Sukses

Derita Rifky, Bocah 2 Tahun Penderita Tumor Mata di Manggarai NTT

Rifky sering menangis, seakan tak kuasa menahan sakit tumor mata yang dideritanya. Mata bocah dua tahun itu merah dan terus membesar.

Liputan6.com, Manggari - Teofanus Rifky Sandi (2) terus meringis kesakitan di pangkuan ibunya. Warga asal Wejang Kalo, Desa Tal, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, NTT ini didiagnosis menderita tumor mata sejak September lalu.

Putra pasangan Inosensius Sandi (21) dan Akuilina Ndai (18) itu lahir dalam keadaan normal pada 17 Desember 2017 lalu. Beberapa hari setelah lahir, kedua kelopak mata Rifky tak bisa dibuka. Tak jarang ia menangis histeris.

Sebab itu, kedua orangtua Rifky mengantarnya ke rumah seorang warga untuk mendapatkan pengobatan tradisional. Pilihan pengobatan ala tradisional terpaksa diambil lantaran keterbatasan ekonomi. Usai pengobatan itu, kedua orangtua Rifky tenang dan senang karena mata Rifky bisa terbuka kembali.

Namun, perlahan bola mata bagian kanannya mulai memerah. Ia pun terus menggosok matanya karena merasa sakit. Hari demi hari, bermula dari biasa-biasa saja, kini bola mata bagian kanannya terus membesar.

Sekitar tiga minggu yang lalu, ia sempat dibawa ke Puskesmas untuk mengobati matanya. Namun, tak sempat dirawat dan langsung dirujuk ke RSUD Ben Mboi Ruteng. Saat itu, Rifky hanya diberikan obat oleh dokter anak, tetapi tidak ada perubahan.

Selanjutnya, pada 6 November lalu orangtua Rifky mengantarnya kembali ke RSUD Ben Mboi Ruteng. Namun, mereka kembali kecewa karena anak mereka tidak mendapatkan perawatan dan langsung dirujuk ke salah satu rumah sakit di Bali karena didiagnosis tumor mata.

"Kalau malam aman-aman saja, jarang menangis. Tapi kalau siang ia sering menangis, tapi tidak lama. Mungkin karena dia merasa kesakitan," ujarnya kepada wartawan, Minggu (10/11/2019).

Kedua orangtua Rifky kini tengah pusing untuk mencari biaya pengobatan untuk melepas penderitaan anaknya itu. Pasutri ini baru berkeluarga sejak tahun 2016 dan menikah pada September 2019 lalu.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Iwan sapaan akrab ayah Rifky, hanya bekerja sebagai petani sawah dan menjadi buruh di lahan milik orang lain.

Penghasilannya sangat sedikit. Apalagi istrinya tak bisa membantu suami untuk bekerja mencari uang karena harus menjaga dan merawat Rifky di rumahnya. Sejak lama, Iwan bermimpi untuk bisa mengobati tumor mata yang dialami anak semata wayangnya ini.

 

2 dari 2 halaman

Bertahan demi Sang Buah Hati

Namun hingga kini mimpi itu belum menjadi kenyataan. Ia mengaku terus memikul kesedihan ketika menatap wajah anaknya yang kerap menangis melawan rasa sakit itu.

Setiap hari ketika pulang kerja, Iwan mengaku kerap meneteskan air mata ketika melihat mata Rifky yang terus membesar.

Terkadang ia mengaku pasrah dan menangis ketika merawat anak yang penuh dengan kekurangan itu. Kendati demikian, ia tetap tabah sembari menunggu bantuan.

"Air mata saya selalu menetes ketika melihat dia (Rifky) saat pulang kerja. Saya sangat sedih melihat penderitaannya menghadapi penyakit ini. Saya kerja hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Karena ibunya tidak bisa bekerja, karena menjaga dia di rumah. Saya tidak punya uang untuk mengobati matanya, apalagi biayanya sangat mahal kalau mengobati tumor mata," ungkap Iwan.

Kekurangan ekonomi yang boleh dialami keluarga Rifky bukan hanya narasi belaka. Pasalnya, rumah keluarga baru ini berdindingkan pelupuh bambu. Parahnya, banyak lubang karena sudah keropos.

Atapnya memang terbuat dari seng, tetapi sudah berkarat. Warnanya pun sudah berubah menjadi hitam kecokelatan. Lantainya dari semen. Bagian ini saja yang dianggap aman bagi Iwan. Rumah sederhana ini sudah menjadi saksi bisu bagaimana penderitaan terus merongrong keluarga kecil Iwan.

Butuh Uluran Tangan

Kondisi yang serba kekurangan, apalagi dengan sakit yang dialami Rifky membuat keuangan keluarga ini terus merosot.

Iwan yang menjadi tulang punggung keluarga seakan kehabisan cara untuk mencari biaya pengobatan sang buah hati. Apalagi umurnya yang terbilang masih muda. Ia mengaku bingung, entah ke mana harus mencari uang untuk membiayai pengobatan Rifky.

Iwan mengaku tak memiliki uang yang cukup untuk mengobati anaknya. Sebab itu, ia sangat membutuhkan bantuan pihak lain untuk membatu pengobatan anaknya.

"Uang tidak cukup, mudah-mudahan ada saudara-saudari yang mau membantu kami untuk mengobati mata Rifky. Kami sangat mengharapkan itu, karena saya sudah tidak bisa mencari sendiri biayanya," imbuhnya.

Bantuan dana sangat ia harapkan demi mengobati penyakit sang anak. Bagi relawan yang ingin menyumbangkan sebagian uangnya untuk pengobatan Rifky bisa melalui rekening BRI 027301016585530 atas nama Inosensius Sandi.