Liputan6.com, Solo - Kehidupan toleransi antar umat beragama terjadi di dua tempat ibadah yang bangunannya saling berdampingan antara Masjid Al Hikmah dengan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan, Solo. Hari minggu ini, pihak gereja meniadakan ibadah kebaktian pagi untuk menghormati umat Islam yang melaksanakan salat id di jalan depan bangunan gereja dan masjid itu.
Jalan Gatot Subroto yang terletak di depan Masjid Al Hikmah dan GKJ Joyodiningratan itu selalu digunakan untuk pelaksanaan salat id. Pada Hari Raya Idul Adha 1440 H yang bertepatan dengan hari Minggu dan pihak gereja mengambil sikap meniadakan kebaktian pagi untuk menghormati umat Islam yang salat id.
Pendeta GKJ Joyodiningratan, Beritha Tri Setyo Nugroho mengatakan, peniadaan kebaktian pagi dilakukan untuk menghormati para jemaah Masjid Al Hikmah yang melaksanakan salat id di jalan depan bangunan masjid dan gereja.
Advertisement
Baca Juga
"Majelis gereja memutuskan untuk meniadakan ibadah kebaktian pagi yang dimulai pukul 06.30 WIB," kata Beritha, Minggu 11 Agustus 2019.
Menurutnya, keputusan untuk menghilangkan jadwal kebaktian pagi itu telah disosialisasikan kepada para jemaat gereja sudah jauh hari sebelumnya. Keputusan tersebut pun bisa dimaklumi para jemaah karena sebelumnya juga pernah dilakukan ketika perayaan Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha jatuh pada hari Minggu.
"Kita sudah mewartakan kepada para jemaat terkait peniadaan dan pengunduran jadwal kebaktian pagi sejak dua minggu lalu. Kebaktian jam 06.30 WIB ditiadakan, terus kebaktian yang biasanya pukul 08.30 diundur menjadi 09.00 WIB. Jemaat gereja bisa memahaminya," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, Muhammad Nasir Abu Bakar mengaku keputusan gereja yang meniadakan kebaktian pagi karena berbarengan dengan jadwal salat id bukan merupakan yang pertama kalinya dilakukan. Konon, keputusan itu sudah yang kesekian kalinya jika salat id jatuh pada hari Minggu yang bertepatan dengan jadwal kebaktian di gereja.
"Sangat luar biasa indahnya kerukunan ini karena pihak gereja memundurkan jadwal kebaktian pagi. Kami tidak pernah memaksa, tapi memang kami selalu berkomunikasi dengan pihak gereja saat ada waktu ibadah yang waktunya bersamaan. Itulah pentingnya toleransi," ujarnya.
Kerukunan kehidupan antar umat beragama di dua tempat ibadah yang letaknya berdampingan itu menurut Nasir memang sudah terjalin lama. Bahkan, para pendiri masjid dan gereja untuk menandai kerukunan tersebut mendirikan prasasti tugu lilin yang penuh dengan pesan keharmonisan.
"Antara pengurus masjid dan gereja benar-benar menjunjung tinggi sejarah toleransi yang sudah terjalin sejak lama," ujarnya.
Simak video pilihan berikut: