Sukses

Cita-Cita Mulia Anak Tukang Becak Usai Lulus S2 ITB

Setelah lulus S2 ITB dengan predikat cum laude, Herayati Sawitri, anak seorang tukang becak, punya cita-cita mulia.

Liputan6.com, Bandung - Setelah lulus S2 dengan predikat cum laude di Institut Teknologi Bandung (ITB), Herayati Sawitri ingin membangun yayasan pendidikan gratis. Anak tukang becak ini mengaku, ingin sekali membantu siswa dan mahasiswa yang kurang mampu.

"Itu impian besar saya, ingin punya yayasan yang memberi pendidikan gratis untuk siswa dan mahasiswa yang kurang mampu," kata Herayati saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (24/9/2019) silam.

Impian ini berangkat dari perjalanan dirinya dalam menempuh pendidikan. Tidak mudah bagi perempuan asal Cilegon, Banten, itu dalam menempuh pendidikan hingga akhirnya lulus S2. Apalagi dirinya hanya anak seorang tukang becak. Namun, impiannya yang kuat sejak kecil membawa Hera meraih apa yang dicita-citakannya itu. 

Hera meyakini, pendidikan tinggi dapat mengubah nasib dan derajat seseorang. Ingin mengubah hidup keluarga adalah motivasi bagi Hera untuk terus semangat belajar.

"Saya tetap semangat karena misi saya ingin mengubah hidup keluarga, hidup pribadi, dan mengangkat derajat orangtua lewat pendidikan," tutur Hera.

Hera menempuh pendidikan di ITB, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam. Hera terus melanjutkan pendidikannya hingga tingkat S2 melalui jalur beasiswa.

"Untuk S1 saya dapat bidik misi, jadi biaya pendidikan dan hidup di-cover. Sedangkan S2, hanya dapat biaya untuk pendidikan saja," kata Hera.

Untuk mendapat biaya tambahan, Hera bekerja sambil kuliah. Salah satu pekerjaan yang dilakoninya adalag menjadi guru bimbel di Bandung. Hera juga menjadi asisten dosen, asisten peneliti, pimpinan praktikum, dan asisten praktikum.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Perjalanan Menjadi Dosen

Kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah keinginannya sejak kecil. Keinginan itu sudah ada sejak Herayati duduk di bangku kelas 9 Madrasah. Hera tertarik dengan ITB karena banyaknya beasiswa yang ditawarkan.

Mengetahui keinginan tersebut, Hera bercerita, orangtuanya saat itu hanya bisa terdiam. Walau banyak kekhawatiran, kata “Jangan” tak pernah keluar dari mulut kedua orang tuanya dalam Hera mengejar mimpi. Hera juga selalu meminta orang tuanya agar terus mendoakan mimpinya itu.

"Mohon doanya, jangan khawatir soal biaya, karena Allah Maha Kaya," itulah yang Hera selalu ingatkan pada orangtuanya. 

Kedua orangtua Hera selalu mendukung pilihan anak perempuannya itu. Mereka selalu berpesan "Ketika sudah memilih, maka harus dituntaskan".

Akhirnya, pada Juli 2019, Hera telah menyelesaikan studi pascasarjananya dengan predikat cum laude dengan IPK 3,8. Kini Hera telah menjadi dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Banten. Menjadi pengajar memang sudah menjadi cita-cita Hera sejak dulu. 

Rencana ke depan, Hera ingin menempuh pendidikan S3. Ia memilih untuk menjadi dosen terlebih dahulu agar sepulangnya dari S3, Hera sudah memiliki tempat untuk menuangkan ilmu.

"Saya ingin lanjut S3 mungkin tahun 2021. Jadi setelah saya S2, saya jadi dosen dulu, biar setelah S3 sudah ada tempat untuk mengaplikasikan ilmu,” ujar Hera. 

Hera mengajak generasi muda agar tidak mudah menyerah dalam mengejar mimpi. Jika ada niat dan kemauan, pasti akan ada jalan.

"Jangan pernah menyerah untuk setiap mimpi yang sedang dikejar, pegang terus mimpi itu dan beranilah untuk mewujudkannya," kata Hera.

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)