Wonogiri - Pohon besar di depan SDN Karangtengah, Jaten, Selogiri, Wonogiri, menjadi tempat berteduh yang asyik dari terik matahari. Usai jam sekolah, tak jarang anak-anak SD kerap bercengkerama di bawahnya. Namun siapa yang sangka, di balik kesan teduhnya pohon bulu itu menyimpan sekelumit kisah misteri.
Warga sekitar menyebut pohon tersebut danyangan. Usianya lebih dari 100 tahun, sehingga memiliki diameter pohon yang sangat besar. Lingkar area bawah pohon mencapai 56 langkah orang dewasa. Tingginya mencapai puluhan meter. Saat daun tak meranggas, pohon tua itu seperti payung raksasa. Area yang dipayunginya bahkan mencapai ratusan meter persegi.
Tumi (65), warga sekitarmengatakan, tidak ada yang tahu siapa penanam pohon tersebut. Namun dirinya memperkirakan usia pohon bulu itu sudah lebih dari 100 tahun.
Advertisement
Dia menyebut pohon itu sudah ada sejak tiga atau empat generasi keluarga sebelumnya. Sebagian warga meyakini pohon itu keramat. Setiap malam satu Sura warga menggelar acara di area sekitar pohon.
"Kalau dulu banyak yang masih ritual di pohon itu. Biasanya orang yang menggelar hajatan. Dulu pada hari tertentu juga ada yang ritual minta sesuatu. Tapi sekarang tidak lagi yang seperti itu. Kegiatan hanya saat malam satu Sura," kata Tumi seperti dikutip Solopos, Selasa (8/10/2019).
Menurutnya pohon di depan rumahnya itu punya sifat baik. Cabang pohon berukuran besar yang kering kadang jatuh. Namun, dari dulu hingga sekarang tidak pernah ada korban jiwa maupun luka.
Padahal, setiap hari ada orang yang berada di bawah pohon tua itu, seperti anak-anak SDN Karangtengah bermain di sekitar pohon dan para orang tua yang menunggu anak-anaknya pulang sekolah di bawah pohon itu. Bahkan, setiap saat ada warga yang melintas di jalan dekat pohon.
"Cabang pohon kalau jatuh pasti pas tidak ada orang. Padahal, peristiwa seperti itu bisa terjadi sewaktu-waktu. Warga meyakini pohon ini mengayomi, sifatnya baik. Jadi, orang tak khawatir saat berada di dekatnya," katanya.
Dia menceritakan pernah ada kejadian aneh lainnya. Dahulu ada orang dari luar Wonogiri yang mengambil getah pohon bulu itu untuk mengobati udun atau bisul yang tak kunjung sembuh. Dia melakukan hal itu atas petunjuk orang sakti.
Saat akan mengambil getah itu, salah satu orang berbincang dengan Tumi. Tak lama setelah diobati, bisul itu sembuh. Kemudian ada orang yang menemui Tumi dan memberi uang sebagai bentuk syukur. Namun, Tumi menolaknya.
"Dulu ada cabang pohon yang menjuntai ke jalan. Warga tak ada yang berani memotong. Lalu minta bantuan orang pintar. Alhamdulillah setelah itu tetap tak terjadi apa-apa," kata Tumi.
Baca juga berita Solopos.com lainnya di sini.