Sukses

Upaya Menghidupkan Rimbaraya Syurganyata Karya Irwan Bagja Dermawan

Lampu ultraviolet menyala menjadikan lukisan di dinding ruangan itu jadi lebih kaya akan warna dan bisa dinikmati di kegelapan malam dengan efek glow in the dark yang dihasilkannya.

Liputan6.com, Bandung - Ruangan di lantai tiga itu nyaris gelap gulita. Tak berselang lama, lampu ultraviolet menyala menjadikan lukisan di dinding ruangan itu jadi lebih kaya akan warna dan bisa dinikmati di kegelapan malam dengan efek glow in the dark yang dihasilkannya.

Semua lukisan itu merupakan pamer karya Irwan Bagja Dermawan di Nomad, Lembah Pakar Timur 2, No 6. Dago, Kota Bandung. Mengangkat tema, “Revisiting The Future”, Irwan atau yang akrab disapa Iweng memamerkan beberapa karya abstrak dengan beragam corak, goresan dan warna.

Revisiting The Future menjadi cara Iweng dalam mengangkat karya lukis monumentalnya di tahun 90-an yang berjudul Rimbaraya Syurganyata. Namun tentunya dengan cara berbeda.

Pada lukisan kali ini ia menggunakan cat fluorescent cat fosfor. Lukisan tersebut lalu disinari oleh cahaya ultraviolet serta pencahayaan yang dihasilkan oleh berbagai jenis lampu. Membuat lukisan jadi lebih menarik.

Iweng mengatakan, pameran ini disebut pameran proses, karena ini baru langkah awal dirinya bersama Kreatorium Syurganyata mensosialisasikan karya. Kreatorium Syurganyata merupakan kerja sama Iweng dengan Ferry Herdiana atau Acay.

Ruang pamer ini menempati ruang di lantai tiga rumah. Di tempat ini pula Iweng memanfaatkan ruangan sebagai studio eksperimennya.

"Karya Rimbaraya Syurganyata ini direproduksi ulang karena kita ingin mempersembahkan karya itu agar bisa dinikmati semua orang dan bisa diaplikasikan ke kehidupan orang," kata Iweng saat ditemui Liputan6.com, Jumat (8/11/2019).

Iweng, sebagai pelukis Rimbaraya Syurganyata mengaku saat ini lukisannya sudah mulai termakan usia. Lukisan tersebut perlu direstorasi akan tetapi perlu biaya yang mahal.

Agar lukisan tetap lestari dan dapat dinikmati berbagai kalangan masyarakat, salah satu caranya adalah direproduksi ulang. Bahkan ia mengaplikasikan lukisan yang pernah dipamerkan di Biennale Havana ke-7 di Kuba, pada 2000 silam itu menjadi sebuah benda pakai atau memorabilia lainnya.

"Jadi, pameran ini semacam memperkenalkan kembali ke generasi sekarang terkait karya yang saya buat tahun 1996. Maka satu demi satu dilakukan digitalisasi terhadap setiap lukisan, hingga beberapa hasil yang sudah menjadi produk memorabilia dapat dibeli," ujarnya.

Iweng mengakui rasa senangnya saat menemukan Rimbaraya Syurganyata pada media lain layaknya bocah yang menemukan taman bermain baru. Selain pada kaos, karya rupa seniman mural 47 tahun itu akan ditemukan dalam prangko, puzzle dan berbagai benda seni lainnya.

"Saya melihatnya ada sebuah potensi besar yang kondisinya sudah rusak, yang saya sendiri tidak bagus mengurusnya. Tapi kalau dikembangkan secara kekinian kenapa tidak seni itu tidak untuk dijual. Karena cara itu bisa membuka diri untuk orang-orang yang terinspirasi," ujarnya.

Selain mengaku puas bisa berpameran di ruang publik, seniman asal Bandung ini mengapresiasi pendiri Kreatorium Syurganyata, Acay. Menurutnya, sosok Acay lah yang mendorong karyanya menjadi seperti sekarang ini.

"Saya senang sama orang yang berkarakter semacam dia, ketertarikan pada seninya tinggi. Dia mengetahui apa fungsi seni terhadap psikologi, selain orang yang paling spartan untuk mengajak saya kembali ke Bandung," kata Iweng.

2 dari 2 halaman

Tak Berhenti di Pameran

Terlahirnya Kreatorium Syurganyata ini diawali oleh pertemuan Iweng dan Acay di Bali, tepatnya satu bulan sebelum kembalinya Iweng ke kota kelahirannya. Setelah obrolan panjang dan diskusi yang cukup serius, Acay berhasil membujuk Iweng untuk "pulang" mewujudkan impian besar bersama di dunia seni.

"Menurut saya ini sebuah tantangan bagaimana menangani seniman yang bertolak belakang dengan penjualan karya. Cara ini bukan bermaksud menurunkan nilai karya tapi lebih mengeksplor lagi apa yang mungkin bisa kita lakukan dari seni. Sebagai lulusan psikologi, kita ketahui mewarnai saja sudah menjadi terapi stres. Nah inilah waktunya untuk membuat hal-hal baru yang sifatnya kolaboratif," kata Acay.

Acay menunjukkan bagaimana penggunaan cat fluorescent cat fosfor pada pameran Iweng kali ini. Dengan lukisan yang dihasilkan Iweng diharapkan dapat menginspirasi orang lain untuk berkarya.

"Kita akan merilis cat yang dihasilkan laboratorium Syurganyata sendiri. Agar orang juga bisa mengecat seperti yang Iweng lakukan," ucapnya.

Baik Iweng maupun Acay telah sepakat menyatukan visi dan misinya untuk membesarkan dan menjadikan Kreatorium Syurganyata sebagai wadah para pelaku seni untuk dapat terus melakukan inovasi-inovasi dan melahirkan karya-karya seni yang spektakuler dengan selalu bersikap bijak terhadap perkembangan teknologi.

"Jadi, pameran proses ini sebagai awalnya saja atau bentuk sosialisasi hasil dari Kreatorium Syurganyata. Ke depannya, kita punya banyak sekali mimpi besar dan kita janjikan lewat platform Syurganyata," ujar Acay.

Simak video pilihan di bawah ini: