Liputan6.com, Cirebon - Bak bencana kabut asap yang tengah ramai, kebakaran yang menimpa kawasan TPA Kopiluhur Kota Cirebon memberikan dampak cukup serius kepada warga sekitar.
Kepulan asap hitam tebal yang muncul dari gunungan sampah yang terbakar masuk ke wilayah pemukiman. Tidak sedikit warga khususnya anak kecil mulai batuk-batuk.
Advertisement
Baca Juga
"Ini kebakaran terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Walaupun padam tapi asapnya masih keluar dan tumpukan sampah itu kan mengandung racun. Bahaya dihirup manusia apalgi anak-anak," kata ketua RW 08 Kopiluhur Kota Cirebon, Suharja Kamis (3/10/2019).
Dia mengaku, proses pemadaman api di TPA Kopiluhur Cirebon membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebab, padamnya api hanya terlihat di permukaan tumpukan sampah.
Sementara itu, sejak hari pertama peristiwa kebakaran TPA Kopilihur Cirebon, tidak ada tim medis yang turun ke warga. Memberikan bantuan kesehatan atau sejenisnya.
"Warga juga kadang inisiatif ke lokasi TPA minta masker terus dibagikan sendiri. Asapnya masuk ke rumah pintu sampai ditutup saya khawatir dampaknya jika terhirup sama anak kecil," kata dia.
Dari data yang didapat, jumlah warga yang ada di kawasan TPA Kopiluhur Kota Cirebon 200 rumah. Suharja menyebutkan, tercatat sekitar 1500 jiwa yang tinggalnya tidak jauh dengan TPA Kopiluhur.
Sementara itu, hingga hari ketiga proses pemadaman kebakaran TPA Kopiluhur Cirebon, belum ada petugas kesehatan yang datang memeriksa kondisi kesehatan warga terdampak.
"Paling Pak Lurahnya saja sempat hubungi saya mengimbau sebisa mungkin asap kebakaran jangan dihirup warga khususnya anak kecil. Antisipasi sementara kami ya diberi masker dari petugas yang ada di lokasi TPA," kata dia.
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Pola Pemadaman
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon, Abdullah Syukur menjelaskan, pada hari kedua dan ketiga, asap mulai berkurang. Namun, sampah yang terbakar masih terasa hingga kedalaman lebih dari dua meter.
"Kita dengan petugas yang turun masih berusaha agar asap semakin berkurang. Tapi kondisi cuaca panas dan angin yang tidak stabil memengaruhi proses pendinginan," katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun sementara, awal mula kebakaran yakni api terlihat dari sampah kawasan luar TPA Kopiluhur. Dipredikisi ada ranting kering yang terbakar, kemudian terhembus angin hingga ke tumpukan sampah.
"Karena warga juga megetahuinya dan ketika itu api sudah mulai membesar," sebut dia.
Syukur menjelaskan, metode pemadaman api dilakukan dengan mengurai sampah menggunakan alat berat. Kemudian petugas pemadam kebakaran melakukan penyemprotan di titik api atau asap yang masih mengepul.
"Penyemprotan titik api atau panas, tidak hanya dengan air biasa. Tapi ada campuran, baik liquid hingga sabun. Karena kalau hanya air biasa akan lebih lama," kata Syukur.
Syukur menyebutkan, dari lahan TPA seluas sekitar 10 hektar, yang terbakar mencapai sekitar 3 hektar. Hal ini memberikan dampak kepada pemukiman sekitar, sehingga DLH akan membagikan masker kepada warga.
"Untuk warga terdampak kami baru bisa beri imbauan dan bagi- bagi masker. Dibantu relawan yang disebar ke perkampungan sambil memantau kondisi warga. Belum ada tim kesehatan turun," kata dia.
Seperti diketahui, angin kencang menjadi kendala tim pemadam kebakaran dan SAR gabungan memadamkan api di kawasan Tempat Penampungan Akhir (TPA) Kopiluhur Kota Cirebon.
Asap tebal mengitari langit di kawasan pegunungan sampah di TPA Kopiluhur. Angin kencang menggiring asap hitam ke pemukiman warga sekitar TPA Kopiluhur.
"Kebakarannya dari siang tapi sampai sore hingga menjelang Magrib belum juga padam," kata salah seorang warga di kawasan Kopiluhur Kota Cirebon, Amin, Senin (30/9/2019).
Saksikan video pilihan berikut ini:Â
Advertisement