Sukses

Kuburan Tua Leluhur Minahasa Bakal Jadi Obyek Wisata Layaknya Borobudur

Potensi Taman Purbakala 1.000 Waruga atau kuburan tua itu bahkan bisa seperti Candi Borobudur yang memiliki daya magnet pariwisata yang luar biasa

Liputan6.com, Manado - Balai Arkeologi Sulewesi Utara (Sulut) mencatat ada lima ribuan waruga atau kuburan tua para leluhur suku Minahasa yang tersebar di sejumlah wilayah. Ironisnya, kondisi benda purbakala itu memprihatinkan lantaran rusak atau hilang dicuri orang.

Padahal, bagi warga Minahasa, hubungan masyarakat dengan jati diri masa lalunya sangat melekat ke waruga. Karena itu keberadaannya harus dilestarikan secara berkelanjutan.

Untuk melindungi kuburan tua itu, salah satu upaya yang bakal dilakukan oleh Balai Arkeologi Sulut adalah dengan membangun Taman Purbakala 1000 Waruga.

Kepala Balai Arkeologi Sulut, Wuri Handoko mengatakan saat ini mungkin saja ada orang yang hanya melihat bahwa waruga adalah tinggalan atau warisan budaya orang Minahasa. Sementara, waruga lebih dari sekadar kuburan tua.

"Ada juga yang menganggap sebagai media kubur para leluhur orang Minahasa yang harus dijaga dan dilestarikan," ucapnya, Rabu, 27 November 2019.

Namun, perusakan masih terus terjadi. Seperti yang terjadi baru-baru ini, kuburan tua direlokasi atau bahkan tergusur lantaran akan dibangun waduk, jalan tol dan sebagainya.

Proses pemindahan yang serampangan menyebabkan kerusakan obyek purbakala tersebut. Kerusakan juga terjadi karena ada saja orang yang tidak memahami makna nilai penting waruga atau kuburan tua leluhur Minahasa.

"Ketidakpahaman masyarakat tentang makna waruga menjadi salah satu penyebab utama, di samping nilai penting dan nilai heritage waruga juga tidak banyak dipahami dan mungkin masih berskala kecil," dia menjelaskan.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Taman Purbakala 1.000 Waruga

Menurutnya, yang kini perlu dilakukan adalah mensosalisasikan pentingnya waruga. Tetapi, sosialisasi itu jika tak dibarengi perlindungan maka tak akan efektif.

"Perlu adanya pelestarian dalam perspektif yang lebih serius atau dikelola oleh pemerintah, dan pihak- pihak terkait adalah waruga-waruga yang sudah dipindahkan dari tempat aslinya atau sudah tidak asli lagi," dia mengungkapkan.

Handoko menerangkan, dalam kasus pengrusakan situs, wacana yang penting dalam konsep ini adalah model rekayasa situs waruga yang mengintegrasikan seluruh peninggalan di satu lokasi yang dipilih. Yang kemudian bisa disebut sebagai Taman Purbakala 1000 Waruga di Sulut.

"Tentunya ada pertimbangan lokasi atau lahan yang dipilih bisa mewakili lahan dan masih alami dan asli, untuk ribuan situs yang akan dijadikan satu kawasan untuk seluruh obyek waruga di seluruh Sulut yang selama ini tersebar dan terpisah- pisah," ujarnya.

Konsepnya, Taman Purbakala 1000 Waruga ini akan menjadi obyek cagar budaya yang memiliki nilai lebih tinggi dan akan menjadi model pelestarian yang lebih kuat dan dapat menjadi ikon heritage di Sulut, atau bahkan di Indonesia dan internasional.

"Tentu saja, masih banyak tahapan proses pelaksanaan proyek rekayasa situs waruga yang secara konseptual harus dirumuskan lebih lanjut. Serta perlunya sosialisasi dan konsultasi publik, dan regulasi yang memayungi proyek ini, baik peraturan daerah ataupun peraturan Pemerintah pusat,” ucapnya.

Ke depan, dia yakin Taman Purbakala 1.000 Waruga ini bukan hanya menjadi ikon Sulut. Dia menyebut potensi Taman Purbakala 1.000 Waruga atau kuburan tua itu bahkan bisa seperti Candi Borobudur yang memiliki daya magnet pariwisata yang luar biasa.

Koordinator Peneliti Balai Arkeologi Sulut Ipak Fahriani mengemukakan, dari lima ribuan waruga di Sulut, jumlah terbesar ada di Kabupaten Minahasa Utara sebanyak 2.700 waruga. Kuburan kuno juga berada di Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kota Tomohon.

“Di Kabupaten Minut ini sudah ada Taman Cagar Budaya Waruga tepatnya di Desa Sawangan,” ucap Fahriani.