Liputan6.com, Malang - Silih berganti melaju nyaris tanpa deru, memutari Jalan Jakarta, Kota Malang. Saling beradu cepat tapi tetap efisien energi dalam menggunakan energi. Mobil–mobil hemat energi inovasi para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi saling berkompetisi.
Total ada 80 tim sedang berkompetisi dalam Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019 di Universitas Negeri Malang. Mereka berasal dari 45 perguruan tinggi di Indonesia. Berlomba dalam dua kategori yaitu kategori prototype dan urban concept.
Kategori prototipe beroda tiga dengan konsep memaksimalkan aerodinamis. Sedangkan konsep urban menyerupai mobil pada umumnya, beroda empat. Mobil kedua kategori itu didesain sebagai mobil masa depan, hemat energi dan efisien.
Advertisement
Baca Juga
Sekretaris Panitia KMHE 2019, Yahya Zakaria mengatakan, seluruh mobil dalam kontes ini dibagi dalam 4 kelas berdasarkan motor penggerak yang digunakan, yaitu Motor Pembakaran Dalam (MPD) Gasoline, MPD Etanol, MPD Diesel dan Motor Listrik.
"Semua didesain sebagai mobil masa depan yang hemat energi yang efisien," kata Yahya di Malang, Jumat, 27 September 2019.
Sebanyak 80 unit mobil hemat energi itu bakal melaju 10 kali putaran di Jalan Jakarta atau menempuh 9.834 meter. Tiap mobil bakal dihitung berapa bahan bakar yang dihabiskan dengan rumusan kilometer per liter atau kilowatt.
Berdasarkan pengalaman KMHE di tahun sebelumnya, kategori prototype termasuk yang paling hemat. Bisa menempuh sejauh 500 kilometer per liter untuk etanol, bensin 1.000 kilometer per liter.
"Hemat energi itu bukan sekadar irit, tapi seberapa efisien motor penggerak mobil itu," tutur Yahya.
Kontes mobil hemat energi ini sendiri sudah berlangsung sejak 24 September sampai 28 September 2019. Dari seluruh tim peserta kontes ini, 30 persen di antaranya adalah peserta baru. Sisanya, inovasi lanjutan dari tahun–tahun sebelumnya.
Mobil Masa Depan
Mobil kreasi para mahasiswa tersebut ingin menjawab tantangan energi pada masa depan. Sudah sejak 2012 silam kontes ini berlangsung. Dari tahun ke tahun ditarget harus ada peningkatan inovasi mobil hemat energi.
"Ini juga berhubungan dengan energi di masa depan. Tantangannya meningkatkan efisiensi. Ke depan ini semua diarahkan jadi kendaraan energi listrik," tutur Yahya.
Faktor yang memengaruhi kendaraan hemat energi itu seperti berat kendaraan. Semakin aerodinamis bentuk kendaraan itu, maka bisa mengurangi koefisien of drag. Otomatis angin tidak jadi hambatan besar bagi kendaraan untuk terus melaju dengan kencang.
"Karena itulah bentuk mobil seperti peluru, makanya bisa melaju sampai ribuan kilometer per liter," kata Yahya.
Namun, tidak dipungkiri tetap ada kesulitan mengembangkan inovasi mereka. Misalnya, riset untuk internal combustion engine guna memodifikasi mesin elektrik. Merakit sendiri controller lantaran butuh biaya cukup mahal.
“Untuk bodi berbahan serat fiber saja butuh dana besar. Perhitungan aerodinamisnya dan harus cetak sendiri karena di sini tidak ada pabrikannya," ujar Yahya.
Meski demikian, ia yakin mobil listrik di Indonesia sebenarnya sudah bisa diproduksi secara massal. Hanya saja belum ada kemauan dari pemerintah untuk menggarap ini dengan serius. Meski keinginan memiliki mobil nasional selalu didengungkan.
"Sebenarnya sumber daya manusia kita bisa, mampu mengkonsep controller untuk mobil listrik. Tinggal mau atau tidak pemerintah merealisasikan," papar Yahya.
Â
Advertisement
Seleksi Ketat
Puluhan mobil hemat energi itu harus melalui serangkaian seleksi ketat sebelum bisa mengikuti Kontes Mobil Hemat Energi. Calon peserta wajib mengajukan proposal inovasi mobil mereka saat seleksi tahap awal. Dari situ bakal dianalisis oleh tim ahli.
"Dari proposal itu bisa dilihat kreasi mereka bagus tidak. Kalau secara teoritis tidak memungkinkan ya dicoret," kata Fuad Indra Kusuma, Koordinator Tim Regulasi Teknis KMHE 2019.
Setelah itu masih ada lagi tahap lanjutan. Jika lolos tahap pertama, ada satu tahap terakhir yaitu uji coba mobil di lintasan. Jika di fase ini gagal, mereka pun turut kandas tidak bisa ikut kontes. Aspek keselamatan dari pengendara tetap diprioritaskan.
"Karena itu pula peserta kontes ini didominasi inovasi lanjutan. Hanya sedikit tim baru jadi peserta kontes ini," ucap Fuad.
Dari total 80 unit mobil hemat energi, 30 unit di antaranya adalah mobil–mobil inovasi terbaru. Sisanya adalah inovasi lanjutan dari tim sebelumnya. Seluruh mobil kreasi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi itu berorientasi pada efisiensi energi.
"Hasil mengaplikasikan ilmu yang diterima selama kuliah," ujar Fuad.
Sejak kontes mobil pertama digelar pada 2012 silam, selalu ada tantangan berbeda. Misalnya, soal jalur yang selalu berbeda maupun temperatur udara. Tapi tiap tahun pula inovasi para mahasiswa itu juga terus berkembang.
Â