Liputan6.com, Bandung - Kota Bandung selalu menawarkan sesuatu yang baru dalam urusan perjalanan ke berbagai destinasi wisata yang menarik. Dikelilingi oleh pegunungan, kota ini menyimpan berjuta keindahan alam untuk dieksplorasi.
Baca Juga
Advertisement
Hal itu juga yang membuat perkembangan tempat penginapan di Bandung terasa begitu cepat. Berbagai hal coba ditawarkan pengelola tempat penginapan mulai dari yang memberikan kenyamanan, lokasi yang strategis, kelezatan makanannya dan kelengkapan fasilitas. Belum lagi jika tempat tersebut memberikan harga yang sangat akrab dengan kantong.
Meski demikian, tidak jarang jika wisatawan yang mampir ke Kota Bandung justru kebingungan mencari tempat yang nyaman untuk sekadar menginap.
Namun, seiring perkembangan dunia desain dan teknologi, rasanya hal tersebut tak perlu dipusingkan lagi. Karena saat ini sudah ada banyak alternatif penginapan berkonsep unik yang bisa menjadi tempat singgah sebelum menghabiskan waktu di Kota Kembang.
Salah satu tempat menginap itu ialah hotel kapsul Bobobox. Kenapa Bobobox? Karena bicara soal keunggulan, Bobobox adalah hotel kapsul yang menawarkan pemesanan hotel mudah, cepat, tanpa ribet check in, dan banyak promonya.
Redaksi Liputan6.com langsung menjajal sensasi menginap di hotel berkonsep kapsul ini, Selasa (13/8/2019). Revenue Excecutive Bobobox, Hafidz Syahrial tanpa tedeng aling-aling memesankan satu unit kamar. Kata dia, biar langsung merasakan pengalaman menginap!
Baiklah, karena tidak diminta dan kadung dipesan, akhirnya Liputan6.com datang ke salah satu cabang Bobobox di Jalan Sultan Tirtayasa No 11. Lokasinya bersebelahan dengan kawasan Dago. Dari Alun-Alun Bandung, hotel kapsul ini dapat ditempuh selama 20 menit perjalanan naik angkutan umum.
Check In Pakai Barcode
Memasuki hotel kapsul, kesan pertama terhadap front desk-nya yang futuristik, tetapi tetap simpel dan minimalis. Selain itu, petugasnya juga sangat ramah menyapa.
Mengingat hotel ini mengusung konsep Futuristic Pods for Smart Traveler, pengunjung diminta untuk mengunduh aplikasi Bobobox. Untuk masuk aplikasi bisa menggunakan data internet pribadi atau dibantu jaringan internet wifi hotel. Setelah masuk ke aplikasi melalui nomor telepon atau alamat surat elektronik tamu, pemilik akun diminta memasukkan nomor kode akses.
Setelah laman aplikasi terbuka, pengunjung bisa langsung mendaftar untuk menginap. Tidak lupa resepsionis akan membantu dalam mengakses aplikasi.
Hal yang membuat agak janggal adalah ketika petugas memberikan sepasang sandal hitam serta sebuah kunci. Awalnya, cukup mengherankan karena, kata petugas, hotel terintegrasi dengan sistem IoT (Internet of Things) tapi kok diberi kunci.
Rupanya kunci tersebut untuk membuka locker room. Jadi, sebelum masuk ke kamar, tamu wajib menggunakan sandal. Karena itulah sepatu yang digunakan pengunjung bisa ditukar dengan apa yang mereka sebut dengan slipper.
Setelah membereskan administrasi dengan petugas, pengunjung bisa langsung check in. Dari front desk menuju kamar atau pod (istilah kamar di Bobobox) terdapat pintu utama. Di dalam aplikasi terdapat barcode. Cukup tempel ke mesin pengenal, maka pintu terbuka. Inilah pengalaman futuristik menginap di hotel dengan "kunci" yang dipegang langsung dari ponsel sendiri. Wow!
Advertisement
Kasur Ukuran King Size
Setiap pod Bobobox berbentuk kotak, dan berbentuk huruf L. Bentuknya mengingatkan akan permainan puzzle atau bahkan tetris. Karena bentuknya L, pengunjung bisa membayangkan ada ruang bumi di lantai bawah dan langit di lantai atas.
Tiba di depan pintu pod 26, pengunjung kembali menempelkan barcode ke mesin scan. Kunci pintu pod pun terbuka dan terdapat suara tanda selamat datang.
Saat memasuki ruangan pod, tidak ada kasur sempit seperti yang kita bayangkan. Melainkan tersedia kasur ukuran king size.
Soal kamar kapsul yang sering terbayang adalah pengap, terbantahkan ketika masuk ruangan pod. Yang ada justru dingin sebab terdapat pendingan ruangan, alih-alih terdapat kipas exhaust. Bahkan, walau ruangannya kecil, terdapat tempat bekerja, speaker bluetooth, serta tablet yang bisa mengatur lampu sesuai dengan mood.
Kamar kotak ini memiliki prinsip desain minimalis dan fungsional. Berbeda dari hotel kapsul lain, Bobobox menggunakan konsep teknologi kamar pintar dan berbagai fasilitas di dalam pod yang sudah terintegrasi dengan sistem IoT. Sehingga setiap fasilitas yang ada di dalam pod akan terhubung dengan ponsel.
Selain itu, fasilitas B-Pad dalam pod memungkinkan tamu mengatur tingkat kecerahan dan warna lampu kamar sesuai dengan mood. Bayangkan, warna lampunya saja ada 15! Cahaya di kapsul dapat diatur untuk membaca, tidur atau memang menginginkan keadaan gelap.
Ketika mencoba speaker di dalam kapsul, volume maksimal ternyata tidak seperti speaker pada umumnya. Kapsul sendiri memang kedap suara, tetapi tampaknya ada batas tertentu sehingga volume speaker tidak terlalu kencang.
Adapun bagian utama yaitu kasur, terdapat bantal dan selimut. Selain itu disediakan handuk dan sikat gigi.
Sedangkan kamar mandi dan toilet berada di luar kapsul dan dipakai bersama. Walaupun terletak di luar, ruangan tersebut tetap bersih. Bahkan disediakan hairdryer, sabun, dan sampo. Soal kamar mandi bersama, jangan khawatir. Sebab kamar mandi dibedakan gender.
Nah, di hotel ini juga disediakan beberapa tempat terbuka yang cocok untuk mereka yang ingin bekerja atau sekadar ngobrol bersama pengunjung lain. Disediakan area komunal, dapur, musala hingga area bebas merokok.
Tiba saatnya tidur. Dengan luas kapsul 400 cm x 200 cm, tinggi satu setengah meter sebenarnya terbilang sulit untuk pengunjung yang memiliki tinggi lebih dari 150 cm. Sehingga pengunjung harus sering menunduk untuk tidur di atas kasur.
Sebelum tidur sekitar pukul 23.00 WIB, saya mematikan seluruh lampu di kapsul. Walau disediakan mode lampu mode tidur dengan pencahayaan seadanya.
Saya sendiri tidak memiliki ketakutan akan ruangan sempit atau Claustrophobia. Sehingga tidur saya terbilang nyenyak. Alhasil ketika bangun di pagi hari saya juga terbangun dalam keadaan segar, seperti layaknya tidur di hotel pada umumnya.
Soal harga menginap di hotel kapsul mulai dari Rp132.000 per malam. Untuk kenyamanan, per kapsul hanya diperbolehkan maksimal dua orang per kamar.
Terobosan di Industri 4.0
Hotel kapsul bukan merupakan sebuah terobosan terbaru di industri perhotelan. Uniknya, latar belakang hotel kapsul sebenarnya tidak ditujukan untuk wisatawan atau para backpacker. Hotel kapsul awalnya justru dirancang bagi mereka yang akan melakukan perjalanan singkat atau sekadar menginap singkat dan melanjutkan perjalanan selanjutnya.
Melihat sejarahnya, hotel kapsul berawal dari Jepang, sekitar 1972. Di negara asalnya, hotel kapsul banyak digunakan oleh pekerja yang terlambat pulang karena lembur dan harus kembali bekerja di pagi hari berikutnya. Baru pada 1979, hotel kapsul terlihat seperti ukuran saat ini yang diiluncurkan di Osaka.
Sedangkan di Indonesia, kehadiran hotel kapsul terbilang baru. Beberapa tahun lalu hotel kapsul mulai diperkenalkan ke pasar Indonesia. Adapun maksud dari kapsul ini sendiri mengingat penginapan yang disediakan memiliki ruang-ruang kamar yang sangat kecil menyerupai obat kapsul yang berukuran kecil dan dalam jumlah yang banyak.
Bobobox merupakan salah satu operator hotel kapsul di antara bisnis perhotelan yang sedang marak itu. Berdiri sejak 2017, Bobobox sebenarnya bukanlah hotel kapsul pertama yang ada di Bandung. Tapi mereka adalah hotel pertama yang asli made in Indonesia. Penggunaan bahan baku hingga pekerja yang bekerja di sini semuanya asli Indonesia.
Bobobox sendiri didirikan oleh enam orang pemuda yang bertemu di Bandung. Dari pengalaman mereka traveling ke berbagai tempat, muncul gagasan untuk mendirikan tempat penginapan di Bandung. Kemudian lahirlah Bobobox yang bertujuan untuk menciptakan sebuah tempat di mana semua orang dapat melakukan perjalanan, membangun hubungan dengan sesama pengunjung, dan merasakan pengalaman yang unik.
"Jadi ketika para pendirinya ini traveling, kita menemukan adanya kebutuhan yang bisa mengakomodasi penginapan yang murah, cepat tapi ditunjang dengan pengalaman yang unik," kata Syahrial.
Keenam orang pemuda itu adalah Frans Risky, Hafidz Syahrial, Ahmad Qois, Agung Mahesa, Brian Andrianto, dan Zulfikar Rifan. Satu lagi yang baru masuk dalam kelompok pendiri yaitu Hafidhullah Zakariyya yang kini menjabat selaku Chief Technology Officer (CTO), otak dari pengembangan teknologi Bobobox.
Setelah memilih lokasi hotel kapsul pertamanya di Jalan Pasir Kaliki, Bandung, Bobobox kemudian membuka cabang di Jalan Sultan Tirtayasa dan Cipaganti.
"Kita punya rata-rata 80-90 persen okupansi hariannya. Jadi market pun menerima produk kita dengan sangat baik dan banyak sekali teman-teman millenials dari umur 25-35 tahun maupun business traveler yang datang ke Bobobox itu sendiri," kata Syahrial.
Hafidhullah Zakariyya mengungkapkan, Bobobox dibangun menggunakan teknologi dan pod yang terstandardisasi. Karena itu, kenyamanan tamu adalah hal utama yang selalu diperhatikan Bobobox.
"Dua hal tersebut menurut kami bakal menjadi kunci dari industri jasa pelayanan penginapan. Dengan penggunaan aplikasi secara langsung, akan terlihat ulasannya seperti apa. Dan Bobobox punya dua hal itu saat ini," kata Hafidhullah.
Hafidhullah mengakui, industri 4.0 turut memengaruhi jasa layanan penginapan. Dia berharap hotel kapsul Bobobox dapat menerapkan IoT secara menyeluruh.
"Untuk sekarang memang kita memonitoring dari pusat, tapi untuk ke depannya kita akan benamkan fitur lain. Sebagai contoh, saat orang akan ke kamar mandi nanti ada notifikasi untuk mengetahui kamar mandi sedang kosong. Lalu juga kita sedang menyiapkan game kecil yang bisa dimainkan antar pod," katanya.
Simak video pilihan di bawah ini:
Advertisement