata dia.
Baca Juga
Dari 12 kota-kabupaten di wilayah pesisir pantai utara dan selatan Jawa Barat, kerusakan fasilitas instalasi listrik akibat kawat layang-layang berada pada urutan pertama, di samping faktor lain.
"Itu hasil observasi dan data internal yang masuk ke kami," kata dia.
Lembaganya mencatat, kerusakan akibat kawat layang-layang di Garut pada 2015 lalu mencapai 125 kasus, atau tertinggi di pulau Jawa-Bali. "Garut itu nomor satu kemudian Pontianak," kata dia.
Bahkan, akibat gangguan kawat layang-layang, gardu induk PLN Garut yang berada di kecamatan Cilawu, pernah mengalami ledakan cukup hebat.
"Semakin banyak kawat layang-layang yang tersangkut, sangat berisiko terjadinya gangguan fasilitas," kata dia.
Â
Â
Â
Faktor Lain Penyebab Kerusakan Instalasi di Garut
Umam Ismail, petugas Keselamatan Kerja dan Lingkungan area tranmisi Garut menambahkan, selain kawat layang-layang, faktor lain yang ikut berperan menimbulkan kerusakan fasilitas instalasi listrik, yakni bencana alam dan pencurian. "Tapi untuk bencana alam memang sedikit," kata dia.
Menurutnya, budaya dan hobi menerbangkan layang-layang masyarakat Garut hampir berlangsung sepanjang tahun. "Asal ada angin mendukung langsung main layang-layang," kata dia.
Kondisi itu, diperburuk dengan banyaknya warga yang menggunakan kawat di ujung senar layang-layang yang diterbangkan.
"Pada 2006 laporan akibat kawat mencapai 360, kemudian sejak 2018 terus turun," kata dia.
Dampaknya, hampir setiap bulan ada mati listrik secara bergilir, akibat kerusakan fasilitas. "Paling sering itu (pemadaman) terutama di Desa Cimuncang, Sukanegla dan Margawati wilayah Garut kota," kata dia.
Di ketiga titik itu, ujar dia, mayoritas fasilitas instalasi listrik mengalami kerusakan cukup parah akibat kawat layang-layang. "Silahkan bermain layang-layang, tapi mohon jangan menggunakan kawat," pinta dia.
Â
Advertisement
Pasokan Listrik Aman
Sementara itu, di tempat yang sama juru bicara Pertamina Geothermal Energi (PGE) Area Karaha, Asmaul Husna mengatakan, meskipun ada gangguan jaringan, hingga kini pasokan energi listrik bagi masyarakat Garut lancar.
"Memang kami akui adanya trouble jaringan kemarin cukup merugikan masyarakat," ujar dia.
Menurutnya, sosialisasi sekaligus penjelasan mengenai persoalan yang tengah dihadapi PLN dianggap tepat untuk menjelaskan secara gamblang persoalan yang tengah terjadi.
"Dan memang ini salah satu tugas kami ikut bersinergi sesama BUMN menyampaikan informasi bagi masyarakat," kata dia.
Dedi menambahkan, peran pasokan PGE Karaha saat pemadaman listrik dua hari kemarin cukup signifikan.
"Kenapa Garut enggak padam, padahal Tasik, Depok padam, bahkan Kamojang pun sempat padam, karena PGE Karaha tetap nyala (memasok listrik)," ujar dia
Walhasil, meskipun sebagian besar wilayah Jawa mengalami mati listrik, tetapi lancarnya pasokan listrik PGE Karaha, mampu menjadi penyelamat pasokan listrik di Garut.
"Mereka itu mampu memasok 25 MW dari kebutuhan 50 MW Garut," kata dia.
Asmaul menambahkan, saat ini pasokan PGE Area Karaha untuk menerangi masyarakat Garut dan sekitarnya, mencapai 25 Mega Watt (MW) per hari dari total produksi perusahaan sebesar 30 MW.
"Kami alirkan melalui Gardu Induk Cilawu untuk selanjutnya didistribusikan ke masyarakat," kata dia.
Dengan pasokan itu, ujar dia, setengah kebutuhan energi masyarakat Garut yang mencapai 50 MW per hari, berasal area Karaha. "Kami akan berkomitmen terus menjaga konsistensi pasokan," ujar dia.
Untuk memudahkan pasokan energi ke depan, lembaganya meminta masyarakat Garut saling menjaga fasilitas vital negara, terutama instalasi listrik dari gangguan tidak penting.
"Kita dengar bersama penjelasan PLN tadi, bahwa sebagian besar disebabkan kawat layang-layang,"dia menegaskan.
Selain mengganggu pasokan akibat kerusakan instalasi, penggunaan kawat juga berbahaya karena bisa menyebabkan bencana kebakaran. "Kembalinya yang rugi kan masyarakat juga," dia mengingatkan.
Â
Simak video pilihan berikut ini: