Sukses

Kejutan dari Pegiat NU Cilacap Saat Uskup Murid Gus Dur Pimpin Misa

Bapa Uskup mencanangkan Paroki Majenang sebagai model Paroki yang berhasil menjaga dan merawat toleransi dan persaudaraan sejati dalam keragaman.

Liputan6.com, Cilacap - Selasa, 1 Oktober 2019, adalah hari ulang tahun ke-9 Gereja Katolik Paroki Santa Theresia, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. Misa syukur dipimpin oleh Bapa Uskup Purwokerto, Mgr Tri Harsono, yang diketahui adalah sahabat Gus Dur.

Pada hari istimewa itu, Bapa Uskup Tri ditemani oleh Pastor Paroki Majenang Romo Boni Abas dan Romo Ontong Kusuma.

Warga NU sudah lama mengetahui Uskup Tri dekat dengan Gus Dur alias KH Abdurahman Wahid, tokoh legendaris NU sekaligus Presiden ke-4 Republik Indonesia.

Murtadlo, pegiat Gusdurian mengatakan, Romo Tri sendiri mengaku sebagai murid Gus Dur. Ia juga lulusan Kairo, Mesir, dan sangat dekat dengan Gus Dur. Semangatnya pun sama, inklusi dan toleransi.

Semasa Gus Dur menjadi presiden, Romo Tri ini lah yang menemani sang Presiden dalam lawatan kenegaraan ke Italia dan Vatikan. Di sana, Gus Dur dan Romo Tri bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II.

Kembali ke misa, perayaan dimulai sekitar pukul 17.00 WIB. Hal yang luar biasa terjadi saat Perayaan Ekaristi hampir sampai pada liturgi penutup. Mendadak, rombongan pegiat NU dari berbagai organisasi dan badan otonomnya tiba di Gereja Santa Theresia.

Di antara mereka, ada pengurus NU, pegiat Gusdurian, Banser, Ansor, dan Lesbumi. Para pegiat NU ini ke gereja dengan membawa sembilan tumpeng dengan niat ikut mangayubagyo ultah Paroki Majenang.

Kasatkorcab alias Komandan Banser Cilacap, Jamaludin Albab mengatakan pegiat NU turut bergembira bisa turut merayakan ultah Paroki. Kunjungan itu dilakukan untuk memupuk persaudaraan dalam keragaman.

"Dengan niat yang tulus membawakan sejumlah sembilan tumpeng ini sebagai tanda ikut bergembira dan harapan akan persaudaraan sejati antara umat Muslim dan jemaat Katolik," ucap dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Inklusi dan Toleransi

Bapa Uskup Purwokerto, Mgr Tri Harsono dalam sambutan balasannya menyampaikan ucapan terima kasih atas perhatian dan semangat persaudaraan rekan-rekan Muslim. Ia terharu sekaligus bangga ada kunjungan dari para pegiat muda NU ini.

Ia mengapresiasi luar biasa pada peristiwa. Menurut dia, apa yang dilakukan dan dirintis oleh para pegiat NU dan Paroki Majenang ini harus dijaga dan dilestarikan.

"Karena gereja justru didatangi teman-teman Muslim, ini lah yang luar biasa," ucap Romo Tri.

Karenanya, Bapa Uskup mencanangkan Paroki Majenang sebagai model Paroki yang berhasil menjaga dan merawat toleransi dan persaudaraan sejati dalam keragaman.

Koordinator Gusdurian, Murtadlo mengatakan pengiriman tumpeng tersebut bertujuan untuk mempererat silaturahmi antara NU dengan Paroki yang sama-sama berkomitmen menjaga toleransi antaragama.

Terlebih, awal Oktober ini adalah hari peringatan Pancasila. Menurut dia, komunikasi yang intens antarpenganut agama adalah kunci terjaganya kerukunan dan kedamaian.

"Menyepakati untuk membuat tumpeng berjumlah sembilan. Menjaga toleransi adalah sesuatu yang kemudian merupakan tanggung jawab kita bersama," kata Murtadlo.

Dia mengemukakan, Muslim dan Katolik terus menjaga komitmen kerukunan dan keberagaman. Terbukti, sejak puluhan tahun silam, toleransi di kota ini selalu terjaga dengan baik.

Pengiriman tumpeng berjumlah sembilan juga menyimbolkan komitmen yang lebih kuat antara NU dengan Paroki untuk terus menjaga kerukunan antarumat beragama. Angka sembilan adalah angka dengan nilai tertinggi. Dan NU, juga memiliki logo dengan bintang berjumlah sembilan buah.

"Dalam hal ini, Banser, Ansor, PMII dan juga Gusdurian akan terus berkomitmen menjaga silaturahmi dengan pihak Paroki. Mudah-mudahan ini, bahwa bumi nusantara akan lebih damai," dia menuturkan.