Sukses

Ikut Festival Keraton Nusantara 2019 di Sulsel, Yogyakarta Gelontorkan Rp2 Miliar

Keraton Yogyakarta dan Pakualaman akan tampil dalam Festival Keraton Nusantara 2019 7-12 September di Sulsel. Dinas Kebudayaan menyiapkan dana keistimewaan untuk mengikuti acara sebanyak Rp2 miliar. Dana itu untuk apa?

Liputan6.com, Yogyakarta - Festival Keraton Nusantara ke XIII yang akan digelar 7-12 September di Istana Kadatuan Luwu, Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan benar-benar disiapkan dengan matang dari Yogyakarta. Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eko Nugroho mengatakan keikutsertaan Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di FKN 2019 ini merujuk pada amanat Perdais 3 Tahun 2017 tentang pemeliharaan dan pengembangan objek kebudayaan.

"Anggaran kurang lebih Rp2 miliar yang digunakan mulai dari persiapan hingga nanti acara," katanya saat jumpa pers di bangsal pagelaran Keraton Yogyakarta, Rabu (4/9/2019).

Aris mengatakan dana Rp2 miliar ini diambil dari Dana Keistimewaan atau Danais tahun 2019. Dana ini digunakan untuk keperluan Festival Keraton Nusantara dari Yogyakarta.

"Ke Sulawesi Selatan itu selain dari Keraton itu ada dari dinas, protokol, dan ada wartawan. Total 181 orang itu tidak hanya keraton tapi itu, lalu sejak dari latihan itu sudah masuk komponen ini," katanya.

Aris mengatakan delegasi dari Yogyakarta yang berjumlah 181 orang ini saat ini persiapannya sudah mencapai 90 persen. Termasuk sudah melihat lokasi yanga akan digunakan hingga kebutuhan selama di acara.

"Tiket pesawat, hotel, dan transportasi darat sudah dipersiapkan mulai keberangkatan hingga selama kegiatan dan kepulangan," katanya.

Melalui acara Festival Keraton Nusantara ini Aris menyebut dapat menjadi sarana penjaga dan perekat bangsa. Festival ini juga dapat memberikan inspirasi kepada seluruh keraton di nusantara untuk terus menjaga dan merawat kebinekaan.

"Melalui Festival Keraton Nusantara ini keraton sebagai simbol kultural memiliki sikap akomodatif terhadap perbedaan dan jangkar bagi toleransi di daerahnya," katanya.

2 dari 2 halaman

Keraton Yogyakarta Bertema Sultan HB I

Yogyakarta mengirimkan dua perwakilan saat mengikuti Festival Keraton Nusantara 2019 yaitu dari Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta sebagai departemen kegiatan seni budaya keraton Yogyakarta akan menyuguhkan tari putra gagah yaitu Beksan Lawung dengan 36 penari.

"Ini Beksan atau tari karya dari Sri Sultan Hamengku Buwono 1, yang menggambarkan adu ketangkasan prajurit bertombak, terinspirasi dari watangan (ketangkasan berkuda dan memanikan tombak)," kata Penghageng KHP Kridhomardowo Kanjeng Panegeran haryo (KPH) Notonegoro.

Gusti Noto penggilan beliau mengatakan tema Sultan HB I dipilh karena sarat dengan semangat keprajuritan. Sehingga Beksan Lawung Jajar ini dipilih untuk mengikuti Festival Keraton Nusantara.

"Beksan yang akan tampil itu nanti ada 36 penari," katanya.

Gusti Noto mengatakan selain Beksan Lawung nantinya Keraton Yogyakarta akan menampilkan parade bregodo atau prajurit kraton, pameran benda pusaka dan koleksi keraton, serta peragaan busana prajurit. Keraton Yogyakarta akan memamerkan beberapa foto pusaka yang bertemakan HB I.

"Pengunjung dan peserta pameran lainnya akan dapat melihat koleksi keraton tersebut dalam bentuk flipbook," katanya.

Perwakilan dari Kadipaten Pakualaman KPH Indrokusumo mengatakan Kadipaten Pakualaman juga akan menampilkan kirab, pentas seni berupa tarian, pameran dan peragaan busana. Namun, yang membedakan adalah tari atau Beksan Floret. Beksan Floret ini tarian dengan tema peperangan yang diciptakan oleh Sri Paduka Paku Alam IV pada tahun 1864.

"Tari dibuat berdasarkan olah raga anggar jenis floret. Beliau wasis jadi olah raga bisa dikoreografi menjadi tari beksan floret. Namun demikian, senjata anggar yang digunakan pada saat ini telah disesuaikan dengan standar dari Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Ikasi)," jelasnya.

Kadipaten Pakualaman nantinya juga akan menghadirkan sejumlah barang koleksi kereta (foto), kegiatan dan tradisi adat, serta foto dan display prajurit Kadipaten Pakualaman.

"Pameran benda-benda keraton tapi karena resiko rusak dan lain-lain, terpaksa hanya dalam bentuk foto atau gambar. Foto gerebeg acara adat lalu perlengkapan-perlengkapan juga," dia menandaskan.