Sukses

Cerita Profesor Amerika Pengajar Gamelan Cirebon di Universitas California

Kecintaan warga negara asing terhadap seni dan budaya Cirebon itu memotivasi masyarakat lain untuk membantu melestarikan warisan leluhur.

Liputan6.com, Cirebon - Gamelan merupakan salah satu seni musik warisan leluhur Cirebon. Tidak sedikit orang belajar dan berusaha melestarikan Gamelan Cirebon.

Salah satunya adalah profesor asal Amerika Serikat Richard North. Tabuh suara Gamelan Cirebon yang syahdu membuat pria yang kini akrab disapa Mama Erik terpukau oleh warisan seni dan budaya Cirebon yang berwarna.

"Saya mulai meneliti Gamelan di Indonesia tahun 1976 keliling ke Jawa Tengah hingga Bali belajar gamelan dan membuat notasinya. Tapi saya lebih tertarik dengan Gamelan Cirebon," kata Mama Erik di tengah kunjungan rutinnya dua tahun sekali ke Cirebon, Rabu (14/8/2019).

Kecintaan Erik kepada Gamelan Cirebon berawal dari keinginannya belajar beberapa seni karawitan. Tepatnya bulan Mei 1981, Erik bertemu sang guru dari Keraton Kacirebonan Pangeran H Yusuf Dendabrata.

Erik menyatakan keinginannya belajar beberapa seni karawitan Cirebon. Namun, sang guru meminta Erik untuk mempelajari semua kesenian di Cirebon termasuk filosofinya baik gamelan, topeng, wayang, dan beragam kesenian lain.

"Memang saat itu minat orang untuk belajar Gamelan Cirebon sedikit. Mungkin itu alasan guru saya untuk belajar semua karena sambil mendokumentasikan dan saya buatkan notasinya," kata Erik.

Lebih dari 17 tahun Erik belajar Gamelan Cirebon. Erik rela pulang pergi Amerika Serikat-Cirebon dua tahun sekali.

Erik pun tidak canggung untuk tidur bersama para seniman dan budayawan Cirebon. Hingga akhirnya dia bisa beradaptasi dengan warga dan karakter Cirebon.

"Satu atau dua bulan saya tinggal belajar di Cirebon. Sisanya komunikasi lewat email atau saya telepon. Sering juga kirim berkas dari Cirebon untuk saya dokumentasi dan digitalisasi," kata dia.

Dari hasil penelitiannya, Erik mengakui bahwa Gamelan Cirebon merupakan salah satu kesenian musik tradisional yang tertua.

Selain itu, seni musik Cirebon dianggap lebih berwarna dan memiliki makna filosofi yang dalam sehingga pantas menjadi tuntunan hidup.

"Ada yang kombinasi kuno dan modern ada kontemporernya juga. Bahkan menggunakan gitar listrik seperti tarling Cirebon," ujar dia.

2 dari 2 halaman

Universitas California

Hasil penelitian tersebut menjadi alasan Erik mempelajari lebih dalam tentang kesenian Cirebon dan filosofinya. Termasuk tugas Erik mendokumentasikan warisan seni budaya Cirebon untuk tetap lestari.

Kecintaan Erik terhadap seni dan budaya Cirebon membuat dia membuka sanggar Sinar Surya Santa Barbara di Amerika Serikat.

Erik juga sukses menjadikan Gamelan Cirebon sebagai salah satu kelas resmi yang dipelajari di Universitas California Amerika Serikat.

"Saya juga mengajar di Universitas California dan banyak mahasiswa yang tertarik ikut pelajaran ini," kata dia.

Dia menyebutkan, sekitar 200 universitas di Amerika Serikat membuka kelas resmi gamelan. Namun, 100 persen berasal dari Jawa Tengah dan Bali.

Hanya di Universitas California yang membuka kelas resmi Gamelan Cirebon. Minat masyarakat dan mahasiswa di Santa Barbara terhadap Gamelan Cirebon sangat tinggi.

"Kebanyakan mahasiswa dan warga di sana mengaku belum pernah dengar Gamelan Cirebon. Tapi setelah mendengar dan ikut main mereka suka," ujar dia.

Sanggar Sinar Surya Santa Barbara milik Erik kerap menggelar pentas di setiap kegiatan baik di dalam maupun di luar kampus.

"Dua bulan sekali kami gelar pentas Gamelan dan banyak yang nonton bahkan ada juga mahasiswa dari Indonesia yang tiba-tiba kangen kampung halaman belajar ikut nabuh gamelan," tutur Erik.

Saksikan video pilihan berikut ini:Â