Liputan6.com, Pekanbaru - Rabu siang, 31 Juli 2019, menjadi hari paling sial bagi Nia Fitrisia. Dalam sekejap, uang miliknya senilai Rp119 juta raib karena menjadi korban dukun palsu di sebuah kafe di Kecamatan Tampan, Pekanbaru.
Korban dukun ini baru sadar keesokan harinya setelah dua kartu anjungan tunai (ATM) miliknya raib. Pada korban memang ada kartu ATM tapi bukan miliknya, melainkan punya pelaku yang sebelumnya ditemui kafe itu.
Diapun melapor ke Polresta Pekanbaru. Hampir sebulan polisi mengusut kasus ini hingga akhirnya satu pelaku tertangkap di daerah Lahat, Sumatra Selatan, dan satunya lagi di Bengkulu.
Advertisement
"Ada dua pelaku lagi yang masih dalam pengejaran, satu pria inisial P dan satu lagi perempuan M. Sementara yang ditangkap inisial GA dan MS," kata Kasat Reskrim Polresta AKBP Awaludin Syam, Jumat 16 Agustus 2019.
Baca Juga
Komplotan penipu ini menjalankan aksinya dengan rapi. Pelaku inisial P yang belakangan diketahui punya panggilan unik yaitu Pop Mi berperan sebagai dukun. Dia juga mengaku berasal dari Malaysia.
Sementara, GA berperan sebagai supir mobil, dan dua pelaku lainnya, MS dan M berperan sebagai pasien berobat alternatif. Mereka berangkat dari Bengkulu dan menemukan sasaran di kafe tadi.
"Korban yakin satu pelaku orang Malaysia karena berbahasa Melayu," sebut Awaludin.
Entah bagaimana ceritanya, dukun palsu itu bisa menebak ada keluarga korban yang sakit keras saat bertemu di kafe itu. Pop Mi dan korban mengobrol, lalu datang dua pelaku lainnya yang juga mengaku keluarganya sakit.
Kepada tiga pasien ini, di mana dua di antara berpura-pura, Pop Mi mengaku punya sebuah mustika Sulaiman untuk diantarkan ke museum di Pekanbaru. Batu ini disebut Pop Mi bisa menyembuhkan segala penyakit dengan syarat pasiennya harus jujur.
Kejujuran ini terkait harta benda dan jumlah uang di bank. Pelaku M dan MS lalu menyebut berapa jumlah uangnya dan menyerahkan kartu ATM lengkap dengan personal identification number atau PIN di atas kertas.
"Akhirnya korban terpengaruh dan tanpa sadar menyerahkan dua ATM beserta PIN. Pelaku lalu membungkus ATM pakai tisu dan menyerahkan ke korban dengan perintah jangan dibuka sehari-semalam," sebut Awaludin.
Korban tak Sadar
Pelaku berujar akan menyembuhkan keluarga korban dari jarak jauh. Keluarga korban akan sembuh jika bungkusan tisu tadi tidak dibuka.
Menurut Awaludin, pelaku lainnya tanpa disadari korban sudah mengganti kartu ATM korban dengan milik pelaku lainnya. Dari sinilah, uang korban lalu dikuras pelaku dan pergi ke Bukittinggi, Sumatra Barat.
"Korban baru sadar kartu ATM-nya tertukar begitu sampai di rumah. Pas dicek keesokan harinya ada penarikan uang," kata Awaludin.
Di Sumbar, uang hasil kejahatan digunakan untuk jalan-jalan. Selanjutnya keempat pelaku mengarah ke Sumatra Selatan, di mana GA turun di Lahat, sementara MS turun di Bengkulu. Dua pelaku lain, Pop Mi dan M masih dicari jejaknya.
Kepada Awaludin, MS mengaku sebagai petani di Lahat. Dia mendapat telepon dari Pop Mi dan M, lalu diminta datang ke Bengkulu, selanjutnya berangkat ke Pekanbaru.
"Pas sampai di Bengkulu, sudah ada tiga orang itu. Peran saya membantu pelaku Pop Mi, pura-pura jadi pasien. Begitu juga dengan M," kata MS.
Menurut MS, dari Bukittinggi dirinya naik travel ke Palembang dan pulang ke Lahat. Di Bukittinggi, MS mengaku menggunakan uang hasil kejahatannya membeli telepon genggam.
Sementara pelaku GA, dia mengaku berperan sebagai sopir dan mencari mobil rental untuk ke Pekanbaru. Dia mengaku tidak mengetahui keberadaan Pop Mi dan M karena berpisah setibanya di Bengkulu.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement