Liputan6.com, Garut - Berbicara alam kabupaten Garut, Jawa Barat memang selalu bikin kangen. Deretan pegunungan, bukit rindang nan hijau, membuat orang yang melihatnya jatuh cinta. Bahkan, udaranya yang sejuk, mampu "menyilaukan" siapa saja yang pernah singgah di Garut.
Garut Pangirutan, demikian orang menyematkan julukan bagi Garut sejak lama, menunjukkan rasa kangen atau rindu bagi mereka yang pernah menginjakkan kaki di Garut. Kondisi itu semakin lengkap, dengan kehadiran masyarakatnya yang dikenal ramah, dan selalu menjaga toleransi.
Berada di wilayah Priangan Timur atau Jawa Barat bagian selatan. Garut memang menjadi pintu masuk dari wilayah barat, bagi kabupaten lainya yang berada di sepanjang jalur itu.
Advertisement
"Garut itu unik," ujar Ubun Sjahbun (80), salah seorang sejarawan lokal Garut, dalam obrolan hangatnya dengan Liputan6.com, Kamis (14/11/2019).
Memiliki wilayah yang sebagian besar merupakan lahan konservasi, membuat Garut indah dan resik. Bahkan, saat lomba kebersihan tingkat kabupaten pertama kali digelar pemerintahan Presiden Sukarno pada 1962 silam, Garut langsung menjadi juara pertama kota terbersih se-Indonesia.
"Piagamnya juga ditandatangi langsung oleh Presiden Sukarno," ujar dia.
Baca Juga
Saat itu, seluruh warga Garut terutama yang berada di wilayah perkotaan, sengaja mengecat pepohonan besar yang berada di wilayah kota dengan warna putih. "Pokoknya setiap pohon berjarak 2,5 meter wajib batangnya dicat putih agar indah," kata dia.
Tidak hanya itu, kebersihan rutin berupa menyapu jalan yang dilakukan dua kali sehari oleh penduduk lokal, menyebabkan lingkungan sekitar Garut kota, terlihat resik bersih dari sampah.
"Bupati pun meminta agar atap rumah penduduk sengaja dicat putih agar terlihat bersih dan terang," kata dia.
Sejak saat itulah, pamor Garut sebagai kota terbersih di Tanah Air terus terjaga hingga medio 1980-an, hingga akhirnya debu letusan Gunung Galunggung, menutupi sebagian besar wilayah kota Garut. "Sejak saat itu kebersihan kota mulai terganggu," kata dia.
Ubun menyatakan, sejak lama Garut memiliki julukan kota Pangirutan, sebuah sebutan yang menunjukan rasa kangen atau rindu bagi siapa saja yang pernah menyinggahinya. "Bagi saya Garut memang ngangengin," ujarnya sambil tersenyum ramah.
Namun, seiring penataan kota yang dilakukan pemerintah daerah Garut, julukan Garut pun, bertambah menjadi kota Intan atau indah, tertib, aman, dan nyaman.
"Sejak lama masyarakat Garut itu gemar sekali membudayakan kebersihan kota bagi penduduknya," dia menambahkan.
Â
Â
Tujuan Wisata
Melimpahnya potensi alam memang anugerah tersendiri untuk menggerakan potensi wisata Garut, sehingga sejak lama wisata alam Garut, selalu menjadi salah satu destinasi wisata di Jawa Barat.
"Potensi Gurilap atau gunung, rimba, laut Garut itu sangat melimpah, sehingga cocok untuk sektor wisata," ujar Kepala Bidang Kesenian, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut, Wawan Somarwan.
Sebutan kota pangirutan, ujar Wawan, memang tidak terlepas dari indahnya wilayah Garut, sehingga siapa pun yang pernah singgah, memendam rasa untuk kembali bertandang.
"Berdasarkan sejarah dulu Charli Chaplin itu hingga beberapa kali ke Garut," kata dia.
Dalam kunjungan pertamanya, aktor komedi kawakan Holywood itu sampai melontarkan pujian Swiss van Java, menggambarkan indahnya potensi wisata alam yang dimiliki Garut saat itu.
"Ungkapan itu disampaikan saat pertama kali menginap di hotel Ngamplang," kata dia.
Wawan menyatakan, selain keindahan alam, ragam kesenian dan kebudayaan yang dimiliki masyarakat Garut cukup melimpah, sehingga banyak kegiatan kesenian yang bisa digelar.
"Tahun lalu kami tercatat sebagai pemegang event kegiatan kesenian dan kebudayaan terbanyak melampaui Banyuwangi di angka 100 event," kata dia.
Bahkan, ide kreatif masyarakat Garut dalam mengolah panganan khas yang enak dan lezat, mampu menambah julukan Garut sebagai kota seribu kuliner di Jawa Barat.
"Kalau kota dodol sudah lama kita jaga, yang terbaru adalah kota kuliner," ujarnya bangga.
Dengan segudang potensi alam dan keragaman potensi kesenian warga, ia optimis keberadaan Garut sebagai kota pangirutan terus menunjukan taringnya dalam peta wisata alam tanah air.
"Asal ada pembenahan yang menyeluruh, potensi sektor wisata kami bisa diunggulkan," kata dia.
Â
Advertisement
Sejarah Garut
Nama Garut yang konon diambil dari sebuah kejadian 'kakarut' atau Gagarut, atau tergoresnya tangan hingga berdarah salah satu tangan warga lokal, saat mencari lahan menjadi bahan ibu kota baru awal abad 19, seolah menjadi ilham selanjutnya menyebut nama salah satu kabupaten berkembang di pesisir pantai selatan Jawa tersebut.
Tak ayal sejak saat itu, meneer Belanda semakin kesengsem dengan Garut. Bahkan, sejak 1917 deretan hotel bintang tiga dan tempat hiburan di zamanya dibangun di Garut, seiring dengan pembukaan besar-besaran lahan perkebunan oleh Belanda.
Sebut saja Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel yang berada di pusat kota Garut, serta Hotel Ngamplang di Cilawu, Hotel Cisurupan di Cisurupan, Hotel Melayu di Tarogong, Hotel Bagendit di Banyuresmi, Hotel Kamojang di Samarang dan Hotel Cilauteureun di Pameungpeuk.
Sontak berita tentang keindahan Kota Garut dengan cepat tersebar ke seluruh dunia, yang menjadikan Kota Garut sebagai tempat pariwisata pada masanya.
Tercatat beberapa tokoh dunia seperti komedian legendaris Holywood Charlie Chaplin, Ratu Thailand, Georges Clemenceau, mantan Perdana Menteri Perancis, dan lainnya.
Kemudian Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, juga tidak ketinggalan pernah singgah di Garut, dalam sebuah perjalanan darat kereta api via stasiun Cibatu saat menuju Yogyakarta.
Bahkan di sela-sela itu, Bung Karno, sengaja turun menemui warga Garut dan menyampaikan pidato kemerdekaan.
Â
Simak video pilihan berikut ini: