Liputan6.com, Baubau - Para pencari kerja yang saat ini berebut lowongan CPNS, harus belajar banyak kepada kakek renta asal Kota Baubau. Meski kondisinya sudah lemah dalam usia 85 tahun, tetapi dia masih tetap semangat melanjutkan pendidikannya hingga bangku kuliah.
Kakek yang memiliki 27 orang cucu itu, tak puas hanya berstatus guru dengan pangkat ahli madya pendidikan sebelum pensiun dari PNS. Sebelum pensiun 25 tahun silam, niatnya menjadi sarjana dengan gelar strata satu (S1) sangat besar. Namun, karena harus membiayai pendidikan anak-anaknya, dia menunda keinginannya itu.
Sabtu (16/11/2019), La Ode Muhammad Kadir, nama kakek itu, menuntaskan misinya menjadi sarjana Bahasa Indonesia dengan gelar strata satu (S1). Dengan gagah, dia masuk dalam daftar wisudawan salah satu universitas terbaik di Kota Baubau.
Advertisement
Baca Juga
Dia diwisuda bersama ratusan sarjana yang rata-rata masih berusia 20 tahun di Universitas Muhammadiyah Baubau (UMB) Kota Baubau. Rata-rata, mereka mahasiswa CPNS 2019.
Saat maju dan berjabat tangan dengan rektor UMB dan dosen kampus, dia terlihat sangat antusias. Ratusan wisudawan UMB, ikut menyoraki kakek yang dikenal memiliki semangat tinggi itu.
Mengenakan baju toga berwarna hitam, hanya dia yang terlihat berbeda. Rambutnya sudah putih ditumbuhi uban dan badannya tak lagi tegak seperti mahasiswa fresh graduate lainnya.
Saat di kampus pagi itu, dia juga ditemani beberapa anak dan cucunya yang terlihat senang. Sebab, mereka tahu betul perjuangan La Ode Muhammad Sidik, kuliah 7 tahun menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
Salah seorang cucunya, Lala, menceritakan kakeknya kuliah karena memang didukung anak pertamanya yang saat ini sudah meninggal dunia. Wasiat anaknya, ayahnya harus sekolah meskipun harus berjuang keras.
"Semua kuliahnya diuruskan anak-anaknya, sebagian uang kuliah, kakek sendiri yang bayar," ujar Lala kepada Liputan6.com, Kamis (21/11/2019).
Lala melanjutkan, selama kuliah, tak pernah La Ode Muhammad Sidik mengeluh. Bahkan, dia sangat rajin.
"Dia usahakan masuk, meskipun kadang sakit dan sudah tua begitu tapi dia usahakan terus masuk kampus," ujarnya.
Setelah lulus kuliah, La Ode Muhammad Sidik belum diberikan ijazah dan transkrip nilai. Namun, dia menyatakan akan menyimpan ijazah sebagai bukti bahwa meskipun seorang kakek bisa menyelesaikan kuliah meskipun sudah pensiun dari PNS dan bukan lagi seorang CPNS.
Raih IPK 3,50
Kakek yang kuliah sejak tahun 2012 itu, mendapatkan nilai IPK 3,50. Nilai ini didapat dari puluhan mata kuliah yang dilewatinya selama 12 semester.
Diketahui, Laode Muhammad Sidik mengambil kuliah di program studi Bahasa Indonesia. Sempat cuti selama setahun pada 2018 lalu, dia kemudian melanjutkan kuliah pada awal 2019.
Nilai memuaskan untuk kakek renta yang banyak menghabiskan masa pensiun dengan berkebun ubi kayu dan duduk di counter pulsa menunggu pembeli. Sejak pensiun, dia banyak menghabiskan waktu di rumah dengan beberapa kegiatan.
Dia memiliki sepetak kebun di kampungnya. Kebun tersebut, ditanami ubi kayu, jagung, dan buah-buahan.
Dihubungi Liputan6.com, La Ode Muhammad Sidik mengatakan, setelah pensiun dia masih sibuk belajar. Dia juga sering membaca buku, meskipun sudah tua.
"Saya berusaha tak malas. Mudah-mudahan ini dapat dicontoh anak-anak muda yang saat ini malas-malas kuliah, supaya mereka bisa menjadi anak-anak yang berhasil membuat orang tuanya bangga," ujar kakek La Ode.
Advertisement
Rahasia Sabar dan Salat
La Ode Muhammad Sidik memiliki 9 orang anak, 3 sudah meninggal dunia. Istrinya, Wa Ode Husnia (83), ibu rumah tangga.
Menanggung biaya kuliah 6 orang anaknya tak mudah dengan gaji seorang guru biasa. Dia bahkan harus mengutang dan mengambil kredit.
"Saya hanya yakin dengan sabar dan salat. Usaha saya akan mulus dan Tuhan akan melihat jika saya sungguh-sungguh melewati hidup," ujarnya.
La ode Muhammad Sidik, kerap melalui malam dengan berdoa. Di antara doa-doanya terselip permintaan agar anak-anaknya sukses dan selamat melewati kehidupan.
"Alhamdulillah, doa saya sudah terkabulkan. Anak-anak saya sudah kerja semua," ujarnya.
Dia mengungkapkan, sabar dijadikan senjatanya. Sebab, meskipun kehidupan kadang memaksanya mengeluh, hanya ibadah yang bisa dia perkuat.
"Tapi saya atur anak-anak saya, tidak bersamaan kuliah. Habis selesai kuliah yang satu, kemudian yang lain lagi," ujarnya.
Sempat Sakit dan Cuti
Sejak mulai kuliah pada 2012, La Ode Muhammad Sidik sempat terbaring lemah karena sakit-sakitan. Mungkin, karena pengaruh bekerja keras saat berusia muda, dia merasakan tubuhnya mulai melemah.
"Kakek pernah sakit, masuk rumah sakit," ujar Lala, cucu Muhammad Sidik.
Kata Lala, karena sakit yang sering kambuh, sang kakek akhirnya berhenti kuliah selama setahun. Sepanjang masa cutinya, si kakek tetap belajar agar tidak ketinggalan pelajaran di kampus.
"Awal 2019 dia lanjut lagi, sampai didukung kuliah kembali karena dianggap sudah sehat," ujar Lala.
Kini, meskipun sudah menyelesaikan kuliah, Muhammad Sidik hanya berniat menjaga warung pulsa dan kebunnya. Ijazahnya di kampus, menurutnya sebagai bukti dia sudah berusaha kuat mencari ilmu di kampus.
"Jadi orang itu, jangan pernah malas menambah ilmu. Apalagi masih muda, kerja itu cita-cita sampai dapat dengan sekolah yang benar," dia memungkasi.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Â
Advertisement