Liputan6.com, Garut - Berlatarkan rumah lawas semi permanen yang dibuat dari kayu dan bambu, ribuan pengunjung tampak menyemut, dalam peluncuran Pasar Wisata Digital di area Kampung Pulo, kawasan cagar wisata Situ Candi Cangkuang, Leles, Garut, Jawa Barat, yang digagas Kemenpar, Senin, 2 September 2019.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang hadir bersama anggota komisi Pariwisata DPR RI Ferdiansyah, artis Tyas Minarsih, dan beberapa pejabat teras Garut, terlihat menikmati acara.
Sesekali terdengar riuh tepuk tangan dari pengunjung yang hadir, memberikan apresiasi penghargaan bagi pemain seni yang telah mementaskan kebolehannya, di depan menteri dan ribuan pengunjung lainnya.
Advertisement
Menurut Menteri Arief, peluncuran pasar wisata digital, cukup efektif dalam menghimpun pengunjung khususnya kalangan generasi muda.
"Yang muda itu butuh pengakuan, 50 persen traveler saat ini berasal dari generasi milenial," ujar dia dalam pembukaan Pasar Wisata Digital.
Baca Juga
Dalam ragam kegiatan, generasi muda selalu mengunakan fasilitas sosial media untuk menyampaikan setiap pesan yang mereka buat.
"Sekarang anak muda yang pakai sosmed baik IG, FB, dan lainnya hampir 70 persen," kata dia.
Kondisi itulah yang menjadi perhatian pemerintah, hingga akhirnya menggenjot publikasi pasar wisata digital, untuk meraih pasar kalangan milenial.
"Garut harusnya beruntung, kenapa? Sebab saat Gubernur Ridwan Kamil menang, langsung mendeklarasikan Jabar destinasi wisata," dia menerangkan.
Bahkan naiknya sektor wisata, ujar Arief, cukup potensi mengerek naiknya pendapatan asli daerah. "Hasil kajian kami rata-rata dengan naiknya sektor wisaata PAD daerah naik hinga 81 persen," ujarnya.
Hal itu bisa menjadi penyemangat bagi Garut, yang tercatat memiliki festival kesenian terbanyak di Indonesa, melangkahi Banyuwangi yang hanya 99 even kegiatan.
"Garut itu punya 123 even wisata, tapi kenapa Banyuwangi lebih terkenal dibanding Garut, jawabannya karena pasar  wisata digitalnya belum maksimal," kata dia.
Dengan semakin banyaknya pasar wisata digital, potensi wisata alam Garut yang dikenal sebagai kawasan konservasi di Jawa Barat bisa menjadi maju.
"Makanya kewajiban generasi muda Garut, anak-anak SMA, SMK, sebarkan wisata Garut baik melalui WhatsApp, Facebook, Instagram, dan lainnya," pinta dia.
Â
Â
Â
Â
Gelontoran Dana Besar
Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, pemerintah pusat memberikan perhatian dalam kemajuan wisata Garut. Dimulai reaktivasi kereta api, revitalisasi Situ Bagendit, hingga gebyar kampanye pasar wisata digital yang tengah digarap saat ini.
Menurut Arief, kekayaan alam Garut memiliki potensi besar menjadi destinasi pariwisata kelas dunia.
"Ada tiga destinasi unggulan yang dipunyai Garut yakni Situ Bagendit, Dayeuh Manggung, serta Candi dan Situ Cangkuang," ujarnya.
Menurutnya, dukungan pemerintah pusat terhadap kemajuan industri wisata Garut cukup kuat. Hal ini diperkuat besarnya gelontoran anggaran yang diberikan bagi Garut.
"Tahun depan Situ Bagendit akan direvitalisasi dan ditata kembali untuk dijadikan sebagai destinasi kelas dunia," kata dia.
Anggaran sebesar Rp100 miliar dari Kementerian PUPR dan Rp30 miliar dari Pemerintah daerah Jawa Barat, menjadi modal awal untuk rencana besar Situ Bagendit itu. "Untuk Situ Cangkuang akan mendapatkan alokasi dana sebesar Rp7 miliar," kata dia.Â
Anggota Komisi Pariwisata DPR RI Ferdiansyah menambahkan, berkembangnya wisata Garut saat ini, mulai dirasakan masyarakat.
Rata-rata lama tinggal kunjungan wisatawan naik mencapai 2,44 hari dari sebelumnya yang hanya dua hari.
"Kita juga minta kembangkan budayanya. Itu harus menjadi dasar, konservasi alam di Garut yang mencapai 80 persen harus dimanfaatkan betul," kata dia.
Selain itu, untuk meningkatkan gairah pariwisata Garut, lembaganya mengusulkan Pemkab Garut, meningkatkan kualitas SDM di bidang pariwisata. "Ini penting untuk mengembangkan potensi pariwisata Garut," kata dia.
Â
Advertisement
Tiga Pasar Wisata Digital
Bupati Garut Rudy Gunawan menambahkan, sejak diluncurkan Agustus lalu, saat ini Kabupaten Garut telah memiliki tiga pasar wisata digital, yakni Situ Bagendit, Dayeuh Manggung, dan Candi Cangkuang.
"Adanya pasar wisata digital ini memudahkan kami mempromosikan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Garut," ujarnya.
Untuk memudahkan kunjugan wisata ke Garut, pihaknya, ujar Rudy, berjanji terus melakukan penataan kawasan wisata agar lebih ramah bagi pengunjung. "Salah satunya keluhan kami soal parkir mahal, kita akan tertibkan secepatnya," kata dia.
Dengan semakin bertambahnya kawasan pasar digital wisata, Rudy berharap kunjungan wisata ke Kabupaten Garut terus menunjukkan peningkatan signifikan.
"Memang target kami untuk tahap awal tidak muluk-muluk dulu, minimal ada kenaikan PAD dari sektor wisata di angka Rp1 miliar," kata dia.
Dalam acara peluncuran Pasar Wisata Digital Candi Cangkuang siang tadi, beberapa atraksi kesenian lokal mampu menghibur penonton yang hadir, sebut saja Helaran Seni Rudat, Prosesi Adat Kampung Pulo, Rampak Kohkol, Rampak Kendang, Arumba, serta lawak dan pertunjukan musik milenial.
Selain itu, turut serta disajikan pula ragam kuliner khas Garut yakni Nasi Liwet Domba Garut, Baroyot dan Gayodot, serta sajian Kopi Garut yang memiliki rasa khas dan disukai kaum milenial.
Seperti diketahui, selain situ atau danau, Garut juga memiliki destinasi wisata Pantai Santolo, Pemandian Air Panas Cipanas, Puncak Darajat Pass, Kampung Sampireun, Kawah Talaga Bodas, Kawah Kamojang, Curug Sang Hyang Taraje, serta Pantai Rancabuaya. Â
Selain itu, Garut juga terkenal dengan seni budaya antara lain Kesenian Adu Domba, Dodombaan, Badeng, Surak Ibra, Raja Dogar, serta peninggalan sejarah Candi Cangkuang.Â
Â
Sejarah Kampung Pulo
Kampung Pulo, demikian masyarakat sekitar dan pengunjung memanggil, berbahan bilik dan kayu, bangunan bergaya panggung itu merupakan rumah asli penduduk sekitar kawasan Candi Cangkuang, yang merupakan keturunan asli panembahan Senopati Arief Muhammad tempo hari yang masih tersisa.
Sontak setelah peluncuran Pasar Wisata Digital, kampung adat yang berada di kawasan wisata cagar budaya Candi Cangkuang itu semakin terkenal, untuk dikunjungi wisatawan.
Terdapat enam rumah panggung berdinding bilik warna putih serta satu bangunan musala dengan warna serupa, yang merupakan simbol dari enam anak perempuan dan satu laki-laki dari total tujuh orang anak keturunan Panembahan Arief Muhammad.
Berdasarkan cerita yang berkembang, Kampung Pulo sudah berdiri sejak abad ke-17, kompleks tersebut terdiri dari dari enam rumah dan satu musala yang biasa digunakan sebagai tempat pusat kegiatan keagamaan masyarakat sekitar. Rumah-rumah tersebut diperuntukan bagi anak perempuannya. Sementara, musala untuk satu-satunya anak laki-laki.
Meskipun zaman telah berganti, tetapi hingga kini total bangunan yang berdisi di kawasan itu hanya tujuh unit plus musala tadi. Jumlah itu sesuai dengan kepala keluarga yang hidup di sana, sebagai simbol putra-putri Panembahan Senopati Arief Muhammad, yang memiliki tujuh anak dengan rincian enam anak perempuan dan satu anak laki-laki.
Saat ini, Kampung Pulo ditempati sekitar 23 orang generasi kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh turunan almarhum Panembahan Senopati Arif Muhammad. Rinciannya sekitar 10 perempuan dan 13 laki-laki. Kondisi itu harus dipertahankan, hingga kapan pun meskipun keturunan di antara mereka berkembang melalui jalan perkawinan.
Bahkan, ada hukum tak tertulis yang berkembang di antara mereka, jika mempelai yang baru melangsungkan pernikahan hanya diberikan batas waktu maksimal dua pekan untuk berada di kawasan itu, sebelum kemudian diganti anggota lainnya dengan jumlah maksimal mencapai 23 orang.
Advertisement
Butuh Fasilitas Penunjang
Ardi, (25), salah satu pengunjung lokal Garut menilai peluncuran pasar wisata digital memberikan banyak keuntungan bagi Garut, tetapi hal itu perlu didukung fasilitas yang mumpuni.
"Misalkan di beberapa arena wisata ada spot khusus untuk swafoto atau fasilitas baru," kata dia.
Selain itu, dibutuhkan inovasi lebih banyak lagi pergelaran seni dan kebudayaan lokal, sehingga lebih banyak pengunjung dari luar yang menikmati sajian itu.
"Harus dipikirkan itu pengunjung ke Garut itu mau apa saja, jangan sampai ke Garut malah bingung sebab hanya jalan-jalan saja," kata dia.
Ia berharap, adanya reaktivasi kereta api, mampu meningkatkan jumlah kunjungan yang datang, sehingga berdampak kepada peningkatan pendapatan asli Garut.
"Pemerintah itu sudah sangat membantu, tinggal bagaimana dari masyarakat Garutnya sendiri melihat potensi dan peluang itu," kata dia.
Seperti diketahui, sejak Januari 2019 lalu, pemerintah telah mengaktifkan KA Pangandaran jalur Gambir-Banjar melewati stasiun Nagreg dan Cibatu Garut.Â
Selain itu, aksesibilitas melalui jalan darat dari Bandara Husein Sastranegara Bandung menuju Garut hanya ditempuh sekitar 2 jam, sedangkan dari Bandara Wiriadinata Tasikmalaya ke Garut hanya 1 jam.Â
Sementara itu, untuk fasilitas amenitas Garut memiliki tujuh tempat penginapan instagramable yang menggabungkan floating cottage dengan suasana pegunungan dan pemandangan alam.
Sebut saja Kampung Sumber Alam, Cipanas, Kampung Sampireun Resort & Spa, Kamojang Green Hotel & Resort, Sabda Alam Hotel & Resort, Danau Dariza Hotel & Resort, Bukit Alamanda Resort & Resto, dan Tirtagangga Hotel.
Â
Simak video pilihan berikut ini:Â