Sukses

Grebeg Sura Digelar Saat Gunung Slamet Waspada, Begini Syaratnya

Dalam Grebeg Sura, di atas ketinggian Gunung Slamet, masyarakat diajak untuk berzikir atau mengingat kebesaran Allah.

Liputan6.com, Banyumas - Seluruh jalur pendakian ditutup menyusul meningkatnya status Gunung Slamet menjadi Waspada atau level II. Padahal, sebentar lagi akan digelar Grebeg Sura.

Salah satu agenda grebeg sura adalah pendakian massal yang merupakan agenda tahunan yang diadakan setiap malam 1 Muharam atau 1 Sura. Kegiatan ini telah dilaksanakan sejak tahun 2003 yang diinisiasi juru kunci almarhum Mbah Samsuri.

Grebeg sura merupakan tradisi untuk mensyukuri berkah dari Tuhan. Di atas ketinggian Gunung Slamet, masyarakat diajak untuk berzikir atau mengingat kebesaran Allah. Inti acara diisi dengan kegiatan zikir malam atau tahlil yang diikuti peserta dan panitia.

Biasanya, tahun-tahun sebelumnya, Grebeg Sura diadakan di atas Pos 4 atau mendekati kawasan puncak. Namun, mendekati puncak muskil dilakukan saat ini.

Pasalnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah merekomendasikan bahwa jarak aman kawah Slamet adalah dua kilometer. Pun, Perhutani menutup seluruh jalur pendakian.

Usai menjadi pembicaraan internal, akhirnya Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur akhirnya mengizinkan pelaksanaan Grebeg Sura di Gunung Slamet via jalur pendakian Baturraden, 31 Agustus 2019 mendatang.

Manajer Bisnis KPH Banyumas Timur, Sugito mengatakan kegiatan tradisi tahun baru di Gunung Slamet itu diajukan oleh komunitas Radenpala. Perhutani memberi izin untuk penyelenggaraan acara itu dengan sejumlah catatan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Prasyarat Grebeg Sura di Gunung Slamet

Grebeg Sura di Gunung Slamet hanya boleh dilaksanakan di lokasi paling jauh Pos 1, atau sekitar empat kilometer dari kawah puncak. Lokasi ini dianggap aman lantaran berada di luar radius dua kilometer yang ditetapkan sebagai zona berbahaya.

Kemudian, jalur pendakian tetap ditutup untuk umum menyusul adanya peningkatan aktivitas gunung Slamet di level waspada. Karenanya, seluruh peserta harus terdata.

"Grebeg Sura diberi izin, dengan catatan tidak ada pendakian gunung. Hanya tasyakuran dengan lokasi maksimal di Pos I," ucap Sugito.

Irma Anggraeni dari Komunitas Radenpala mengatakan mendaki dalam grebeg sura tak ubahnya perjalanan spiritual. Sepanjang pendakian, para peserta harus menjalani laku bisu. Mereka wajib menahan mulutnya.

Penjiwaan sejatinya dimulai sejak para peserta mengawali pendakian. Dalam keheningan, mereka akan lebih leluasa berinteraksi dengan alam, merenungi kehidupan yang selama ini tak diacuhkan.

Menurut dia, komunitasnya mengajukan izin pendakian untuk Grebeg Sura lantaran acara ini telah menjadi tradisi tahunan. Tradisi itu akan menjadi bagian penting dari upaya pelestarian Gunung Slamet.

"Tidak boleh bicara, teriak-teriak, biar bisa merenung," ucap Irma.

Dia menerangkan, acara Grebeg Sura akan diadakan di area Camp Kaliandra, atau di bawah Pos 1. Pos ini berada di luar zona berbahaya yang telah ditetapkan PVMBG.

Selain zikir malam, agenda Grebeg Sura lainnya adalah konservasi untuk menanamkan kepedulian terhadap lingkungan. Acara itu juga akan dibarengi dengan peluncuran pos pendakian baru Gunung Slamet lewat Baturraden.