Liputan6.com, Denpasar - Sepuluh tahun lalu, warga dari dua desa di Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, yakni Desa Gubug dan Desa Bongan mendambakan akses infrastruktur yang saling terhubung. Kedua desa bertetangga itu dipisahkan oleh Sungai Yeh Empas.
Jika warga Desa Gubug ingin berkunjung ke Desa Bongan atau sebaliknya, maka mereka harus melalui akses jalan utama yakni Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Padahal, jika saja ada jembatan yang menghubungkan kedua desa tersebut, tentu saja waktu tempuh tak selama itu bagi warga kedua desa saling berkunjung. Lama mendambakan hal tersebut, tepatnya sepuluh tahun kemudian atau pada tahun ini, impian mereka terwujud.
Advertisement
Melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-106 Komando Distrik Militer (Kodim) 1619/Tabanan, akses infrastruktur yang menghubungkan dua desa itu kini terwujud.
Komandan Kodim 1619/Tabanan, Letkol Inf Toni Sri Hartanto menjelaskan awal mula program TMMD ini terwujud.
"Masyarakat sudah mengajukan pembangunan akses yang menghubungkan kedua desa tersebut pada tahun 2009. Apa yang didambakan masyarakat baru teranggarkan dalam APBD tahun 2018. Secara fisik baru bisa direalisasikan tahun 2019 ini," kata Letkol Toni saat ditemui Liputan6.com, Rabu (30/10/2019).
Ada tiga sasaran pokok pada kegiatan ini. Pertama yakni pembangunan jembatan sepanjang 17 meter dengan ketebalan 5,5, meter dan tinggi 5 meter. Kedua yakni betonisasi sepanjang 65 meter dengan lebar 3 meter dan ketebalan 12 sentimeter. Program ketiga yakni membangun senderan sepanjang 65 meter.
"Dahulu, kedua desa ini terpisah oleh Sungai Yeh Empas. Dengan adanya akses infrastruktur yang sudah terbangun melalui program TMMD ke-106 ini mereka bisa saling terhubung hanya membutuhkan waktu satu menit saja," papar Dandim.
Baca Juga
Program TMMD untuk membangun ketiga program itu membutuhkan waktu selama satu bulan, tepatnya sejak tanggal 2-31 Oktober 2019.
"Tapi sebelumnya kami juga melaksanakan kegiatan pra-TMMD selama tiga bulan mulai Bulan Juli hingga September. Kenapa kami lakukan itu, karena kita akan membuat jembatan, maka perlu membuat fondasi, membuka jalan, dan keperluan lainnya," ujarnya.
Untuk menjalankan program pembangunan akses kebutuhan masyarakat itu, Letkol Toni menerjunkan 150 personelnya. "Kami juga dibantu oleh anggota kepolisian, FKPPI masyarakat dari kedua desa ditambah dengan warga binaan Lapas Tabanan sebanyak 20-30 orang," jelas Letkol Toni.
Ke depan, Letkol Toni berharap kerja sama antara TNI dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabanan dapat terus terjalin, baik melalui program TMMD, karya Bhakti komunikasi sosial dan program lainnya yang merupakan bagian penting dari pembinaan territorial.
Tak hanya itu, pada puncak acara yang dihadiri langsung oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Andika Perkasa, akan digelar pembagian sembako, pemberian sertifikat tanah bagi mereka yang lahannya digunakan membangun jalan, pemberian pupuk, buku perpustakaan, dan sebagainya.
Jauh hari sebelumnya, Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) IX/Udayana, Mayjen Benny Susianto meninjau langsung pelaksanaan TMMD ke-106. Menurut Pangdam, selain mengerjakan sasaran fisik yang sedang berjalan, ia senantiasa selalu mengingatkan agar metode-metode yang diterapkan dalam program ini adalah gotong-royong.
Warga Desa Lain Menikmati Berkahnya
"Partisipasi masyarakat menjadi salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan TMMD," jelas Jenderal Bintang Dua tersebut. Bagi dia, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan TMMD ini mengandung semangat dan kepedulian warga terhadap proses pembangunan nasional di wilayahnya.
"Kalau masyarakat sudah peduli terhadap pembangunan di wilayahnya, maka kita berharap hasil pembangunan yang dicapai akan bertahan lama. Karena adanya rasa memiliki dan mau memelihara. Kadang kita mampu membangun, tetapi tak pandai memeliharanya," sebut Pangdam.
Tak hanya warga dari Desa Gubug dan Bongan saja yang merasakan kehadiran insfrastruktur penghubung karya TMMD Kodim 1619/Tabanan itu. Warga dari desa lainnya ikut merasakan imbas positif jembatan dan betonisasi yang telah rampung. Gede Sumerta salah satunya. Ia merupakan warga dari Desa Bengkel. Saban hari, Sumerta harus memutar jauh untuk membawa hasil pertaniannya.
"Sangat terbantu. Saya dari Desa Bengkel kalau bawa hasil pertanian harus memutar selama 20 menit. Dengan adanya jembatan dan betonisasi ini tidak butuh waktu lama mengangkutnya. Ya, sekitar 5 menitan saja," ungkapnya.
Advertisement