Sukses

Heboh Temuan Ratusan Material Candi Kuno Disulap Jadi Nisan Makam

Nisan yang terbuat dari material candi akan ditukar dengan nisan virtual history. Selanjutnya, material candi dievakuasi dan disimpan di tempat aman untuk keperluan pelestarian

Liputan6.com, Banjarnegara - Ratusan kemuncak dan bagian material pembentuk candi kuno digunakan untuk batu nisan di pemakaman umum RT 3/3 Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

Temuan ini dilaporkan oleh pegiat Komunitas Cagar Budaya (KCB) Banjarnegara, Sudirun yang datang langsung ke lokasi. Ratusan kemuncak itu untuk sebagai batu nisan makam warga setempat.

Dalam penelusurannya, batuan candi juga banyak digunakan untuk menguruk jalan dan bahkan pondasi rumah penduduk. Ini menambah daftar temuan material pembentuk candi kuno Dieng yang kini tinggal beberapa tempat.

"Kemuncak candi banyak sekali saya temukan. Satu makam bisa memakai 10 sampai 20 batuan candi. Artinya pada masa itu tentu jumlah candi di Dieng sangat banyak,” kata Sudirun yang juga guru IPS SMP Negeri 2 Batur ini.

Dari fakta ini, bisa jadi laporan Thomas Stamford Raflles dalam buku The History of Java bahwa ada 400-an candi di Dieng bukan omong kosong belaka. Temuan ini semakin menguatkan bahwa pada masa lampau, Dieng adalah kawasan candi kuno.

Artefak kuno bernilai sejarah tinggi itu mesti diselamatkan. Pemerintah, melalui lembaga otoritasnya, harus mulai membuka kemungkinan eskavasi skala besar.

"Agar material pembentuk candi tidak semakin hilang," ucap Pembina KCB Banjarnegara, Heni Purwono.

Dia pun mengklaim, kini KCB Banjarnegara tengah mengembangkan aplikasi Nisan Virtual History. Salah satu tujuannya adalah untuk penyelamatan material candi kuno yang digunakan untuk nisan.

2 dari 3 halaman

Nisan Virtual History, Solusi Penyelamatan Material Candi?

Nisan Virtual History bisa digunakan untuk mengganti batu nisan yang terbuat dari batuan candi kuno tersebut. Nisan yang terbuat dari material candi akan ditukar dengan nisan virtual history. Selanjutnya, material candi dievakuasi dan disimpan di tempat aman untuk keperluan pelestarian.

"Ya itu salah satu program kita untuk menyelamatkan batuan candi yang digunakan untuk batu nisan di pemakaman," ucap dia, Kamis, 3 Oktober 2019.

Dia mengemukakan, nisan virtual histroy adalah nisan yang menggunakan teknologi QR Code. Nisan yang terbuat dari granit, keramik, atau mika akan dipasangi QR Code.

Saat dipindai, sejarah jenazah orang yang dimakamkan akan bisa terbaca lewat website yang dikelola komunitas KCB. Tentu saja, keluarga yang masih hidup perlu mengetahui sejarah leluhurnya.

"Nah, dengan orang sekarang yang memiliki gadget, tinggal discan saja, nanti ia akan menuju nama atau profil nama orang yang meninggal tersebut," dia menjelaskan.

Heni mengungkapkan, di kawasan Dieng, Banjarnegara, Wonosobo hingga Kedu, banyak pemakaman yang menggunakan material candi kuno. Material candi di makam itu terancam lenyap jika tidak segera diselamatkan.

"Tentu untuk penyalamatan artefak kuno bersejarah ini perlu dukungan pihak lain, terutama pemerintah," ujarnya.

Heni pun mengklaim, nisan virtual history sudah diujicobakan. Hasilnya, cukup memuaskan.

Nisan virtual history telah dipasang di makam salah satu tokoh nasional Banjarnegara, Sumitro Kolopaking. Sejarah Sumitro semasa hidupnya bisa dipindai di nisan dengan ponsel.

3 dari 3 halaman

Langkah BPCB Jateng untuk Selamatkan Material Candi Kuno

Langkah ini pun bisa diterapkan untuk pemakaman umum, terutama untuk penyelamatan material candi yang digunakan sebagai batu nisan dan pagar keliling makam.

"Metode nisan virtual history juga bisa diterapkan untuk situs-situs bersejarah atau cagar budaya lainnya. Dengan pemasangan QR Code, maka sejarah mengenai situs tersebut bisa diketahui," dia mengungkapkan.

Terkait temuan material pembentuk candi, Peneliti Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Junawan sementara ini, BPBD baru saja menyelamatkan material candi dalam pembangunan Rest Area Dieng.

BPCB telah memastikan bahwa material yang ditemukan tersebut merupakan batuan struktur candi. Akan tetapi, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan nama candi, berdasar catatan atau literatur yang dimiliki.

Bukan soal mudah untuk menentukan jenis, atau nama candi yang ditemukan. BPCB terkendala minimnya data.

Selain itu, sebagian besar dari ratusan batuan candi yang ditemukan adalah isian candi dan dasaran (pondasi). Sedangkan temuan material kulit candi sangat minim. Sementara ini, material candi yang ditemukan trsebut disimpan di lahan milik purbakala yang berada di kompleks Candi Arjuna.

BPCB masih perlu melakukan penelitian, termasuk dengan catatan Thomas Stamford Raffles. Namun begitu, dia pun mengatakan perlu instrumen lain untuk kritik catatan Raffles tersebut. Satu literatur tidak bisa dijadikan acuan untuk penelitian menyeluruh.

"Itu kemarin kami sudah berkoordinasi dengan dinas dan pelaksana proyeknya. Batu-batuannya sudah diamankan di lahan milik Dinas Purbakala juga," ucap Junawan.

Saksikan video pilihan berikut ini: