Liputan6.com, Solo - Berbagai cara dilakukan untuk memperingati Hari Strok Sedunia yang jatuh pada hari ini, Selasa, 29 Oktober 2019. Salah satunya seperti yang dilakukan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) Solo yang menggelar aksi pembagian bunga mawar serta sosialisasi bahaya penyakit strok.
Puluhan dokter saraf yang tergabung dalam wadah Perdossi Solo memperingati Hari Strok Sedunia di Bundaran Gladak Solo. Dalam aksinya, mereka membentangkan spanduk bertuliskan 'World Stroke Day 2019' di bawah patung pahlawan Slamet Riyadi Solo.
Advertisement
Baca Juga
Sejumlah perwakilan dokter spesialis saraf yang ikut dalam kegiatan itu melakukan sosialisasi terkait penyakit strok dengan pengeras suara. Tak pelak, aksi itu menjadi pusat perhatian para pengguna jalan yang melintasi kawasan Gladak. Selain itu, mereka juga membagikan bunga mawar serta brosur berisi risiko dan pencegahan penyakit strok kepada masyarakat.
Ketua Perdossi Solo, dr Subandi Sp.S mengatakan para dokter spesialis saraf di Solo ikut memeriahkan peringatan Hari Strok Sedunia dengan menggelar aksi sosialisasi mengenai bahaya penyakit strok. Pasalnya, strok merupakan penyakit yang menduduki peringkat paling tinggi yang menyebabkan kematian.
"Setiap tanggal 29 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Strok Sedunia. Di mana ini mengingatkan kepada kita semua bahwa stroke menjadi problem kita semua karena menjadi penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di Indonesia," kata dia di sela-sela aksi di Bundaran Gladak Solo, Selasa, 29 Oktober 2019.
Pencegahan Strok
Menurut Subandi, penyakit strok masih menduduki peringkat paling tinggi di Indonesia sebagai penyebab kematian. Alhasil, kondisi tersebut menjadi keprihatinan tersendiri bagi Perdossi Solo. Padahal, pihaknya telah melakukan berbagai upaya di kalangan masyarakat untuk mencegah penyakit strok, hanya saja hasilnya belum maksimal.
"Upaya yang kita lakukan begitu banyak untuk pencegahan strok, seperti memberikan informasi kepada masyarakat dan meningkatkan kualitas pelayanan. Tapi upaya itu memang belum membuahkan hasil yang maksimal dan hasilnya kurang memuaskan," sebutnya.
Selain itu, dia mengungkapkan tingkat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya penanganan penyakit strok pada fase awal juga masih kurang. Padahal, langkah terbaik untuk penanganan penyakit strok adalah untuk segera membawa ke rumah sakit untuk segera memperoleh perawatan dan penanganan secara medis.
"Kuncinya penanganan strok itu di fase awal. Fase awal itu fase serangan seseorang saat mengalami strok. Di strok itu namanya golden time atau masa emas penyembuhan, kalau itu lewat susah. Golden time itu hanya 4,5 jam dari pertama serangan," jelas Subandi yang juga Ketua Tim Pelayanan Stroke RSUD dr Moewardi Solo.
Advertisement
Penyembuhan Strok Sulit
Joko menjelaskan jika pasien strok dibawa melebihi waktu 4,5 jam dari awal serangan menyebabkan penanganan tidak maksimal. Ia pun berharap masyarakat untuk menyadari jika nantinya menemui gejala-gejala seperti mendadak wajah perot, lumpuh sebagian badan, dan sulit komunikasi untuk segera dibawa ke rumah sakit.
"Jadi sekali terlambat, disembuhkan sulit. Untuk itu baik masyarakat di perkotaan maupun di pedesaan jika ada orang mengalami gejala-gejala di atas maka maksimal 4,5 jam harus sudah di rumah sakit. Kalau itu dilakukan penyembuhannya lebih bagus dan mendekati sempurna," jelasnya.
Sedangkan, bagi orang yang pernah terkena serangan stroke untuk lebih berhati-hati dalam menjaga pola hidup sehat. Pasalnya, dikhawatirkan penyakit strok bakal kambuh kembali jika penderita tersebut tidak bisa menjaga pola hidup sehat. Adapun pola hidup sehat seperti mengatur pola makan sehat, mengurangi obesitas, mengurangi kolesterol, mengobati hipertensi serta tidak merokok.
"Bagaimana kalau sudah strok kita mencegah agar tidak serangan lagi. Karena strok itu dari 100 orang, dalam tiga bulan pertama itu 30 orang kambuh. Untuk mencegah ya pola hidup sehat," ungkapnya.
Konsultasi dan Pemeriksan Stroke Gratis
Selain melakukan sosialisasi bahaya penyakit strok, para dokter saraf itu juga membuka pelayanan konsultasi dan pemeriksaan potensi dan resiko penyakit stroke dengan menggunakan aplikasi risk stroke meter.
Subandi mengungkapkan dengan aplikasi tersebut bisa untuk memeriksa potensi seseorang terkena penyakit stroke dalam lima tahun ke depan. Aplikasi itu bekerja dengan memasukkan data seperti berat badan, tinggi badan, mengkonsumi alkohol, merokok dan data lainnya.
"Nanti di aplikasi itu ada rumusnya dan potensi dan risiko selama lima tahun ke depan itu akan keluar hasilnya," kata dia.
Salah seorang warga, Bambang mengaku sangat senang adanya layanan konsultasi tersebut. Pasalnya, ia bisa mengetahui potensi dan risiko penyakit strok sehingga langkah antisipasi bisa dilakukan untuk mencegah serangan penyakit mematikan itu.
"Tadi saat melintas Bundaran Gladak terus melihat layanan ini. Saya pun perika karena ingin tahu tentang penyakit stroke. Dari konsultasi itu, saya diminta untuk rajin olahraga, mengurangi makan gorengan dan jerohan," ucapnya.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement