Sukses

Kisah Perjuangan Nenek di Kediri, Kerja Banting Tulang Jadi Buruh Pecah Batu

Putri dan menantunya meninggalkan rumah serta seorang anak begitu saja. Anak itu kini menjadi tanggungan sang nenek.

Liputan6.com, Kediri - Di usianya yang sudah senja, nenek Saringah harusnya menikmati hidup dengan beristirahat di rumah. Tapi demi kelangsungan hidup cucunya, nenek di Kediri itu masih harus tetap bekerja sebagai buruh pemecah batu. 

Semua pengorbanan yang ia lakukan selama ini, semata-mata hanya ia berikan kepada cucunya Eza Rey Nando Andrean (13).

"Bapak ibunya cucu saya ini, pergi dari rumah tanpa pamit. Puteranya ditinggal sendirian di rumah, saat saya mencari Gaplek (Ubi) di kebunan," ungkap nenek Saringah saat ditemui Liputan6.com di rumahnya, Jumat (30/8/2019).

Saban hari pecahan batu koral itu dijualnya ke seorang pengepul penjual bahan toko bangunan. Menjadi buruh pemecah batu itu dia lakoni dari pagi hingga sore hari.

Batu koral sendiri dia dapatkan dari dasar sungai yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Batu coral dibopong naik. Setelah itu batu tersebut dipecahkan menjadi bagian terkecil menggunakan palu.

"Setiap hari, rumah selalu didatangi pengepul material bangunan. Batu coralnya diambil setiap hari. Setiap satu cikrak dihargai antara 4 sampai 5 ribu. Untuk pendapatan gak menentu, kadang bisa Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu. Tergantung perolehanya banyak atau sedikit," kata nenek 75 tahun itu. 

Yang membuat dirinya terus bersedih sampai sekarang adalah, saat teringat puterinya, Suwarsih. Dalam benaknya dia tidak habis pikir kenapa Suwarsih dan menantunya yang bernama Untung Darmuji, karena sudah tega meninggalkan rumah dan anaknya sendiri tanpa pamit.

Karena kepergian Untung Darmuji dan Suwasih tersebut, cucunya Eza Rey Nando Andrean sempat drop mentalnya dan tidak mau melanjutkan sekolah ke jenjang SMP selama sebulan lebih. Namun karena bujuk rayuan, akhirnya sulung dari dua bersaudara ini mau kembali melanjutkan sekolahnya.

Bahkan pihak dinas terkait sudah memberikan sejumlah bantuan berupa sepeda, seragam, dan tas. Bantuan tersebut dimaksudkan untuk memotivasi sang anak agar mau kembali bersekolah. Eza Rey Nando Andrean akhirnya didaftarkan ke SMP terbuka di wilayah Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.

 

2 dari 2 halaman

Dibantu Cucu

Melihat cucunya sudah mau kembali bersekolah, Saringah merasa sangat senang. Dia sebenarnya merasa tidak tega jika melihat cucunya tersebut setiap hari selalu membantunya memecahkan batu koral.

"Ya sebenarnya enggak tega mas, tapi ya namanya anak kecil terkadang ikut bantu, terkadang juga pergi mainan," kata Saringah.

Meski usianya sudah lanjut, Saringah mengaku masih kuat bekerja sebagai buruh pemecah batu. Kebanyakan warga yang tinggal di lingkungan sekitar berprofesi sebagai buruh pecah batu.

"Saya jadi buruh seperti ini, sudah lama semenjak bapaknya anak-anak masih hidup," ucapnya.

Saringah memiiki dua anak, selain Suwarsih dia juga memiliki anak laki-laki yang kini sedang bekerja di Bandung. Namun anak laki-lakinya itu hanya pulang setiap lebaran saja.

"Sekarang berjualan di Bandung, istrinya di Ponorogo. Jadi dia enggak tinggal di sini, pulang terkadang satu tahun sekali ketika Hari Raya Idul Fitri," ujarnya.

Kepala Desa Surat Edi Susanto mengatakan, pihaknya sudah memberikan perhatian terkait perekonomian Saringah dan cucunya. Salah satu bentuk perhatian yang diberikan yakni pemberian bantuan melalui program PKH (Program Keluarga Harapan), Bedah Rumah dan Bansos. Bahkan Eza juga sudah didaftarkan ke Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA).

 

Simak juga video pilihan berikut ini: