Liputan6.com, Cilacap - Panas puncak kemarau di Dusun Bondan, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah benar-benar menjerang. Angin garam menyelusup jendela di sekolah terpencil, SD Negeri 1 Ujungalang Filial Bondan.
Inilah sekolah satu-satunya di kampung berpenduduk 80 keluarga ini. Lokasinya terpencil dan benar-benar jauh dari sekolah lain.
17 tahun lampau, sebelum ada sekolah di kampung ini bocah-bocah Bondan mesti menempuh tujuh kilometer melewati Laguna Segara Anakan, lautan yang dikepung daratan. Sungai dan laguna membuat perjalanan untuk ke sekolah begitu berat untuk seusianya.
Advertisement
Baca Juga
Akibatnya bisa ditebak. Banyak anak putus sekolah. Lantas, mereka turut mencari ikan, sama seperti yang dilakukan ayah, paman dan kakek mereka yang berprofesi sebagai nelayan.
Berawal dari keprihatinan itu, pada 2002 warga lantas mengusulkan pembangunan SD.
Seorang warga, Paudin juga didapuk menjadi salah satu guru sekolah terpencil ini. Siapa sangka, Paudin satu-satunya guru yang hingga kini bertahan.
Guru dari wilayah lain datang dan pergi. Mereka tak betah mengajar di sekolah terpencil yang begitu jauh dari jangkauan ini. Paudin satu-satunya guru yang selama 17 tahun menemani anak-anak belajar di sekolah terpencil.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Cara Mengajar Kelas 1 Hingga 6 dalam Sehari
Sebenarnya, Paudin pun bukan berlatar sekolah pendidikan. Bahkan, semula, Paudin hanya lulus SD. Namun, ia lantas mengikuti kejar paket A dan B, sehingga pendidikannya pun setara dengan SLTA.
“Jujur saya hanya sekolah dasar,” ucap Paudin, Kamis, 24 Oktober 2019.
Paudin bilang, tiap hari ia mengajar siswa kelas 1 hingga 6 secara bergantian. Tak usah dibayangkan betapa repotnya Paudin mengajar seluruh tingkatan itu.
Karenanya, ia mengembangkan sendiri metode belajar mengajar ini. ia tak menggunakan silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pendidikan (RPP).
Sebab, jika menggunakan silabus dan RPP baku, maka pendidikan yang dilakukan di SD ini tak akan jalan. Ia lebih banyak melakukan pendidikan berbasis potensi anak dan lingkungan sekitarnya yang merupakan kawasan Laguna Segara Anakan.
“Sebetulnya kita tidak memakai silabus atau RPP. Mau ke mana anak tersebut, dilihat potensinya,” dia menjelaskan.
Di sekolah ini, total ada 15 siswa. Seluruhnya merupakan warga Dusun Bondan, Desa Ujungalang.
Meski mengajar 1 sekolah, Paudin tak lantas menuntut fasilitas yang berlebih. Terpenting, anak-anak bisa mengakses pendidikan di kampungnya sendiri
Advertisement
Listrik Energi Terbarukan dan Pendidikan
“Jarak menjadi persoalan. Untuk menuju Ujungalang, harus dengan perahu. Kalau untuk ke Kawunganten, harus menempuh perjalanan sejauh tujuh kilometer. Anak-anak tidak akan sanggup,” dia mengungkapkan.
Perjuangan Paudin mulai membuahkan hasil. Kini, jumlah anak putus sekolah di Dusun Bondan relatif rendah. Sejak 2002, sekolah ini telah meluluskan sembilan angkatan.
Sekolah terpencil selalu bermasalah dengan fasilitas. Pun dengan SD di Dusun Bondan ini. Terlebih, tak ada saluran listrik di kampung ini.
Makanya, metode pembelajarannya pun ala kadarnya. Siswa juga enggan belajar malam hari lantaran hanya menggunakan teplok atau lampu minyak.
Tetapi, sejak tiga tahun lalu, sekolah ini mulai teraliri listrik. Hebatnya, listrik itu bersumber dari energi terbarukan, matahari dan angin, besutan Pertamina.
Selain menyuplai kebutuhan listrik rumah tangga, listrik dari pembangkit listrik tenaga angin dan surya itu juga dimanfaatkan untuk usaha produktif dan pendidikan. Kini, sekolah terpencil ini bisa memanfaatkan alat bantu belajar multimedia.
Pengembangan Desa Tertinggal
Perjuangan Paudin mengajar di sekolah terpencil sendirian selama belasan tahun tak lepas dari perhatian Pemda Cilacap. Paudin diangkat menjadi Pegawai Tidak Tetap (PTT) Kabupaten Cilacap.
“Transportasinya Rp 3 juta, tapi itu tiga bulan. Jadi per bulan Rp 1 juta,” kata Paudin.
Officer Communication & Relations Pertamina RU IV Cilacap, Ferdy Saputra mengatakan pendidikan menjadi salah satu tujuan pengadaan program Energi Tenaga Surya dan Angin (Emas Bayu) dan Energi Mandiri tambak ikan (Embak Mina).
Terlebih, Ujungalang, khususnya Dusun Bondan adalah desa tertinggal. Untuk mengentaskan daerah tertinggal, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat mesti dibenahi.
“Kita berikan bantuan berupa tenaga surya itu kincir angin, tenaga angin, tenaga surya nya itu dapat mengalir kurang lebih 37 kepala keluarga di wilayah dusun Bondan, satu sekolah, satu masjid, serta pemberdayaan kelompok masyarakat lain,” ucap Ferdy.
Dia bercerita, semula pada 2017 Pertamina mendapat proposal dari masyarakat untuk program listrik. Ketiadaan suplai listrik resmi, membuat masyarakat menyalurkan listrik dari desa tetangga yang jaraknya mencapai tujuh kilometer.
Tim Pertamina langsung cek ke lapangan. Ternyata memang benar, wilayah Bondan cukup jauh dari kota Cilacap dan sumber listrik terdekat. Imbasnya, warga membuat saluran listrik illegal dari wilayah lain.
“Oleh karena itu pertamina bersama masyarakat, dengan komitmen pertamina pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat desa tertinggal. Kita langsung membuat suatu program yang kita laksanakan itu,” dia menjelaskan.
Advertisement