Sukses

Sakit Hati Jadi Pemicu Istri Nekat Habisi Suami dengan Jasa Pembunuh Bayaran

Perempuan inisial SS di Siak yang terlibat kasus istri bunuh suami dengan menyewa jasa pembunuh bayaran ini tak menyesali perbuatannya karena terlanjur sakit hati kepada korban.

Liputan6.com, Siak - Perempuan paruh baya inisial SS di Siak, Riau, berurusan dengan Polres setempat karena terlibat kasus istri bunuh suami. Ibu rumah tangga berusia 45 tahun ini sadar terhadap apa yang dilakukannya setelah menyewa dua pembunuh bayaran.

Tak ada sesal bagi perempuan beranak empat ini menghabisi pria yang menemani hidupnya menggunakan jasa pembunuh bayaran. Alasannya, karena tersangka SS hanya merasakan kebahagiaan rumah tangga pada awal pernikahan.

Kepada wartawan, ketika dihadirkan di Mapolres Siak, SS menyatakan sakit hatinya kepada sang suami atau korban MS sudah di ambang batas. Hal ini berujung pembunuhan pada Sabtu dini hari pekan lalu.

"Sudah banyak sakit hatiku dibuat oleh suami," ucap SS di Mapolres Siak, Rabu, 4 September 2019.

Pengakuan SS, dia merupakan perempuan keempat yang dinikahi korban. SS sendiri berstatus janda beranak empat dan korban merupakan duda beranak enam.

Mereka menikah pada Oktober 2017 lalu. Manis pernikahan hanya dirasa pada awal pernikahan, sementara sisanya dihiasi pertengkaran dengan beragam pemicu.

Pengakuan penyuruh pembunuh bayaran ini, suaminya kurang terbuka soal uang. Terhadap anak SS, korban bisa dibilang pelit, beda halnya kepada anak kandung korban atau anak tiri pelaku.

"Kepada anakku, uang disembunyikannya, kepada anaknya tidak. Ini yang buat hatiku sakit," jelas SS.

2 dari 2 halaman

Anak Sering Berkelahi

Selama hidup bersama, SS hanya membawa satu di antara empat anaknya tinggal bersama korban. Sementara, korban sendiri membawa keenam anaknya tinggal se rumah.

Sebagai informasi, pasangan suami istri ini tinggal di sebuah rumah jaga usaha sarang burung milik Kopyo di Kecamatan Pusako, Siak. Rumah itu juga menjadi saksi korban dihabisi dua pembunuh bayaran yang disuruh SS.

Di rumah itu, anak pelaku dengan anak korban sering cekcok mulut dan berujung perkelahian. Korban jarang bersikap bijak karena selalu membela anaknya dan menyalahkan anak pelaku.

"Kadang dibiarkannya anak itu berkelahi, katanya nanti biar ketahuan siapa yang terluka. Padahal, anak dia yang sering buat ribut di rumah," kata SS.

Menurut SS, pertengkaran di rumah tangganya seperti terjadwal karena terjadi dua minggu sekali. Terkadang, korban naik pitam dan selalu ingin berbuat kasar kepada pelaku.

"Dulu pernah mau dipukulnya, untung aku mengelak," ucap SS.

Sikap korban inilah yang membuat SS menemui pelaku RM dan LH. Kedua pembunuh bayaran dengan upah Rp 100 ribu itu diminta memberi pelajaran yang berujung maut bagi korban.

"Biarlah saya berhadapan dengan hukum, sudah sakit hati," kata SS.

 

Simak video pilihan berikut ini: