Sukses

Kabut Asap Pekat, Siswa 4 SMA di Sumsel Masuk Lebih Siang

Empat SMA di Kabupaten Musi Rawas dan Banyuasin Sumsel sudah menerapkan jadwal masuk sekolah dimundurkan karena polusi kabut asap.

Liputan6.com, Palembang - Paparan kabut asap di Sumatera Selatan (Sumsel) beberapa minggu ini di pagi hari mengganggu aktifitas belajar di berbagai sekolahan. Bahkan saat ini sudah ada empat Sekolah Menengah Atas (SMA), yang sudah memudurkan jadwal masuk sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumsel Widodo mengatakan, kebijakan untuk memundurkan jadwal masuk sekolah sudah diedarkan di SMA/SMK se-Sumsel.

“Kita sudah edarkan perihal kebijakan itu. Sekarang sudah ada empat SMA di Sumsel yang memundurkan jam masuk, yaitu pada pukul 08.00 WIB,” ujarnya, Rabu (11/9/2019).

Empat sekolah yang sudah menerapkan aturan ini yaitu SMA Campur Sari, SMA Megang Sakti, SMA Simpang Semambang di Kabupaten Musi Rawas (Mura) dan SMA Negeri 1 di Kabupaten Banyuasin Sumsel.

Setelah ada edaran tersebut, Disdik Sumsel memang memberikan kewenangan tersebut ke pihak sekolah. Jika kabut asap pekat pada pagi hari, maka sekolah diperbolehkan memundurkan jam masuk sekolah.

Kebijakan mempercepat jadwal pulang para siswa juga boleh dilakukan, jika kabut asap semakin pekat di siang hari.

“Sekolah bisa sikapi langsung. Namun untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), bukan wilayah kita. Wewenangnya dikembalikan pada diknas di Kabupaten/Kota tersebut,” ujarnya.

Jika kondisi kabut asap semakin berbahaya, pihak sekolah juga bisa ambil kebijakan terakhir. Yaitu dengan menerapkan sekolah maya atau sekolah mandiri di rumah.

Sekolah maya merupakan cara siswa belajar mandiri di rumah. Guru se-Sumsel tetap harus bisa mengontrol dan mengkondisikan siswa belajar menggunakan internet, mengerjakan tugas melalui buku elektronik, internet dan lainnya.

“Siswa belajar di rumah gunakan internet dan dikondisikan gurunya. Yang jelas aturan dalam proses belajar, siswa harus mendapat pembelajaran sebanyak 1.124 jam belajar. Belajar dirumah juga bisa, namun guru tetap harus konsisten untuk pantau siswa-siswanya,” katanya.

Hingga saat ini, jadwal proses belajar mengajar (PBM) masih normal, terutama di Kota Palembang Sumsel. Namun mereka terus menghimbau agar para siswa terus menggunakan masker.

“Untuk pengadaan masker, bisa dari sekolah ataupun berkoordinasi dengan dinkes setempat. Namun lebih baik orangtua siswa juga menyediakan masker untuk anak-anaknya,” ucapnya.

 

2 dari 2 halaman

Himbauan ke Puskesmas

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel Lesty Nuraini mengungkapkan, sejak bulan Agustus 2019 lalu, mereka sudah mengedarkan surat himbauan ke dinkes Kabupaten/Kota se-Sumsel terkait perilaku hidup sehat.

"Harus disampaikan ke puskesmas dari dinkes setempat, untuk melakukan Perilaku Bersih Hidup Sehat (PBHS). Walau tidak ada kabut asap, namun ancaman Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) tetap ada,” ucapnya.

Dinkes Sumsel juga sudah melakukan pembagian masker beberapa kali di Kota Palembang, namun itu sifatnya mendesak jika terpantau kabut asap tebal di pagi hari. Mereka juga tidak bisa terus menerus menyiapkan masker, karena stoknya juga terbatas.

Namun dia terus menghimbau kepada masyarakat, agar bisa waspada sejak dini dengan mempersiapkan sendiri masker dan air putih selama bepergian.

Dinkes Sumsel juga berkoordinasi dengan pihak terkait seperti Disdik Sumsel dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Sumsel.

“Kita meminta data per jam, bagaimana kualitas udara dari pantauan DLHK Sumsel. Kita juga berkoordinasi dengan Disdik Sumsel, lihat data dari beberapa hari dulu. (Sekolah) tidak bisa langsung diliburkan, karena akan berdampak juga dengan anak-anak yang takutnya mengisi waktu dengan keluar rumah,” ujarnya.