Liputan6.com, Pekanbaru - Hujan sudah sangat dirindukan masyarakat Riau saat ini. Sudah lama air dari langit itu tidak turun meredakan kebakaran hutan yang terjadi di wilayah. Hal ini berakibat kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan menyelimuti berbagai wilayah, termasuk Pelalawan.
Senin siang, 23 September 2019, hujan sempat mengguyur daerah itu, termasuk Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti. Hanya saja kejadian ini membuat heboh warga di sana karena yang turun adalah hujan es.
Advertisement
Baca Juga
Butiran berbentuk kristal lunak itu membuat suara berisik ketika jatuh di atap rumah warga. Usai hujan reda, beberapa warga lalu keluar rumah dan melihat apa yang sebenarnya turun dari langit.
Warga kaget ketika mengambil serpihan hujan itu di tanah. Berberapa warga yang memeganginya sempat mengabadikan dan menyebarkan videonya ke media sosial dan aplikasi Whatsapp.
"Ini adalah hujan es yang turun tadi di Desa Pulau Muda, Teluk Meranti," ucap pengambil video itu.
Perekam butiran hujan es menyebut hal ini belum pernah terjadi di daerahnya. Dia pun merasa heran mengapa hujan yang sudah lama tidak turun membawa butiran es.
"Hujan es ini membuat heboh warga, ini dia butiranya yang seperti salju," ucap perempuan tadi.
Beberapa warga lainnya menyebut hujan es ini sebagai peringatan Tuhan bagi masyarakat sekitar. Apalagi saat ini tengah marak kebakaran lahan di Riau, termasuk Pelalawan.
"Mau kiamat lagi ini, Tuhan sudah memberi peringatan," celetuk seorang warga di video yang beredar tadi.
Penjelasan BMKG Pekanbaru
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun di Pekanbaru menyebut hujan es di Pelalawan turun pukul 13.00 WIB. Kejadian ini disebut sebagai fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.
Menurut Analis BMKG Yudistira, hujan es biasanya turun disertai kilat ataupun petir serta angin kencang. Biasanya terjadi saat musim pancaroba atau peralihan dari kemarau ke hujan serta sebaliknya.
"Durasinya singkat. Sehari sebelum turun, udara pada malam hingga pagi hari terasa panas dan gerah akibat radiasi matahari cukup kuat disertai kelembaban udara cukup tinggi," terang Yudistira.
Di lokasi hujan es, tambah Yudistira, mulai pukul 10.00 WIB tumbuh cumulus (awan putih berlapis-lapis). Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
Tahap berikutnya, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu kehitaman yang dikenal dengan awan Cumulonimbus. Pepohonan di sekitar lokasi mulai bergoyang cepat.
"Akan terasa sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri. Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari lokasi," terang Yudistira.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement