Sukses

Festival Kopi Purbalingga, Menjejak Kejayaan Kopi Lereng Gunung Slamet

Pada era 1830-an, wilayah Purbalingga menjadi produsen kopi terbesar di wilayah karesidenan Banyumas dengan jumlah pohon kopi mencapai lebih dari 10 juta pohon

Liputan6.com, Purbalingga - Purbalingga dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi di Jawa Tengah. Catatan pertanian kopi di wilayah lereng Gunung Slamet ini bahkan telah tertoreh sejak zaman kolonialisme Belanda, abad 19.

Purbalingga pernah memiliki catatan manis dalam industri kopi. Catatan stastistik Pemerintah Hindia Belanda menyebut, pada era 1830-an, wilayah Purbalingga menjadi produsen kopi terbesar di wilayah karesidenan Banyumas dengan jumlah pohon kopi mencapai lebih dari 10 juta pohon.

Namun, sayangnya, perlahan populasi pohon kopi Purbalingga menurun. Kini kopi hanya diusahakan sporadis di beberapa tempat, meski tak pula dibilang langka.

Entah apa penyebabnya. Padahal, potensi Purbalingga sebagai penghasil kopi sudah diakui.

Belakangan, kopi kembali populer. Kopi bukan lagi minuman pengusir kantuk. Kopi adalah gaya hidup, di masyarakat Indonesia dan dunia. Kesempatan ini coba dimanfaatkan oleh komunitas kopi di Purbalingga.

Ketua Ruang Kopi Purbalingga, Ashari Kimiawan, berkata, potensi ini mesti digarap dengan serius. sebab, masyarakat sudah begitu akrab dengan kopi. Terlebih, industri kopi di Indonesia tengah menggeliat.

“Nah, saat ini, industri kopi mulai menggeliat di dunia, juga di Indonesia, tak terkecuali Purbalingga,” katanya, Jumat (8/11/2019).

Untuk memperkuat brand kopi lokal Purbalingga, komunitas dan pegiat kopi kembali menggelar Festival Kopi Purbalingga, di halaman parkir GOR Guntur Darjono, Jumat hingga Minggu (8-10/11/2019). Festival kopi adalah ajang pertemuan pecinta, pegiat dan penikmat kopi Purbalingga.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Gairah Petani Menanam Kopi

“Tema kali ini adalah #mayuhngopimaning, kita ingin ngopi lokal Purbalingga menjadi budaya,” ucap pemilik Kedai Kopikalitas

Makin moncernya pemasaran kopi berimbas langsung ke petani yang kini semakin bergairah membudidayakan kopi. Tumbuhnya industri hilir kopi seperti roastery dan pengolahan kopi juga turut memacu luasan kopi di Purbalingga.

Bahkan kini kedai, warung dan kafe yang menyajikan kopi lokal Purbalingga pun mulai bertebaran. Itu artinya, ada penghargaan dan kebanggaan atas kopi asli daerah asal.

Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan Pemerintah Daerah Purbalingga mendukung penuh festival kopi ini tersebut. Dia berharap, festival kopi menjadi jalan untuk mengembalikan kejayaan kopi Purbalingga.

“Saya berharap Festival Kopi Purbalingga kali ini lebih baik dan meriah dari tahun lalu dan semoga kejayaan kopi Purbalingga bisa diraih lagi,” bupati berkata.

Dalam festival kopi ini, beragam agenda dirangkai. Ada bursa kopi, Deklarasi Kopi Purbalingga, hingga Bupati Menyeduh Kopi.

Ada pula forum diskusi terarah (FGD) yang menghadirkan narasumber Direktur Operasional Rolas Nusantara Mandiri (PTPN XII) Setyo Wuryanto dan hiburan-hiburan selama 3 hari penyelenggaraan.

Festival Kopi Purbalingga #2 diikuti oleh sekitar 30 pegiat kopi dari hulu ke hilir. Ada petani, roastery, juga kedai, kafe, warung kopi dan semua yang menyajikan kopi lokal Purbalingga. Ada stand kuliner dari UMKM Purbalingga yang menyediakan camilan pendamping kopi.