Liputan6.com, Yogyakarta Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menelan mentah-mentah informasi atau berita hoaks yang diterimanya. Keberadaan media sosial di era teknologi kerap menjadi sarana penyebaran hoaks.
“Adanya kecenderungan masyarakat Indonesia yang kurang bertanggung jawab dalam bermedia sosial dan ingin menjadi orang pertama dalam menyebar berita menjadi faktor utama hoaks mudah berkembang di Indonesia,” ujar Kombes Pol Heru Yulianto, Kabag Diseminasi Informasi Digital Divisi Humas Polri, dalam Literasi Media bertajuk Cerdas Bermedia Sosial untuk Mewujudkan SDM Unggul dan Indonesia Maju di Wilayah Hukum Polda DIY di Yogyakarta, Kamis (19/9/2019).
Ia menyebutkan ada empat aspek yang mendukung munculnya hoaks, yakni ekonomi, ideologi, provokasi, dan lelucon. Aspek ekonomi berkaitan dengan mencari follower atau pengikut di media sosial dengan menyebarkan konten hoaks. Jumlah pengikut yang banyak bisa mendatangkan keuntungan secara finansial.
Advertisement
Baca Juga
Menyebarkan hoaks bisa juga karena alasan ideologis karena seseorang tidak suka dengan ideologi. orang lain. Hoaks yang ditujukan untuk provokasi berkaitan dengan kepentingan provokator dalam membuat sebuah hoaks dan menyebarkannya.
“Aspek lelucon, hoaks dibuat sebagai bahan candaan atau kritikan terhadap sesuatu,” ucapnya.
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi, Adita Irawati, mengungkapkan saat ini masyarakat Indonesia berada di era konvergensi media. Artinya, semua media yang melibatkan visual, audio, maupun audio visual bisa dinikmati dalam satu platform.
Ia memaparkan pengguna internet di Indonesia pada 2018 naik menjadi 171 juta atau 65 persen dari populasi penduduk Indonesia. Jumlah pengguna internet di pedesaan mencapai 61,6 persen dan di perkotaan sebanyak 74,1 persen.
“Arus informasi begitu deras, bisa dimanfaatkan sekaligus harus diwaspadai, seperti hoaks,” tuturnya.