Liputan6.com, Pekanbaru - Sejak 1990, Provinsi Riau sudah menjadi langganan kebakaran hutan dan lahan. Hampir setiap tahun kabut asap hasil kebakaran lahan menyelimuti sejumlah wilayah di Bumi Lancang Kuning sehingga menyebabkan berbagai sektor lumpuh.
Menjelang pergantian milenium, atau akhir 1990 kabut asap tercatat sangat parah, sehingga pendidikan terpaksa diliburkan. Pemerintah kala itu sangat kwalahan menghadapi kebakaran lahan sehingga terpaksa mendatangkan regu pemadam dari Malaysia, Bomba, ke Riau.
Advertisement
Baca Juga
Terjadinya kebakaran lahan diduga karena bermunculan izin perusahaan membuka kebun atau hutan tanaman industri di Riau. Hutan bergambut dikonversi jadi lahan siap tanam tanpa memikirkan sistem perairan.
Hal itu terus berulang tiap tahunnya hingga 2019 ini. Tak hanya perusahaan, masyarakat juga ikut membuka kebun dengan cara mudah dan murah, yaitu membakar lahan.
Riau sendiri pernah bebas dari bencana asap pada tahun 2017 dan 2018, meski kebakaran hutan dan lahan tetap terjadi. Hanya saja kebakaran lahan tahun ini kembali memunculkan kabut asap dan sudah hampir tiga pekan menyelimuti daerah seperi Pekanbaru, Siak, Kota Dumai dan Pelalawan.
Bahkan, hari ulang tahun Riau pada 9 Agustus lalu dirayakan di tengah kepungan kabut asap. Sebagian peserta yang terdiri dari peserta didik menggunakan masker agar tidak terpapar kabut asap.
Namun di balik kabut asap hasil kebakaran lahan itu, ada jasa dan keringat dari petugas pemadam yang selalu berusaha keras memadamkan api. Mereka mengerahkan semua tenaga tapi api selalu lebih dahulu menyebar karena lokasi kebakaran sulit ditempuh.
Bisa dipastikan, ratusan personel Satgas Karhutla Riau yang terdiri dari kepolisian, TNI, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, BPBD dan BNPB ini tidur di lokasi selama kebakaran berlangsung. Begitu juga dengan perayaan hari kemerdekaan ke 74 Indonesia nanti.
Biasanya, mereka sebelum memadamkan api menyempatkan diri melaksanakan upacara bendera di tengah lokasi kebakaran lahan. Seperti yang pernah dilakukan personel Manggala Agni di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada 17 Agustus 2018.
Berbekal sebuah bambu lalu dijadikan tiang untuk mengibarkan bendera merah putih, mereka berbaris dan melaksanakan upacara secara khidmat meski singkat. Tak lupa mereka mengangkat tangan sebagai tanda hormat ke lambang negara itu.
"Tak ada kata libur bagi petugas pemadam kebakaran lahan di Riau pada peringatan kemerdekaan Indonesia ke 73," kata Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Riau, Edwin Putra, di Pekanbaru, Jumat, 17 Agustus 2018.
Peralatan Seadanya
Menurut pria yang hingga kini menjabat Kepala Manggala Agni ini, dia dan personelnya tetap bekerja agar Bumi Lancang Kuning nihil titik api, termasuk saat memperingati detik-detik proklamasi.
"Dengan kondisi seadanya, petugas tetap upacara dan hormat ke bendera di lokasi kebakaran lahan gambut di Kabupaten Kampar. Upacara ini bentuk penghormatan terhadap pahlawan," kata Edwin kala itu.
Edwin menjelaskan, keterbatasan pelaksanaan upacara di tengah kebakaran lahan menjadi motivasi sendiri mengenang jasa pahlawan. Salah satunya memadamkan api agar Riau merdeka dari kebakaran lahan.
"Keterbatasan ini menambah semangat dan memupuk jiwa nasionalisme untuk terus berjuang memadamkan api," katanya.
Saat upacara berlangsung, di Desa Karya Indah terjadi kebakaran 20 hektar. Lahan bergambut itu berbatasan dengan Pekanbaru dan hangus terbakar dalam sekejap.
"Saat ini lahan masih berasap dan didinginkan supaya tak terbakar lagi," katanya kala itu.
Simak video pilihan berikut:
Advertisement
Lomba di Lokasi Karhutla
Untuk tahun ini, tak hanya upacara bendera tapi Edwin juga berencana mengadakan lomba 17-an di lokasi kebakaran. Kegiatan sebagai penyemangat bagi petugas pemadam ini dilaksanakan usai upacara.
"Lokasinya masih dicari, kalau gak di Payung Sekaki (Pekanbaru), berarti di Kampar," katanya, Kamis petang, 15 Agustus 2019.
Menurut Edwin, lomba ini sebagai penyemangat dan menyemarakkan hari kemerdekaan, meskipun berasa di lokasi kebakaran.
"Karena kami gak bisa gabung dengan upacara seperti biasa, begitu dengan lomba yang biasa dilakukan, makanya dilakukan di lokasi kebakaran. Sebagai hiburan juga," kata Edwin.