Sukses

Kisah Roda Pedati Cirebon Berputar dan Menghilang

Hampir di setiap kawasan Pantura Cirebon memiliki cerita dan sejarah menarik untuk menjadi catatan sejarah dalam perkembangan daerah

Liputan6.com, Cirebon - Cirebon termasuk salah satu daerah yang berkembang sejak zaman Sunan Gunung Jati. Kawasan yang dekat dengan laut, membuat aktivitas perekonomian hidup.

Beragam aktivitas niaga saat itu pun banyak diangkut dari pedalaman menuju pelabuhan. Seperti hasil pertanian yang kemudian dikirim ke wilayah luar Cirebon.

Termasuk masa kolonial Belanda, saat itu kereta api menjadi salah satu transportasi yang digunakan untuk mengangkut barang hasil bumi ke pelabuhan.

Namun, ditengah perkembangan transportasi kereta api, warga pribumi Cirebon juga menggunakan transportasi lain untuk mengangkut hasil bumi. Yakni menggunakan Pedati Cirebon. 

"Ibaratnya kalau jaman sekarang sih banyak orang menggunakan mobil pick up hingga becak untuk mengangkut hasil bumi ke pelabuhan atau pasar," kata Filolog Cirebon Opan Rachman Hasyim, Minggu (25/8/2019).

Pedati tersebut ditarik menggunakan seekor kerbau. Warga Cirebon yang memiliki pedati banyak menyewakan jasa pedati untuk mengangkut barang.

Hingga pada perkembangannya, salah satu kawasan di Cirebon yakni Pilang Raya sebagai terminal pedati. Terminal tersebut berfungsi seperti pada umumnya, yakni tempat singgah atau pemberhentian pedati.

"Tidak hanya mengangkut hasil bumi saja pedati juga digunakan untuk mengangkut properti pertunjukan seperti wayang kulit Cirebon," kata dia.

2 dari 2 halaman

Pengaruh Belanda

Pria yang akrab disapa Opan Safari itu menjelaskan, terminal pedati di Cirebon dahulu berada di sepanjang Jalan Pilang Raya, hingga ke Krucuk.

Pengusaha pribumi berjejer menawarkan jasa pedati kepada masyarakat disekitarnya. Opan mengaku, keberadaan jasa angkut pedati Cirebon tak lepas dari sejarah leluhur.

Dia menyebutkan, keberadaan pedati sudah ada sejak zaman Pangeran Cakrabuana dalam menyiarkan Islam. Moda transportasi tersebut bernama Pedati Gede yang ditarik oleh kerbau bule.

Bahkan, kata dia, tahun 1700 an di wilayah Kerangkeng Kabupaten Indramayu terdapat pedati yang berukuran lebih besar. Namun, pedati tersebut memiliki roda banyak, sehingga sangat kesulitan ketika akan berbelok.

Kedatangan Belanda di Cirebon membuat kemajuan teknolgi di bidang transportasi pedati. Roda pedati dibuat semakin berkurang sehingga dapat dengan mudah untuk berbelok.

"Dan bentuk rodanya juga kecil," sebut Opam.

Opan menyebutkan, keberadaan terminal pedati di sekitar Jalan Pilang masih ada sekitar tahun 1980 hingga awal-awal 1990. Saat itu, kondisi jalan masih belum diaspal.

Jasa pedati perlahan hilang ketika jalanan mulai diaspal dan kendaraan truk mulai dilirik untuk angkutan barang. Seiring berjalannya waktu, para pemilik pedati pun mulai beralih profesi.

"Terminal pedati berangsur-angsur hilang," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:Â