Sukses

Kisah Ganjar Pranowo Duduk di Kelas Ekonomi Bukan Bisnis

Banyak pejabat lain salah tingkah dan minta tukar tiket, ketika satu pesawat dengan Ganjar.

Liputan6.com, Jakarta Biasanya jika pergi ke luar kota, atasan duduk di kelas bisnis dan para ajudan duduk di kelas ekonomi. Namun ini terbalik. Sang atasan justru memilih kelas ekonomi. 

Nah posisi itu terjadi di sejumlah pejabat Pemprov Jawa Tengah. Memang bukan rahasia lagi, jika Gubernur Jateng Ganjar Pranowo selalu memilih di kelas ekonomi bila bepergian naik pesawat.

Kebiasaan Ganjar itu rupanya seringkali memunculkan cerita lucu. Salah satunya saat penerbangan Garuda GA184 tujuan Jakarta-Medan, pada Kamis (3/10) pagi. Saat itu, seorang pria yang sedang duduk di kelas bisnis tiba-tiba berdiri.

Dengan gugup, pria yang belakangan diketahui seorang pejabat di daerah Jateng itu menyalami Ganjar yang berjalan ke tempat duduk bagian kelas ekonomi.

Raut wajahnya tampak kebingungan. Ia yang tahu bahwa Ganjar duduk di kelas ekonomi, merasa tidak enak dan kikuk. Beberapa kali, ia menawarkan agar kursinya ditukar dengan Ganjar dan mempersilakan Ganjar duduk di kelas bisnis, namun Ganjar menolak tawaran itu.

"Bapak, maaf. Silahkan bapak duduk di sini, biar saya saja yang duduk di belakang," ucap pria tersebut.

Alih-alih menerima tawaran, Ganjar malah mempersilakan pria itu duduk di kursi bisnisnya. Selanjutnya, Ganjar tetap berjalan santai melewati kelas bisnis menuju ke tempat duduknya di kelas ekonomi di bagian belakang.

"Sudah ndak papa, duduk saja. Saya sudah punya kursi di belakang," ucap Ganjar singkat.

Peristiwa yang sempat menjadi perhatian para penumpang lain adalah ketika pesawat akan mulai terbang, pria tersebut terhitung dua kali menghampiri Ganjar. Tujuannya pun masih sama, yaitu 'merayu' Ganjar supaya mau duduk di kelas bisnis.

Kebiasaan Ganjar menaiki pesawat kelas ekonomi saat bepergian ke luar daerah, memang menimbulkan banyak cerita unik. Seringkali, Ganjar bertemu dengan sejumlah pejabat daerah yang duduk santai di kelas bisnis, sementara ia duduk berjubel bersama ratusan penumpang lain di kelas ekonomi.

Tidak hanya kepala daerah di Kabupaten/Kota se-Jateng, sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov Jateng juga kerap dibuat kebingungan dengan kebiasaan Ganjar. Setiap bertemu Ganjar di pesawat, sejumlah pejabat yang tidak enak selalu merayu Ganjar untuk bertukar tempat duduk.

"Pernah ada kepala daerah di Jateng yang duduk di kelas bisnis, sementara bapak di kelas ekonomi. Dia kebingungan dan terus meminta agar kursinya ditukar, bahkan sampai menyamperi bapak di tempat duduknya hingga meminta bantuan pramugari agar merayu Pak Gubernur pindah kursi," kata Vino, ajudan Ganjar Pranowo.

Bahkan ada cerita yang membuat Vino tertawa. Pernah suatu kejadian, ada sejumlah pejabat serta Bupati/Wali Kota duduk satu pesawat di kelas bisnis. Tidak disangka, Ganjar masuk dalam pesawat yang sama dan duduk di kelas ekonomi.

Para pejabat itu kebingungan dan menukarkan tiketnya kepada para ajudan dan bawahannya. Ada satu pejabat yang tidak membawa ajudan, dan meminta tukar tiket dengan Vino.

Bak ketiban durian runtuh, Vino dan sejumlah ajudan pejabat itu duduk santai di kelas bisnis, sementara bos mereka menemani Ganjar di kelas ekonomi.

"Jadilah saya dan sejumlah ajudan lain duduk di kelas bisnis, dan mereka para pejabat itu menemani bapak di kelas ekonomi," ucapnya sambil tertawa.

Kejadian itu lanjut Vino tidak terjadi sekali dua kali saja. Ia mengatakan sering sekali hal-hal lucu itu terjadi.

"Tapi bapak santai saja, tidak pernah mempermasalahkan," tutupnya.

Dalam beberapa kesempatan, Ganjar mengatakan bahwa memang senang bepergian menggunakan pesawat kelas ekonomi. Menurutnya, hal itu membuatnya jauh lebih nyaman.

"Di kelas ekonomi saja saya sudah merasa sangat nyaman. Dengan saya naik pesawat kelas ekonomi, saya bisa ngobrol dengan siapa saja dari berbagai kalangan, sambil bercanda-bercanda," ucapnya.

Menurut Ganjar, tidak ada perbedaan saat menaiki pesawat kelas bisnis dan ekonomi. Dari jarak tempuh, lama perjalanan dan fasilitas lain juga hampir sama.

"Kan tidak ada bedanya, sampainya juga sama. Kalau naik bisnis bisa sampai lebih cepat, saya mau," selorohnya.

 

(*)