Sukses

Yang Berdiri di Atas Tulang Anggota PKI

Keluarga korban pembantaian masih menyimpan trauma

Liputan6.com, Denpasar Tak banyak yang tahu jika Bali juga memiliki korban besar dalam sejarah pembantaian Partai Komunis Indonesia (PKI) periode tahun 1965-1966. Meski tak terdokumentasi dengan baik, beberapa laporan menyebut jumlah korban anggota PKI yang tewas dibantai di Bali mencapai seratus ribu lebih jiwa. 

Peneliti dari ISEAS Yusof Ishak Institute, Made Tony Supriatma memaparkan fakta penting seputar tragedi yang oleh orang Bali biasa disebut peristiwa Gestok itu. Dari hasil penelitian Made Tony, komunisme merupakan peletak dasar nasionalisme di Republik ini.

"Komunisme di Indonesia sebenarnya yang meletakkan dasar nasionalisme di Indonesia. Tidak bisa ditolak, itu kenyataan sejarah bahwa gerakan nasionalisme kita dimulai dari gerakan kelompok kiri," kata Made Tony saat ditemui Liputan6.com di Taman Baca Kesiman, Denpasar, Kamis (26/9/2019).

Dalam perjalannya, ia menyebut gerakan komunisme di Indonesia pecah. Salah satu faksi kemudian mendirikan Sarekat Islam yang dipelopori oleh Semaoen. Di Bali sendiri, menurut Made Tony, gerakan komunisme yang telah menjelma menjadi PKI. PKI menjadi partai besar kedua setelah Partai Nasionalis Indonesia (PNI).

"Di Bali PNI jangan ditanya, dia memang kuat. Saya kira PKI yang leading di sini. dia punya organisasi petani, butuh dan pemuda yang cukup kuat. Pada tahun 1950-an, banyak orang Bali menjadi anggota PKI," katanya.

Meski tak banyak yang mendokumentasikan, namun dari hasil penelitiannya pembantaian anggota PKI di Bali cukup besar dibandingkan daerah lain di Indonesia. Di Bali itu lebih besar, bahkan lebih besar dari pembantaian Pol Pot di Kamboja, karena politik pada saat itu sangat dikaitkan dengan sistem kekerabatan. Itu yang menyebabkan korbannya menjadi sangat-sangat besar.

"Sejauh yang saya tahu, terbesar itu di Negara (salah satu kecamatan di Kabupaten Jembrana). PKI di sana cukup kuat dan lawannya di sana juga kuat yaitu PNI. Ini tidak sama dengan di Jawa. Di Jawa Timur misalnya, lawannya PKI adalah NU.  Lawannya PKI di Jawa Tengah juga PNI. Pada saat itu, militer melakukan pembantaian menggunakan kekuatan milisi-milisi sipil,” papar dia.

2 dari 3 halaman

Ubah Identitas

Pada saat itu, Made Tony melanjutkan, Kecamatan Negara menjadi daerah yang unik oleh sebab petinggi-petinggi penting di Pulau Dewata berasal dari sini. “Gubernur pertama orang Negara. Ketua PKI pertama orang Negara. Begitu juga dengan Ketua PNI pertama dari Negara. Pembentuk organisasi pemuda pembantai PKI itu juga orang Negara,” jelas dia.

Dipaparkannya, pembantaian anggota PKI dilakukan oleh organisasi pemuda yang dibentuk secara khusus. Sejauh dari pengamatannya, kira-kira sepertiga dari penduduk Bali saat itu terimbas oleh peristiwa memilukan ini.

“Hampir setiap orang mempunyai keluarga yang dibantai atau yang menjadi pembantai. Saya bersyukur memiliki keluarga yang tidak menjadi keduanya. Ini tidak pernah dibicarakan. Banyak di antara mereka yang mengubah identitas. Banyak juga dari mereka yang entah bagaimana caranya masuk ke dalam struktur pemerintahan. Tapi saya lihat sama sekali tidak ada keinginan untuk membangkitkan kembali kekuatan komunisme,” tutur Made Tony.

3 dari 3 halaman

Trauma Mendalam

Tentu saja peristiwa kelam itu menimbulkan trauma mendalam bagi keluarga korban. Bahkan, Made Tony mengaku menyaksikan sendiri bagaimana ada orang yang tak bisa lagi memakan ikan laut lantaran ia meyakini bahwa keluarga mereka dibuang ke laut usai dibantai secara sadis.

"Saya juga melihat orang yang tidak berani pergi ke pantai, karena kejadian pembantaian itu terjadi di pinggir pantai. Ironisnya, dan ini yang paling ironis dari semua ini adalah, hampir semua hotel-hotel besar yang ada di Bali itu didirikan di atas tengkorak pembantaian (anggota PKI)," katanya.

Ia mengaku masih ingat ketika masih kecil bersama adiknya tengah bermain ke rumah kakeknya yang berada tak jauh dari pantai di kawasan Canggu. Saat itu, ia dan adiknya bermain di pinggir pantai. Mereka menggali gundukan pasir pantai.

"Pas di atas gundukan pasir kita menemukan tengkorak manusia, tulang belulang. Sekarang sudah jadi cottage semua. Waktu itu kakek saya menjelaskan, kalau itu pasti bekas Gestok. Istilah orang Bali kan Gestok," katanya.

Tak hanya semasa kecil, ketika sudah menjadi peneliti Made Tony juga masih menemukan hal serupa. Itu terjadi kala ia membantu wartawan asal Amerika Serikat yang tengah melakukan penelitian dokumenter di Bali.

"Kita gali tanah di pinggir pantai Rambut Siwi, Jembrana, mereka dapat (tulang belukang tengkorak manusia anggota PKI). Riil sekali," katanya.

Simak video berikut: