Liputan6.com, Pekanbaru- Kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang menyelimuti sejumlah wilayah di Riau mulai berpengaruh terhadap aktivitas Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Satu pesawat terpaksa dialihkan ke Batam karena tidak bisa mendarat di landasan pacu.
Sejumlah pesawat juga menunda keberangkatan dan kedatangan di Bandara SSK II karena kabut asap. Namun menjelang siang, aktivitas mulai normal kembali meski landasan pacu bandara masih diselimuti kabut asap.
Advertisement
Baca Juga
Pantauan di bandara, pesawat yang dialihkan ke Batam itu ada Citilink dari Jakarta. Berikutnya ada empat penerbangan mengalami keterlambatan kedatangan karena kabut asap.
Empat penerbangan itu adalah Citilink dari Medan, Lion Air dari Medan, Batik Air dari Jakarta dan satu pesawat penebangan internasional dari Subang, Malaysia.
Executive General Manager Bandara SSK II Yogi Prasetyo tidak menampik adanya kendala penerbangan karena kabut asap. Menurutnya semua itu terjadi atas pertimbangan keselamatan penerbangan dan penumpang.
"Untuk beberapa penerbangan masih bisa take off dan landing, namun memang sesuai prosedur beberapa penerbangan dapat ditunda sampai dengan jarak pandang aman," kata Yogi, Jumat (13/9/2019).
Yogi menegaskan, faktor keamanan dan keselamatan dalam maskapai penerbangan menjadi yang utama. Apalagi dengan jarak pandang yang selalu berubah-ubah di landasan pacu karena kabut asap.
"Tadi pagi memang ada yang tertunda, namun pukul 09.00 WIB semuanya sudah landing di SSK II karena jarak pandang sudah aman," sebut Yogi.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Bandara Gunakan GNS
Menurut Yogi, jarak pandang hingga siang di Bandara SSK II sudah 800 meter. Angka itu dikategorikan aman untuk penerbangan, beda halnya dengan kondisi kabut asap pada tahun 2015, di mana pilot tidak berani menerbangkan atau mendarat dengan jarak pandang dimaksud.
Menurut Yogi Prasetyo Suandi, saat ini landasan pacu sudah dilengkapi GNNS Landing System atau GLS. Alat ini sangat membantu pilot dalam mendaratkan dan menerbangkan pesawat.
"Pada jarak pandang 800 meter, pesawat aman landing karena alat ini," kata Yogi kepada Liputan6.com.
Namun semuanya itu, tambah Yogi, dikembalikan lagi kepada pilot. Pasalnya, keputusan mendaratkan ataupun menerbangkan pesawat pada jarak pandang 800 tergantung pilot.
"Tentunya juga berdasarkan pertimbangan dari tower di landasan pacu," kata Yogi.
Sejak Pekanbaru diselimuti kabut asap dan kian pekat dalam beberapa hari terakhir, jarak pandang di landasan pacu selalu fluktuatif. Kadang berada di bawah 1000 meter dan kadang membaik pada siang harinya.
"Namun secara umum, aktivitas di bandara belum terganggu karena kabut asap. Sejauh ini belum ada penundaan atau pembatalan penerbangan," sebut Yogi.
Seorang penumpang dari Malaysia, Muzammil, menyebut kedatangannya ke Pekanbaru terlambat setengah jam. Menurut keterangan maskapai, keterlambatan mendarat karena kabut asap.
"Tak lama juga lah, ada lebih 30 menit tadi. Alhamdulillah sudah bisa mendarat dengan aman," ucap warga Malaysia ini.
Datang bersama istrinya untuk berlibur dari Malaysia ke Pekanbaru, Muzammil sempat kaget melihat kabut asap meski di negara asalnya juga mengalami situasi serupa.
"Tapi tak sepakat ini, lebih parah ini dibanding Malaysia," katanya.
Â
Advertisement